KONSEP PEMBELAJARAN SENI BUDAYA BERPERSPEKTIF GENDER
Abstract
Pendidikan seni budaya di Sekolah diperuntukkan dan diikuti oleh seluruh siswa, baik siswa perempuan maupun siswa laki-laki, yang berminat maupun yang tidak berminat, yang berbakat maupun yang tidak berbakat. Konstruksi pembelajaran seni budaya khususnya seni tari selama ini guru belum memahami betul pembelajaran berperspektif gender, maka dirasa perlu agar proses pembelajaran tidak bias gender. Desain penelitian menggunakan pendekatan studi kasus, dengan mengambil 3 (tiga) lokasi SMP di Kabupaten Kudus, pengumpulan data dilakukan dengan observasi di lokasi penelitian, dan wawancara dengan guru seni budaya di Kabupaten Kudus. Metode yang digunakan analisis data kualitatif triangulasi, sharing dan focus group discussion (FGD). Hasil Penelitian menemukan bahwa sebagian guru belum memahami betul konsep pembelajaran seni budaya berperspektif gender. Kesenjangan gender terjadi hanya pada ketidaktahuan seorang guru terhadap konstruksi pembelajaran yang selama ini guru lakukan masih bias gender. Penerapan konsep gender dalam pembelajaran seni budaya di sekolah, disesuaikan dengan kondisi, minat dan kemampuan siswa baik laki-laki maupun perempuan, dimana konstruksi gender menuntut seorang guru harus bisa merancang sebuah pembelajaran yang menarik dan metode pembelajaran yang bervariasi, dengan silabus dan RPP yang tidak bias gender apapun jenis dan materi pembelajarannya. Saran peneliti, perlu pelatihan dan sosialisasi penyusunan perangkat pembelajaran seni budaya berperspektif gender secara bertahap dan berkelanjutan di Kabupaten Kudus.
Art and Culture Education in the schools is for at and followed by all children, both men are women, who has interest or doesn’t have, talented or untalented. Construction of art and culture education especially dance which has gender perspective, up until now, is not understood by the teachers. So that it is necessary to understand the gender perspective to get gender – unbiased learning. The design of the research uses case study approach, with the samples of 3 locations SMP at Kudus regency, data collection was conducted using observation in research location, and the interview with the art and culture education teacher at Kudus regency. Method employed is triangulationf of qualitative data analysis, sharing, and focus group discussion (FGD). The research found that most teachers haven’t understood about the concept about art and culture learning with gender perspective. Gender gap happened only when teachers don’t know about learning construction which is always gender biased. The implementation of gender concept in art and culture learning in the school is adjusted with the condition, interest, and students ability both men and women, in which gender construction demands a teacher to be able to design an interesting learning and various learning method, with the syllabus and lesson plan which is not gender bias. or the kinds and the learning materials. The researcher suggests that training and socialization of learning instrument construction are necessary to develop gender perspective art and culture education at Kudus regency.