http://journal.unnes.ac.id/sju/upj/issue/feedUnnes Physics Journal2018-03-08T10:14:18+07:00Jurusan Fisika[email protected]Open Journal Systems<p><strong>Unnes Physics Journal starting in 2024 migrates to better secure from various unwanted things, including journal hacking and so on. To submit, the author please visit the new website page of our journal at the link<a href="https://journal.unnes.ac.id/journals/upj" target="_blank" rel="noopener"> https://journal.unnes.ac.id/journals/upj</a></strong></p> <p><strong><em>MIGRATION OFFICIAL STATEMENT <a href="https://drive.google.com/drive/folders/1980A0R8NA3En1577jOx6NI3mWJxsNawB?usp=sharing" target="_blank" rel="noopener">HERE</a></em></strong></p> <p style="text-align: justify;"><strong>Indonesian Version</strong></p> <p style="text-align: justify;"><em>Unnes Physics Journal</em> menerbitkan artikel-artikel hasil penelitian dan kajian konseptual dalam bidang Fisika Teori, Fisika Material, Fisika Nuklir, Fisika Bumi, Fisika Optik, Fisika Medis, Bio-Fisika, Fisika Instrumentasi, Fisika Komputasi, dan Fisika Terapan. Jurnal terbit pertama kali Agustus 2012, selanjutnya terbit dua kali setahun.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>English Version</strong></p> <p style="text-align: justify;"><em>Unnes Physics Journal </em>publishes original research and review papers in the fields of theoretical, nuclear, optical, instrumentation, computational and applied physics. This journal will be launched for first issue at August 2012, and then regularly twice per year.</p>http://journal.unnes.ac.id/sju/upj/article/view/21890Identifikasi Nilai Hambat Jenis Arang Tempurung Kelapa dan Arang Kayu Mangrove sebagai Bahan Alternatif Pengganti Resistor Film Karbon2018-03-02T11:02:40+07:00Ana Sofiana[email protected]Ian Yulianti[email protected]Sujarwata Sujarwata[email protected]<p>Resistor merupakan komponen dasar elektronika yang sering digunakan. Akan tetapi, resistor jarang ditemukan di daerah terpencil. Apabila produksi karbon berkurang, maka jumlah resistor yang diproduksi semakin berkurang dan mengakibatkan harga resistor semakin meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi nilai hambat jenis arang tempurung kelapa dan arang kayu mangrove sebagai bahan alternatif pengganti resistor film karbon. Kedua arang ditumbuk halus sampai dengan diperoleh ukuran yang homogen. Selanjutnya dilakukan pemampatan arang kayu dan arang tempurung kelapa dalam cetakan dengan luas penampang dan panjang yang bervariasi. Variasi luas penampang yang digunakan, yaitu 2,2 x 10<sup>-7</sup> m<sup>2</sup>; 3,5 x 10<sup>-7</sup> m<sup>2</sup>; dan 7,4 x 10<sup>-7</sup> m<sup>2</sup>, sedangkan variasi panjangnya yaitu 0,01 m; 0,02 m; 0,03 m; 0,04 m; dan 0,05 m. Hambatan diukur menggunakan multimeter dan hambat jenisnya dihitung menggunakan rumus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai hambat arang tempurung kelapa adalah 0,02 MΩ s/d 3,34 MΩ, sedangkan nilai hambat arang kayu mangrove adalah 0,03 MΩ s/d 3,35 MΩ. Adapun nilai hambat jenis arang tempurung kelapa adalah 0,70 Ωm s/d 16,79 Ωm, sedangkan nilai hambat jenis arang kayu mangrove adalah 0,77 Ωm s/d 16,87 Ωm. Hal ini menunjukkan bahwa arang kayu mangrove memiliki nilai hambat dan hambat jenis lebih tinggi daripada arang tempurung kelapa.</p>2018-03-02T10:59:15+07:00##submission.copyrightStatement##http://journal.unnes.ac.id/sju/upj/article/view/21892Interpretasi Struktur Bawah Permukaan Berdasarkan Pemodelan Data Gravitasi 3D (Studi Kasus Lapangan Panas Bumi Coso, California)2018-03-02T11:27:36+07:00Bagas Rizki Wibowo[email protected]Yatini Yatini[email protected]Hafiz Hamdalah[email protected]<p>Eksplorasi panas bumi membutuhkan pendekatan geologi dan geofisika untuk mengetahui kondisi struktur bawah permukaan sebelum dilakukan pengeboran eksplorasi secara detail. Struktur bawah permukaan yang diketahui terlebih dahulu dapat menginterpretasi kelayakan suatu sistem panasbumi untuk dieksplorasi lebih lanjut. Kondisi tersebut dapat diketahui menggunakan metode geofisika salah satunya adalah metode gravitasi. Penelitian ini dilakukan dengan menginterpretasi struktur bawah permukaan dari visualisasi