DARI MUKJIZAT KE KEMISKINAN ABSOLUT: PERLAWANAN PETANI DI RIAU MASA ORDE BARU DAN REFORMASI 1970-2010

Zaiyardam Zaiyardam(1), Lindayanti Lindayanti(2),


(1) Jurusan Sejarah FIB Universitas Andalas
(2) Jurusan Sejarah FIB Universitas Andalas

Abstract

The research objective is to learn the unjustice economic policy. It is necessary look for alternative policies that favor the farmers. The research method was qualitative. The method was carried out through a series of interviews with resource persons who understand the problem. In addition, documentary method was used. The research found that the life of the poor peasants are deeply deprived. Their land, field, forest and jungle had been grabbed by the state and the capitalist. After being land grabbed, they serve as slaves and receive small wages which were only sufficient to survive. During the dry season, these slaves were told to burn the land. If caught, the charge falls on them. "Fire is done by the people of Badarai, which performed shifting cultivation," wrote the mass media, which is a mouthpiece for capitalists. If caught, they were left. Without sin, the business owner sent other slaves back to burn the forest in order to clear the land. Exact phrase Pope Francis, the capitalist is dirt of devils. Said it all. However, farmers fight back. The style of resistance like the wind on the high seas. Occasionally breezy. On the other full-time ripples. Sometimes like a hurricane, devastated. Waves of resistances came inexhaustibly with the aim of restoring their land robbed. For robbery, enslavement and burning that they had done, can the state and the capitalists be categorized as a terrorist?. In this context, this paper attempting to give a new perspective on the state and capitalist as terrorists.

 

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari kebijakan ekonomi ketidakadilan. Hal ini terlihat diperlukan untuk kebijakan alternatif yang menguntungkan petani. Penelitian ini menemukan bahwa kehidupan para petani miskin sangat kehilangan tanah mereka, bidang, hutan dan hutan telah diraih oleh negara dan kapitalis. Setelah tanah menyambar, mereka melayani sebagai budak dan menerima upah kecil yang hanya cukup untuk bertahan hidup. Selama musim kemarau, budak tersebut diberitahu untuk membakar lahan. Jika tertangkap, biaya jatuh pada mereka. "Api yang dilakukan oleh orang-orang dari Badarai, yang dilakukan dengan perladangan berpindah," tulis media massa, yang merupakan corong kapitalis. Jika tertangkap, mereka ditinggalkan. Tanpa dosa, pemilik bisnis menyuruh hamba lain kembali untuk membakar hutan untuk membuka lahan. Frase yang tepat menurut Paus Francis, kapitalis adalah kotoran iblis. Namun, petani melawan. Gaya perlawanan seperti angin di laut lepas. Sesekali semilir, beriak di waktu lainnya. Kadang-kadang seperti badai yang menghancurkan. Gelombang resistensi datang tujuan memulihkan tanah mereka dirampok. Karena perampokan, perbudakan dan pembakaran bahwa mereka telah melakukan, bisa negara dan kapitalis dikategorikan sebagai teroris? Dalam konteks ini, tulisan ini mencoba untuk memberikan perspektif baru tentang negara dan kapitalis sebagai teroris.

 

Keywords

keajaiban, perampasan tanah, perbudakan, pembakaran hutan, teroris

Full Text:

PDF

References

Bangun, Derom dan Bonnie Triyana. 2010. Derom Bangun: Memoar "Duta Besar" Sawit Indonesia : Dari Kampus ITB Sampai ke Meja Diplomasi Dunia. Jakarta: Kompas.

Bappeda. 1992. Indragiri Hulu Riau Riau: Gerakan Pembangunan Desa Mandiri. Rengat: Bappeda.

Cockcroft, James D., Frank, A. G., & Dale L.. Johnson. 1972. Dependence and Underdevelopment: Latin America's Political Economy. Doubleday & Company.

“Deklarasi Riau Merdeka Asap: Perusahaan Besar Taat Aturan Main, Tak Mungkin Membakar Lahan”, dalam GoRiau.Com Rabu, 09 September 2015 02:30 WIB

“Hattrik Gubenur Riau Ditangkap KPK”. ILC TV One 22 Oktober 2014

Hidayat, Herman. 2008. Politik Lingkungan: Pengelolaan Hutan masa Orde Baru dan Reformasi. Jakarya: YOI.

Hill,Hal. 1990. Investasi Asing dan Industrialisasi di Indonesia. Jakarta: LP3ES

Ricklefs, M.C. 2005. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Terjemahan. Jakarta: Serambi.

Hobsbawm, E.J. 1974. Primitive Rebels. Manchester: Manchester University Press.

“Kabut Asap Kembali Ancam Pekanbaru”, dalam Surat Kabar Riau Mandiri, 21 Februari 2002.

Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu-ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia.

