Interpretasi dan Identifikasi Ulang Tokoh Utama Wayang Beber Jaka Kembang Kuning

Aryo Sunaryo(1),


(1) Dosen Luar Biasa Jurusan Seni Rupa FBS, Universitas Negeri Semarang

Abstract

Wayang beber merupakan salah satu jenis wayang yang pertunjukannya dilakukan dengan cara menceriterakan gulungan-gulungan gambar berurutan. Tulisan ini bertujuan menafsir dan mengidentifikasi ulang tokoh-tokoh utama wayang beber Jaka Kembang Kuning. Wayang beber Jaka Kembang Kuning asal Pacitan merupakan salah satu jenis wayang beber satu set lengkap yang terdiri atas 24 adegan (pejagongan). Gambar-gambarnya menarik dan banyak dibuat duplikasinya tetapi tidak untuk pertunjukan melainkan sebagai lukisan. Lukisan menggambarkan berbagai tokoh wayang dalam lakon Jaka Kembang Kuning, baik tokoh utama maupun tokoh-tokoh pendamping. Dari segi sikap wajah terdapat tokoh yang digambar menunduk, tegak, dan mendongak. Bentuk mata macam-macam, yang sipit biji mata seperti gabah, agak terbuka dengan biji mata berbentuk petai atau kedondong, melotot, dan mata sayu seperti sedang mengantuk. Mulutnya ada yang disebut salitan, gusen, dan yang berkumis. Sikap tubuh sosoknya juga bervariasi, duduk, berdiri, melangkah, menyilangkan kaki, dan dengan berbagai sikap tangan. Hiasan kepala tidak banyak bervariasi, tanpa penutup kepala, kebanyakan dandanan rambut berbentuk tekes. Busana dan perhiasan yang dikenakan seorang tokoh juga dapat berganti, karena itu ada beberapa tokoh yang sulit dikenali sehingga pengidentifikasiannya dalam konteks ceritera menjadi rancu. Sejumlah penelitian yang mendasarkan pada penuturan dalang tidak selamanya sama dalam mengidentifikasi tokoh-tokoh utama, karena tidak adanya naskah atau sumber tertulis yang baku untuk diacu.

Keywords

wayang beber, tokoh wayang, identifikasi tokoh, sosok tokoh

Full Text:

PDF

References

Jessup, Helen Ibbitson. 1991. Court Arts of Indonesia. New York: The Asia Society Galleries.

Kieven, Lydia. 2014. Menelusuri Figur Bertopi pada Relief Candi zaman Majapahit. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Lombard, Denys. 2008. Nusa Jawa: Silang Budaya, Batas-batas Pembaratan. Alih bahasa Winarsih Partaningrat Arifin, dkk. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Munandar, Agus Aris. 2005. “Bingkai Sejarah yang Menjadi Acuan Kisah Panji”. Paper dalam Seminar Internasional Jawa Kuna: Mengenang Jasa-jasa Prof. Dr.P.J. Zoetmulder S.J. Kajian Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa Kuna. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Univeritas Indonesia, 8-9 Juli 2005.

Sawega, Ardus M (editor). 2013. Wayang Beber Antara Inspirasi dan Transformasi. Surakarta: Bentara

Budaya Bali Soedjatmoko.

Sayid, R.M. 1980. Bauwarna Kawruh Wayang: Sejarah Wayang Beber. Solo: Reksa Pustaka Pura Mangkunegaran.

Soelarto, B. 1984. Album Wayang Beber Pacitan–Yogyakarta. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Proyek Media Kebudayaan.

Soelarto, B. dan S. Ilmi BA. 1982. Wayang Beber di Gelaran. Proyek Media Kebudayaan Jakarta, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Depdikbud.

Sunaryo, Aryo, dkk. 2016. “Wayang Beber: Aneka Bentuk, Pelestarian, dan Wayang Koleksi Museum Ranggawarsita”. Laporan Penelitian, Museum Jawa tengah Ranggawarsita.

Tabrani, P. 1982. “Meninjau Tata Ungkapan Bahasa Rupa dari Wayang Beber, sebuah Media Rupa Tradisional yang Langka, dari Telaah Tata Ungkapan Bahasa Rupa Media Rupa Rungu Modern”. Laporan Penelitian, ITB Bandung.

________. 2012. Bahasa Rupa. Bandung: Kelir Tim penulis.1997. Aksara. Indonesia Indah Buku ke-9. Yayasan Harapan Kita BP3/TMII.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.