KONFLIK DAN INTEGRASI DALAM MASYARAKAT PLURAL: JAMBI 1970-2012

Lindayanti Lindayanti(1), Zaiyardam Zaiyardam(2),


(1) Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas, Padang
(2) Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas, Padang

Abstract

Jambi region was constituted by plural society. The social relations formed within a long period had created a conducive environment for plural society. The citizens were used to deal with people from different social and cultural background, and the differences of social class, religion, group and culture did not trigger conflict. Furthermore, interactions among ethnics, i. e. Melayu, Jambi, Minangkabau, Banjar, Bugis, Java and Batak even gave birth to new identity; the Jambi society. Nonetheless, the infiltration of big capital owners and trans-migration in 1990s had shaken this stability. The climax took place during the reformasi when a huge number of unrests surfaced, where society demanded the return of the land to the hands of people. It was important to build and employ attempts to lessen the tense and conflicts in this plural society. The local wisdom of Jambi people which has been formed for decades needed to be returned as a foundation for this attempt. Before capitalism dominated the life of the society, the values of local wisdom were proven to keep the plural society in harmony.

 

Wilayah Jambi dihuni oleh masyarakat yang plural. Relasi sosial yang terjadi terbentuk dalam kurun waktu yang lama dan telah membentuk lingkungan yang kondusif untuk masyarakat plural. Penduduknya telah memiliki kesepahaman terhadap masyarakat dengan latar sosial dan budaya yang berbeda, dan perbedaan kelas, agama, kelompok, serta budaya tidak memicu terjadinya konflik. Lebih lanjut lagi, interaksi antara etnik Melayu, Jambi, Minangkabau, Banjar, Bugis, Jawa, dan Batak bahkan melahirkan identitas baru sebagai masyarakat Jambi. Akan tetapi, infiltrasi dari para pemodal besar dan transmigrasi pada tahun 1990-an telah mengguncang stabilitas yang ada. Puncaknya terjadi selama reformasi ketika sejumlah besar kerusuhan muncul, di mana masyarakat menuntut pengembalian tanah. Untuk itu, penelitian ini penting dilakukan untuk mengurangi ketegangan dan konflik dalam masyarakat. Kearifan lokal masyarakat Jambi yang telah dibentuk selama puluhan tahun perlu dikembalikan sebagai dasar untuk upaya ini. Sebelum kapitalisme mendominasi kehidupan masyarakat, nilai-nilai kearifan lokal yang terbukti untuk menjaga masyarakat plural dalam harmoni.

 

Keywords

masyarakat plural; konflik; harmoni; integrasi; Indonesianisasi.

Full Text:

PDF

References

Abdullah, Irwan. 2006. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Jakarta: Sinar Harapan.

Andaya, Barbara W. 1973. “Cash Cropping and Upstream- Downstream Tensions: the Case of Jambi in the 17th and 18th centuries” dalam Anthony Reid (ed). Southeast Asia in the Early Modern Era; trade, power and belief. Cornell: Cornell University Press.

Camara, Donm Helder. 2000. Spiral Kekerasan. Yogyakarta: Insist Press dan Pustaka Pelajar.

de Graaf, H.J. 1967. Disintegrasi Mataram Dibawah Mangkurat I. Terjemahan. Jakarta: PT Pustaka Grafiti Pers.

Furnivall, J.S. , 1948. Colonial Policy and Practice: A Comparative Study of Burma and Netherlands India. London: Cambridge University Press

Gurr, Robert,1971. Why Men Rebel. Princeton : Princeton University

Keputusan Bupati Tanjung Jabung Timur No. 148 Tahun 2009 tentang Forum Pembauran Kebangsaan (FPK)

Lindayanti, dkk. 2009. “Harmoni Kehidupan di Propinsi Multi Etnis: Studi Integrasi Antara Penduduk Pendatang dan Penduduk Asli di Propinsi Jambi”. Laporan Penelitian Hibah Strategis Nasional. Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Dikti.

Mantra, Ida Bagoes. 1999. Mobilitas Penduduk Sirkuler dari Desa ke Kota di Indonesia,. Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan UGM,

Metro Jambi, 3 Juni 2012

Metro Jambi, 3 Oktober 2013)

Metro Jambi, 29 Januari 2014

Peraturan Daerah Provinsi Jambi no. 5 tahun 2007 tentang Lembaga Adat Melayu Jambi

Potter, Lesley, 2002. “Orang Banjar di dalam dan di luar Hulu Sungai Kalimantan Selatan: Studi tentang Kemandirian Budaya, Peluang Ekonomi dan Mobilitas dalam Thomas Linblad, Sejarah Ekonomi Modern Indonesia, berbagai tantangan baru (terj), Jakarta: LP3ES.

Tideman, J. 1983. Djambi, Amsterdam: De Bussy.

Wellan, J.W.J. 1932. Zuid-Sumatra. Wageningen: H. Veenman & Zonen.

Informan

Abdul Muis, Penambang di Dusun Mengkadai Kabupaten Sarolangun

Aswat, Penambang di Dusun Mengkadai Kabupaten Sarolangun

Anshori, Pengelola Hutan Adat Guguk Kabupaten Merangin

Datuk Sulaiman Hasan, Ketua Adat Melayu Jambi

Ketua Adat Melayu Muara Sabak Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Syahrel, Sekretaris Desa Temenggung, Kabupaten Sarolangun

Syamsuddin, Kepala Adat Desa Guguk Kabupaten Merangin Jambi

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.