DAMPAK SOSIAL EKONOMI PENATAAN LINGKUNGAN BAGI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL)

Abdul Bakhirnudin(1),


(1) Universitas Negeri Semarang

Abstract

Pedagang kaki lima identik dengan kesan buruk, kotor dan tidak tertib. Penempatan sarana perda­gangan yang tidak teratur dan tidak tertata serta sering menempati tempat yang menjadi tempat umum dianggap sebagai penyebab kondisi tersebut. Tingginya minat konsumsi masyarakat menyebabkan pedagang kaki lima menjadi semakin banyak, terutama masyarakat kelas bawah. Melalui Perda Nomor 11 Tahun 2000, Pemerintah Kota Semarang sudah berusaha menata PKL. Namun pada kenyataannya belum ditemukan solusi yang komprehensif untuk mengatasi permasalahan PKL. Populasi penelitian ini adalah PKL Perumnas Tlogosari Kota Semarang berjumlah 173 pedagang. Sampel yang digunakan berjumlah 100 orang sebagian besar berasal dari luar kawasan Perumnas Tlogosari. Model PKL di PerumTlogosari mengunakan Pola Penyebaran Memanjang (Linier Concentration). Hasil penelitian menunjuk­kan bahwa sebelum ada penataan tidak ada paguyuban. Namun setelah penataan terdapat sebuah paguyuban pedagang dan jasa (PPJ), dalam bentuk arisan. Dampak sosial selain paguyuban adalah agenda rutin arisan, serta peraturan lainnya sehingga meninimalkan konflik yang timbul. Dari sisi ekonomi, sebagian besar pedagang mengalami peningkatan pendapatan yang diperoleh per bulan. Oleh karena itu, untuk menjaga keberlanjutan dari dampak positif yang timbul, diharapkan PKL mampu menjaga dan melaksanakan aturan yang telah disepakati bersama, sekaligus melakukan inovasi-inovasi agar barang yang dijual lebih bervariatif untuk memperoleh keuntungan berkesinambungan.

Street vendors usually have bad impression because they are dirty and disorderly. It is because they are disorganized and they often occupy public places. The high interest of consumers, especially from the lower class has made more and more street vendors. By issuing Perda of 2000 No. 11, the local government of Semarang has tried to organize them. However, it is not a comprehensive solution to overcome the problems of street vendors. The population of this study is 173 street vendors in Perumnas Tlogosari Semarang. The samples are 100 people who are mostly from outside of Tlogosari. The model of street vendors in PerumTlogosari is Linear Concentration. The results show that before organizing the street vendors, there isn’t any association for them, but now they have an association which is called Paguyuban Pedagang dan Jasa (PPJ). The social impacts of having PPJ are the street vendors have routine social gathering, as well as other regulations that can minimize conflicts that can arise between them. From the economics point of view, most of them can increase their incomes per month. Therefore, to maintain the sustainability of the positive effects that arise, the street vendors should maintain and implement rules that have been agreed, as well as having innovations for the goods they sell so that they have sustainable profit

 

Full Text:

PDF

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.