Public Perception on Historical Landscape of Ethnic Immigrant Heritage in Heritage City of Baubau

Ray March Syahadat(1), Nurhayati H.S. Arifin(2), Hadi Susilo Arifin(3),


(1) Landscape Architecture Program, Graduate School of Bogor Agricultural University
(2) Landscape Architecture Program, Graduate School of Bogor Agricultural University
(3) Landscape Architecture Program, Graduate School of Bogor Agricultural University

Abstract

As a one of the heritage cities in Indonesia, Baubau has many historical heritages which are not only created by local ethnics but also by immigrants. There are three historical landscapes created by the immigrants like China Town by Chinese, Waliabuku by Bugisnese, and Ngkaring-Ngkaring by Balinese. Until now, proper management to preserve the landscapes does not exist and it remains unknown whether this phenomenon is caused by the public perception who think that historical landscapes of immigrants as an unimportant heritage. The objective of this study is to investigate the public perception of historical landscapes that are created by immigrant in Baubau city as an heritage city in Indonesia. The results of survey show that the public regard all historical landscapes must be preserved. However, the landscapes created by the ethnic of Chinese have the lowest degree of public selection as compared to the ethnics of Bali and Bugis. The situation is triggered by the stereotype on the ethnic of Chinese which state that they tend to be more closed and reserved.

Sebagai salah satu kota pusaka di Indonesia, Baubau memiliki banyak peninggalan sejarah bukan hanya yang dibentuk oleh etnis lokal, tetapi juga oleh etnis pendatang. Setidaknya terdapat tiga lanskap sejarah yang dibentuk oleh etnis pendatang yaitu lanskap pecinan oleh etnis Tionghoa, lanskap Waliabuku oleh etnis Bugis, dan lanskap Ngkaring-Ngkaring oleh etnis Bali. Sampai saat ini belum ada pengelolaan untuk melestarikan ketiga lanskap tersebut dan belum diketahui apakah fenomena ini dipengaruhi oleh persepsi masyarakat yang merasa lanskap peninggalan etnis pendatang tidaklah penting? Tujuan penelitian ini yaitu mengkaji persepsi masyarakat terhadap lanskap sejarah peninggalan etnis pendatang sebagai aset pusaka Kota Baubau sebagai kota pusaka Indonesia. Hasil yang diperoleh dari survei yang dilakukan, masyarakat umumnya menganggap seluruh lanskap sejarah harus dilestarikan tidak memandang apakah dibentuk oleh etnis lokal atau pendatang. Meskipun demikian, lanskap yang dibentuk oleh etnis Tionghoa memiliki derajat pemilihan paling rendah dari lanskap yang dibentuk etnis Bali dan Bugis. Hal ini disebabkan oleh adanya stereotip akibat karakter etnis Tionghoa yang dianggap masyarakat cenderung tertutup di Kota Baubau.

Keywords

Baubau City; heritage city; historical landscape; public partisipasion; stereotype

Full Text:

PDF

References

Basundoro, P. 2012. Penduduk dan Hubungan antar Etnis di Kota Surabaya pada Masa Kolonial. Paramitha. 22(1): 1-13.

Coppenger, C. 2011. The mysteries of the islands of Buton according to the old men and me. San Diego: Aventine Pr.

Dewi A, Antariksa, Soesanto S. 2005. Pengaruh Kegiatan Berdagang terhadap Pola Ruang-Dalam Bangunan Rumah-Toko di Kawasan Pecinan Kota Malang. Dimensi Teknik Arsitektur. 33(1): 17-26.

[Dirjen Penataan Ruang] Direktorat Jenderal Penataan Ruang. 2013. Pelaksanaan program penataan dan pelestarian kota pusaka Kota Baubau. Jakarta: Dirjen Penataan Ruang.

Fitriyani, R. 2012. Peranan Paguyuban Tionghoa Purbalingga dalam Pelestarian Tradisi Cap Go Meh. Komunitas. 4(1): 73-81.

Lestari, P. 2007. Stereotip dan Kompetensi Komunikasi Bisnis Antarbudaya Bali dan Cina. Jurnal Ilmu Komunikasi. 4(1): 41-72.

Rabani, L.O. 2010. Kota-kota pantai di Sulawesi Tenggara. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Ramadhan, S. 2012. Konflik sosial dan relasi antar etnik. In: Darmawan, Y., Mu’min, M (Ed). 2012. Negeri seribu benteng: lima abad dinamika di Kota Baubau, Baubau: RESPECT.

Riyanti, P. 2013. Relasi Sosial Pedagang Etnis Cina dan Etnis Jawa di Pasar Tradisional. Komunitas. 5(1): 53-65.

Rosyida, I., Nasdian F.T. 2011. Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam Penyelenggaraan program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Dampaknya terhadap Komunitas Perdesaan. Sodality. 5(1): 51-71.

Sarvazadeh, S.K., Abidin, S.Z. 2012. Problematic Issues of Citizens’ Participation on Urban Heritage Conservation in The Historic Cities of Iran. Procedia - Social and Behavioral Sciences. 50(2012): 214-225.

Suprihatin A, Antariksa, Meidiana, C. 2009. Pelestarian Lingkungan dan Bangunan Kuno di Kawasan Pekojan Jakarta. Jurnal Tata Kota dan Daerah. 1(1): 1-12.

Suryaningrum, S., Antariksa, Usman, F. 2009. Pelestarian Kawasan Pecinan Kota Bogor. Arsitektur e-Journal. 2(1): 65-78.

Tahara T. 2012. Reproduksi Stereotip Orang Katobengke dalam Sturuktur Masyarakat Buton. Antropologi Indonesia. 33(2): 75-97.

Zahari, A.M. 1977a. Sejarah dan adat Fiy Darul Butuni (Buton) I. Jakarta: Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

__________. 1977b. Sejarah dan adat Fiy Darul Butuni (Buton) II. Jakarta: Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

__________. 1977c. Sejarah dan adat Fiy Darul Butuni (Buton) II. Jakarta: Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.