SCREEN PRINTING DALAM INDUSTRI GRAFIKA PADA ERA DIGITAL

Supatmo Supatmo(1),


(1) Dosen Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang

Abstract

Teknik dasar cetak saring (screen printing) telah dikenal dalam peradaban kuna (Sebelum Masehi) untuk menghasilkan hiasan pada pakaian. Penggunaan screen printing terus berkembang seiring perkembangan tuntutan kebutuhan. Dalam perkembangannya screen printing dimanfaatkan sebagai salah satu teknik dalam seni murni (printmaking) maupun dalam dunia industri (grafika). Pada ranah seni murni, bahkan fenomena karya-karya seni rupa Pop Art yang dipelopori oleh Andy Warholl banyak eksplorasi teknik screen printing. Dalam dunia industri, screen printing berperan paling dominan pada industri hiasan pakaian jadi (apparel decoration) dengan berbagai variannya. Hal ini disebabkan oleh kemampuan screen printing untuk diterapkan pada media berbahan dasar kain/ tekstil (garmen) tidak dapat dicapai oleh piranti cetak dengan teknik (jenis) lain seperti mesin cetak offset. Berbeda dengan screen printing, mesin cetak offset sangat dominan dalam industri grafika media berbahan kertas atau sejenisnya. Memasuki era teknologi digital seperti saat ini, para pelaku industri grafika memperoleh peluang sekaligus tantangan untuk memanfaatkan piranti cetak digital untuk memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat. Dalam bidang industri hiasan pakaian jadi (apparel decoration), digunakannya piranti cetak digital Direct to Garment (DtG) printer telah mewarnai dinamika proses produksi. Direct to Garment (DtG) printer merupakan piranti cetak digital dengan kemampuan mencetak langsung pada permukaan kain (garmen). Piranti ini mampu mencetak kreasi segala jenis motif dengan warna penuh (full color) bahkan citra (image) hasil rekaman dengan kamera (foto) pada permukaan kain sesuai warna citra dengan proses yang cepat. Penggunaan DtG printer bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) bidang apparel decoration, memungkinkan penyediaan layanan pesanan sesuai permintaan (order on demand) tanpa batasan jumlah warna dan kuota pesanan, bahkan hanya satu pun dapat dilayani. Hal ini berbeda dengan penggunaan screen printing yang pada umumnya membatasi warna (maksimum 4) dan kuota pesanan minimal. DtG printer sangat tepat untuk melayani kebutuhan apparel decoration dengan desain sesuai selera pelanggan secara personal, unik, dan satu-satunya (customized). Direct to Garment (DtG) printer tentu memiliki kelemahan-kelemahan selain keunggulan-keunggulan tersebut bila dibandingkan screen printing. Karakteristik DtG printer tidak cocok untuk produksi massal karena aspek keekonomiannya tidak bisa menandingi teknik keekonomian penggunaan teknik screen printing. DtG printer juga tidak cocok (mampu) digunakan untuk mencetak berbagai jenis kain. Kehadiran piranti pencetak digital, khususnya DtG printer, dalam bidang industri hiasan pakaian jadi (apparel decoration) tidak secara serta merta menggeser peran dan keberadaan screen printing hingga saat ini, tetapi keduanya bisa saling melengkapi, bergantung karakteristik kebutuhan cetak yang dikerjakan.

Keywords

industri grafika;screen printing;digital printing;DtG printer;desain;

Full Text:

PDF

References

Raharjo, B. 2012. Majalah Printex, Apparel Decoration Magazine, edisi 03, Maret- April 2012.

Raharjo, B. 2012. Majalah Printex, Apparel Decoration Magazine, edisi 04, Mei-Juni 2012.

Siswanto, P. 2003. Teknik Sablon Masa Kini. Yogyakarta: Absolut.

Supatmo. 2004. Bahan Ajar Tertulis (BAT) Seni Grafis 2 (Screen printing). Naskah tidak diterbitkan. Jurusan Seni Rupa FBS Unnes.

Tim Leksikon Grafika. 1985. Leksikon Grafika. Jakarta: Pusat Grafika Indonesia.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.