PENGARUH EKSTRAK KAYU MANIS TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI DAN KADAR SGOT-SGPT HEPAR TIKUS YANG DIINDUKSI PARASETAMOL

Main Article Content

Ita Dwi Rafita
Lisdiana Lisdiana
Aditya Marianti

Abstract

Kayu manis (Cinnamomum burmanii) memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Senyawa antioksidan dapat digunakan untuk menghambat atau memperlambat proses oksidasi. Proses oksidasi pada tubuh salah satunya karena sering mengkonsumsi obat-obatan misalnya parasetamol. Efek negatif dari overdosis parasetamol akan menyebabkan kerusakan hepar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak kayu manis terhadap gambaran histopatologi dan kadar SGOT- SGPT hepar tikus yang diinduksi parasetamol. Penelitian ini menggunakan sampel 20 ekor tikus putih jantan Wistar berumur 2-3 bulan dengan berat badan ± 200 gram. Sampel dibagi dalam empat kelompok, yaitu kelompok kontrol dan perlakuan (P1, P2, P3). Masing-masing kelompok terdiri dari lima ekor tikus. Kelompok kontrol diberi pakan standar dan air minum, kelompok perlakuan diberi pakan standar, air minum, parasetamol, dan ekstrak kayu manis selama 21 hari. Pada hari ke-22, tikus dinekropsi, diambil darah dan organ heparnya untuk selanjutnya dibuat preparat histologi dan menghitung kadar SGOT-SGPT. Perubahan histopatologi yang diamati berupa degenerasi parenkimatosa, hidropik, dan nekrosis. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji One Way Anova. Analisis data menggunakan One Way Anova diperoleh hasil nilai sig. 0,039< 0,05, hal ini membuktikan bahwa rata-rata skor sel hepar yang rusak antar kelompok perlakuan berbeda signifikan. Hasil uji LSD menunjukkan bahwa rata-rata skor kerusakan hepar kelompok parasetamol berbeda dengan kelompok kontrol, P2, dan P3. Hasil nilai sig. 0,001< 0,05, untuk kadar SGOT-SGPT membuktikan bahwa kelompok parasetamol berbeda dengan kelompok kontrol, P2, dan P3. Hasil uji LSD kadar SGOT-SGPT menunjukkan bahwa kelompok P1 lebih tinggi daripada kelompok kontrol, P2, dan P3. Hasil uji regresi linier, dosis ekstrak kayu manis 320 mg/KgBB adalah dosis yang paling efektif, sehingga dengan ekstrak kayu manis dapat memperbaiki dan menurunkan kadar SGOT-SGPT hepar tikus yang diinduksi parasetamol.

 

Cinnamonhasantioxidant activity. Antioxidant compoundscanbe usedas a compoundthat can inhibitorslow theoxidation process. The process of oxidationin the body ofone of them caused often consumedrugssuch asparacetamol. The negativeeffectsofoverdose ofparacetamolwouldcauseddamage tothe liver. This studyaimed to determinethe effect ofcinnamon extractonhistopathologicalpictureSGPTandSGOTparacetamol-induced ratliver. This study used a sample of 20 male Wistar rats aged 2-3 months with body weight ± 200 grams. The samples were divided into four groups, namely the control and treatment groups (P1, P2, P3). Each group consists of five rats. The control group was given the standard feed and drinking water, the treatment groups were given the standard feed, drinking water, paracetamol and cinnamon extract for 21 days. On day 22nd, the mice were sacrificed, blood and hepar organs were taken then made preparations for histology and calculate SGOT-SGPT. Histopathological changes were observed as parenchimatose degeneration, hydropic and necrosis. Data were analyzed by using One Way Anova. Data analysis using One Way Anova results obtained sig. 0.039 <0.05, this proves that the average scores of damaged liver cells differ significantly between treatment groups. LSD results indicate that the average score og liver damage paracetamol group different from the control group, P2, and P3. Results sig. 0.001 <0.05, for SGOT-SGPT proved that paracetamol group different from the control group, P2, and P3. LSD test results showed that the levels of SGOT-SGPT group P1 is higher than the control group, P2, and P3. Regression analysis, a cinnamomum dose of 320 mg/KgBW is the most effective dose, so that the cinnamon extract can improve and reduce levels of SGOT-SGPT paracetamol-induced rat liver.

