Abstract

Interaksi sosial dialami setiap manusia dalam melakukan aktivitas serta pemahaman kepada orang lain. Interaksi sosial antar etnis dan antar pemeluk agama yang berbeda membutuhkan pemahaman tinggi untuk memiliki sikap toleransi dan kesetaraan. Masalah dalam penelitian ini: 1) Bagaimana proses interaksi sosial pelajar Papua dan pelajar Semarang; 2) Bagaimana pola asuh pelajar Papua di Yayasan Binterbusih; 3) Bagaimana kendala dalam proses interaksi sosial antar pelajar di Semarang. Jenis penelitian kualitatif menggunakan studi kasus. Lokasi penelitian adalah di Yayasan Binterbusih Semarang. Teknik pengumpulan data dengan observasi partisipasi, Indepth interview, dokumentasi dan questioner. Keabsahan data menggunakan trianggulasi dengan sumber untuk membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi. Teknik analisa digunakan model interaktif. Hasil penelitian bahwa kebijakan Yayasan Binterbusih merupakan teknik yang efektif dalam mengusahakan kemajuan pendidikan dan usaha mencerdaskan anak Papua. Interaksi langsung dengan etnis yang berbeda menumbuhkan sikap toleransi dan mengembangkan sikap dialog. Akulturasi dan shock culture memerlukan pendampingan yang optimal dari Pembina asrama. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa interaksi sosial antar etnis terjadi dengan baik dan bersifat assosiatif, pendidikan multikltural sangat tepat dimulai dari pendidikan formal karena pelajar bebas dari pengaruh kepentingan politik.  Simpulan terjadi imitasi atau proses meniru di antara pelajar Papua dengan pelajar Semarang, kesamaan agama dan kelas sosial mempermudah terjadinya interaksi sosial dan pemahaman multikultural dan sikap toleransi.

 

---