PERBEDAAN TINGKAT KESANTUNAN BERBAHASA ASPEK BERBICARA DAN MENULIS HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN BUKU AJAR SANTUN BERBAHASA INDONESIA DAN BAHASA INDONESIA (BSE) PADA SISWA KELAS VII SMP DENGAN MODEL PERTEMUAN KELAS
Abstract
Buku ajar Bahasa Indonesia, sebagai media pendidikan berperan sangat vital untuk mencapai tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah supaya siswa tidak verbalistis, bergairah belajar, berinteraksi dengan sumber belajar, bersikap positif terhadap materi pembelajaran, terutama untuk memperoleh pengalaman bahasa dan bertindak dengan bahasa. Namun, buku ajar Bahasa Indonesia yang digunakan di sekolah-sekolah belum eksplisit bermuatan kesantunan berbahasa, baik dalam komponen materi, penyajian, dan petunjuk melaksanakan tugas dan latihan. Efeknya, kesantunan berbahasa siswa terutama pada aspek berbicara dan menulis masih rendah. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, Populasinya adalah siswa kelas VII SMP di wilayah Negarigung Magelang tahun pelajaran 2010/2011. Sampel berjumlah 40 siswa. Sebagai variabel bebas penelitian ini adalah penggunaan buku ajar Santun Berbahasa Indonesia karya Atmoko dan Bahasa Indonesia (BSE)(menggunakan model pembelajaran pertemuan kelas) dan variabel terikatnya adalah tingkat kesantunan berbahasa pada aspek berbicara dan menulis. Data penelitian untuk tingkat kesantunan berbahasa diperoleh dengan metode tes dan metode alternative. Berdasarkan simpulan tersebut disampaikan saran sebagai berikut. Kesantunan berbahasa sangat penting dan harus diajarkan kepada siswa SMP. Ini sejalan dengan program pemerintah: pendidikan budi pekerti di sekolah-sekolah. Dengan demikian sebaiknya (1) guru memilih bahan ajar dan buku ajar pelajaran Bahasa Indonesia yang bermuatan kesantunan berbahasa, seperti buku ajar Santun Berbahasa Indonesia, (2) guru mulai menyusun bahan ajar bahasa Indonesia yang integrated kesantunan berbahasa, (3) guru dan pendidik menjadi panutan dan teladan dalam aspek kesantunan berbahasa bagi siswa.
Indonesian textbook, as a medium of education has very vital role to achieve the goal of learning Indonesian in schools so that students are not verbalistis, eager to learn, interact with learning sources, have positive attitudes towards learning materials, especially to gain the language experience and the language act. However, the Indonesian language textbook used in schools has not explicitly contained language politeness, neither in the components material, presentation nor instructions of doing the tasks and exercises. The effect is that the language politeness of students, especially in the aspect of speaking and writing, is still low. This study is a research experiment. The population is junior high school students of class VII of the school year 2010/2011 in Negarigung, Magelang. The sample is 40 students. The independent variable of this study is the use of textbooks Santun Berbahasa Indonesia written by Atmoko and Bahasa Indonesia (BSE) (using a class meeting learning model) and the dependent variable is the level of politeness on the language aspects of speaking and writing. Research data for the level of language politeness is obtained by the test method and alternative methods. Based on the conclusions above the suggestions are presented as follow. Language politeness is very important and should be taught to junior high school students. It is in line with government’s program: character education in schools. Thus (1) teachers should choose teaching material and Indonesian language textbooks which contain language politeness, such as textbook Satun Berbahasa Indonesia, (2) the teachers begin to develop the Indonesian language teaching materials integrated with language politeness, (3) teachers and educators become a model and an exemplar in terms of language politeness for students.