“Lahan Ciliandra Diukur Ulang”, dalam surat Kabar Riau Mandiri, Kamis 20 April 2006.

Landsberger, Henry A. (ed.). 1973. Rural Protest: Peasant Movements and Social Change. New York: Barnes & Noble.

Lutfi, Muchtar dkk. 1996. Sejarah Riau. Pekanbaru: Pemda Riau.

Lubis, Adlin U. 1985. Pasang Surut Perkembangan Perkebunan dan Produksi Kelapa Sawit di Indonesia Sebelum Perang sampai Pelita II serta Permasalahannya”, dalam Proceding Simposium Kelapa Sawit. Medan: 27-28 Maret 1985.

Manan, Mardianto. April-Mei, 2009. “Bingkai-bingkai Riau”, dalam jurnal Teraju, edisi Khusus.

Mubyarto (ed). 1993. Riau Menatap Masa Depan. Yogyakrta: Aditya Media.

Mubyarto dkk. 1992. Riau Dalam Kancah Perubahan Ekonomi Global. Yogyakarta: Aditya Media.

Mubyarto. 1997. “Riau Progress and Poverty”, dalam Bijjaden tot den Tall, Land-en Volkenkunde. Leiden: KITLV.

“Negara Rugi Rp. 2.5 Triliun”, dalam Surat Kabar Riau Mandiri, 21 Februari 2002.

“PK Ditolak: PTPN V diwajibkan Tebang 2823 ha Kebuin Sawit” dalam Radar Pekanbaru.com. Selasa 8 Maret 2016.10.11.36

Pranoto, Suhartono W.. 2008. Bandit Berdasi: Korupsi Berjamaah. Yogyakarta: Impulse dan Kanisius.

“PTPN V Kalah di MA, Harus Tebang Kebun Sawitnya 2.823 ha”, dalam Surat Kabar Riau Pos. 24 April 2016.

“PT TPP Tantang Formad ukur Ulang”, dalam Surat Kabar Riau Mandiri, Sabtu 15 April 2006.

“PT RPP dan PT PSPI Lecehkan DPRD”, dalam Surat Kabar Riau Mandiri, Selasa 12 Februari 2002

Pujiriyani, Dwi Wulan, dkk. 2014. Land Grabbing: Bibliografi Beranotasi. Yogyakarta: STPN Press.

Rab, Tabrani. 2003. Penjarahan Migas Natuna. Pekanbaru: Ria Cultural Institute.

Riau Dalam Angka. 1980-2006. Pekanbaru: Bappeda.

Riau Mandiri, September 2001

Riau Mandiri, 12 April 2003

Riau Mandiri 10 Agustus 2004

Riau Mandiri, 6 April 2006

Robison, Dick. 1982. “Struktur Kapitalisme Indonesia dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”, dalam Jurnal Prisma, Edisi 1, Januari 1982.

Salamm, A., & Tyas H. 1994. Kerjasama Sijori dan Ketahanan Nasional: Suatu Kajian Mengenai Posisi Strategis Kepulauan Riau dalam Pengembangan Potensi Ekonomi. Jakarta: Pusat Penelitian Pengembangan Politik dan Kewilayahan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Scott, James, R. 2000. Senjatanya Orang-orang Yang Kalah. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

“Serobot Lahan Masyarakat”, dalam Surat Kabar Riau Mandiri, Riau Mandiri, 21 Mei 2005.

Soedjatmoko. 1981. Dimensi Manusia Dalam Pembangunan. Jakarta: LP3ES.

Soetrisno, Lukman. 1997. Demokratisasi Ekonomi dan Pertumbuhan Politik. Yogyakarta: Kanisius.

Sumardiko. 1985. “Produksi Minyak Sawit”, dalam Adlin U. Lubis. Pasang Surut Perkembangan Perkebunan dan Produksi Kelapa Sawit di Indonesia Sebelum Perang sampai Pelita II serta Permasalahannya”, dalam Proceding Simposium Kelapa Sawit. Medan: 27-28 Maret 1985.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing.

“Warga Suka Damai Ancam PT SAI”, dalam Surat Kabar Riau Mandiri, 16 Februari 2002

Winangun, Y. Wartaya. 2004. Tanah Sumber Nilai hidup. Yogyakarta: Kanisius.

Yuan, Tsao. 1991. Growth Triangle: The Johor – Singapura - Riau Experience. Singapura: Institute of Southeast Asian Studies and Institute of Police Studies.

Zubir, Zaiyardam dan Nurul Azizah, 2010. “Peta Konflik dan Konflik Kekerasan di Minangkabau Sumatera Barat”, dalam Jurnal Masyarakat Indonesia LIPI, Edisi XXXVI. No.l.

Informan

Burhanudin, 80 tahun, petani di Indragiri Hulu

Benny 35 tahun, Aktivis LSM di Rohul

Ridwan 50 tahun, pengusaha di Pekanbaru

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.