Article Details

How to Cite
Rafita, I., Lisdiana, L., & Marianti, A. (2016). PENGARUH EKSTRAK KAYU MANIS TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI DAN KADAR SGOT-SGPT HEPAR TIKUS YANG DIINDUKSI PARASETAMOL. Life Science, 4(1). Retrieved from http://journal.unnes.ac.id/sju/UnnesJLifeSci/article/view/12273
Section
Articles

References

Bisset, N.G. and Wichtl, M. (2001). Herbal Drugs and Phytopharmaceuticals, 2nd edition. 67-69. Germany: Medpharm Scientific Publishers.

Correia, M.A. and Castagnoli, N. (1989). Farmakokinetik: Biotransformasi Obat. Dalam: Bertram G. Katzung. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi III. Alih bahasa: Petrus Adrianto dkk. Jakarta: EGC, pp: 45-51.

Clark, R., Fisher. J.E., Sketris. I.S., Johnston, G.M. (2012). Population prevalence of high dose paracetamol in dispensed parasetamol/ opioid prescription combinations: an observational study. BMC Pharmacol Toxicol, 12(11): 1-8.

Ferrel, L.D., & Kakar, S. (2011). Liver Pathology. Pennsylvania: Demos Medical Publishing.

Greiner, J.C. (1990). Non invasive determination of acetaminophen disposition in down syndrome. Clinical Pharmacol. Therapeutics, 48(5): 520.-528.

Goodman, L.S. and Gilman, A. (2008). Dasar Farmakologi Terapi. Hardman KG, Limbird LE, Aisyah C. (eds). Edisi X. Jakarta: EGC, pp: 682-684.

Iswara, A. (2009). Pengaruh Pemberian Antioksidan Vitamin E terhadap Kualitas Spermatozoa Tikus Putih Terpapar Allethrin [Skripsi]. Semarang: FMIPA, Universitas Negeri Semarang.

Maulida, A., Ilyas, S., Hutahaeans, S. (2013). Pengaruh pemberian vitamin C dan E terhadap gambaran histologis hepar mencit (Mus musculus L.) yang dipajankan monosodium glutamat (MSG). Saintia Biologi, 1(2): 15-20.

Ramachandran, R. & Kakar, S. (2009). Histological pattern in drug-induced liver disease. J. Clin. Pathol., 62: 81-492.

 
Ravindran, P.N., Babu, N.K., and Shylaja, M. (2004). Cinnamon and Cassia The Genus Cinnamomum: Medicinal and Aromatic Plants–Industrial Profiles. Washington. DC: CRC Press.

Rustandi, M.I. (2006). Potensi antioksidan ekstrak daun sangitan (Sambucus javanica Reinw ex Blume) sebagai hepatoprotektor pada tikus [Skripsi]. Bogor: FMIPA, Institut Pertanian Bogor.

Sheen, C.L., Dillon, J.F., Bateman, D.N., Simpson, K.J., Macdonald, T.M. (2002). Paracetamol toxicity: epidemiology, prevention and costs to the health care system. Q. J. Med., 95: 609-619.

Sulistyowati, E., Purnomo, Y., Nuri, S., Audra, F. (2013). Pengaruh diet sambal tomat ranti pada struktur dan fungsi hepar tikus yang diinduksi tawas. J. Kedokteran Brawijaya, 27(3): 156-161.

Suryohusodo, P. (2000). Ilmu Kedokteran Molekuler. Cetakan Pertama. Jakarta: CV Sagung Setyo.

Wahyuni, S. (2005). Pengaruh daun sambiloto (Andrographis paniculata, Ness) terhadap kadar SGPT dan SGOT tikus putih. J Gamma, 1(1): 45-53.
Wardlaw, G.M. and Jeffrey, S.H. (2007). Perspectives in Nutrition: The Vitamin and Minerals. 7th ed. New York: Mc Graw Hill.

Weirich, G.F., Collins, A.M., and Williams, V.P. (2001). Antioxidant enzymes in the honey bee, Apis mellifera. Apidologie,33: 3-14.

Widjaja, S. (1997). Antioksidan: Pertahanan tubuh terhadap efek oksidan dan radikal bebas. Majalah Ilmiah Fak. Kedokteran Usakti, 16(1): 162.

Wilmana, P.F. & Gunawan, S.G. (2007). Analgesik-antipiretik analgesik anti-inflamasi nonsteroid dan obat gangguan sendi lainnya.Dalam: Farmakologi dan Terapi. Edisi V. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, pp: 237-239.

Zhang, S. (1999). An Atlas of Histology. New York: Springer-Verlag.