Abstract

Pada awalnya tradisi berkembang pada suatu wilayah, sehingga aktualisasi tradisi dalam pelaksanaannya cenderung sama. Dalam perkembangannya ketika tradisi menyebar jauh dari pusat tradisi, maka pelaksanaan tradisi antara wilayah yang satu dengan yang lain menjadi berbeda-beda, meskipun pada awalnya sumbernya satu. Begitu juga yang terjadi di Surakarta dan Wonosobo, pelaksanaan tradisi Suranan pada kedua wilayah itu berbeda. Perbedaan itu nampak pada maksud dan tujuan dilaksanakannya upacara suran, penyelenggara pelaksanaan Suran dan besar dan kecilnya tradisi. Meskipin demkian makna suran di Surakarta maupun Wonosobo memiliki kesamaan sebagai kegiatan kebersamaan antar anggota masyarakat dan menjaga keseimbangan hidup antara manusia, alam dan Tuhan.

 

In the beginning, a tradition was centralised in one area, then it spreads out. When it spreads out, the tradition from one area to the other becomes diverse. In Surakarta and Wonosobo, Suranan tradition becomes diverse. It is seen by the ceremony of suran, the organisers of Suran, and the size of the tradition. Nevertheless, suran still aims the same in Surakarta and Wonosobo, that is to preserve the balance between human, nature and God; and also acts as social gathering.