model 3D data anomali bouguer lengkap di lapangan panas bumi Coso, California. Pengolahan data penelitian ini menggunakan data sekunder berupa anomali bouguer lengkap, yang dilakukan pemodelan inversi dari hasil pemisahan anomali regional dan residual. Pada peta anomali residual terdapat zona sumber panas yang terdelineasi sebagai daerah prospek dengan nilai anomali bouguer sebesar 5 hingga 13 mGal. Pemodelan data gravitasi 3D daerah penelitian menghasilkan densitas dengan nilai 2 hingga 3.3 gr/cc. Hasil interpretasi model gravitasi 3D didapatkan struktur geologi berupa graben yang menunjukan area prospek sistem panasbumi. Model gravitasi 3D menunjukkan keberadaan sumber panas berada pada kedalaman lebih dari 3000 meter dari permukaan.</p>2018-03-02T11:11:40+07:00##submission.copyrightStatement##http://journal.unnes.ac.id/sju/upj/article/view/21893Korelasi Frekuensi Sambaran Petir Terhadap Intensitas Curah Hujan di Kota Manado Tahun 20162018-03-02T11:21:07+07:00Deka Agung Pratama[email protected]<p>Petir merupakan peristiwa pelepasan muatan akibat adanya perbedaan potensial. Petir dapat terjadi karena adanya awan petir atau dapat juga disebut sebagai awan <em>cumulonimbus</em>. Dalam proses terbentuknya awan petir, di dalamnya terdapat proses kondensasi. Ketika awan sudah tidak mampu menampung air yang terbentuk akibat kondensasi, maka air tersebut akan jatuh dalam bentuk hujan. Ketika terjadi hujan, terkadang disertasi sambaran petir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara frekuensi sambaran petir terhadap jumlah intensitas hujan. Data frekuensi sambaran petir diambil dari sensor <em>Lightning Detector</em> Stasiun Geofisika Manado pada tahun 2016. Data jumlah intensitas curah hujan didapat dari Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado. Perhitungan frekuansi sambaran petir dihitung per bulan di Kota Manado dengan menggunakan aplikasi <em>Arcgis 10.2.2</em>. Metode yang digunakan dalam perhitungan korelasi adalah Koefisien Korelasi <em>Pearson</em><em>. </em>Frekuensi sambaran petir dimisalkan sebagai variabel dan nilai intensitas hujan dimisalkan sebagai variabel . Setelah dilakukan perhitungan, didapat nilai Rs sebesar 0,674 yang artinya antara variabel (frekuensi sambaran) dengan variabel (intensitas hujan) terdapat hubungan linier positif moderat sebesar 0.674.</p>2018-03-02T11:21:07+07:00##submission.copyrightStatement##http://journal.unnes.ac.id/sju/upj/article/view/21894Selulosa Kulit Jagung sebagai Adsorben Logam Cromium (Cr) pada Limbah Cair Batik2018-03-02T11:38:29+07:00Ika Desiana[email protected]Ian Yulianti[email protected]Sujarwata Sujarwata[email protected]<p>Kampung Batik merupakan salah satu kompleks industri pengrajin batik di Kota Semarang. Proses pewarnaan batik dengan pewarna sintetis akan menghasilkan limbah cair yang dapat mencemari lingkungan. Salah satu alternatif untuk mengurangi kadar logam pada limbah cair batik dapat dilakukan dengan memanfaatkan kandungan selulosa. Kulit jagung merupakan salah satu limbah tanaman yang memiliki kandungan selulosa. Selama ini pemanfaatan kulit jagung masih belum maksimal sehingga menjadi limbah yang kurang bermanfaat. Selulosa kulit jagung diperoleh melalui proses delignifikasi secara kimia dengan larutan NaOH selama 2,5 jam. Penentuan gugus fungsi selulosa dilakukan dengan FTIR, sedangkan penentuan daya adsorpsi logam Cr pada limbah batik dilakukan dengan AAS. Proses adsorpsi dilakukan dengan mencampur serbuk selulosa ke dalam limbah cair batik dengan variasi waktu kontak perendaman. Hasil analisa AAS menunjukkan bahwa selulosa kulit jagung mampu mengadsorpsi kadar logam Cr pada limbah cair batik.</p>2018-03-02T11:38:29+07:00##submission.copyrightStatement##http://journal.unnes.ac.id/sju/upj/article/view/21895Kajian Dinamika Atmosfer saat Kejadian Hujan Lebat di Wilayah Pesisir Timur Sumatera Utara Menggunakan Model WRF-ARW dan Citra Satelit Himawari-82018-03-08T10:14:18+07:00Imanuel Jhonson A Saragih[email protected]Aries Kristianto[email protected]Andreas Kurniawan Silitonga[email protected]Jaka Anugerah Ivanda Paski[email protected]<p>Pesisir Timur Sumatera Utara adalah kawasan pesisir di wilayah Provinsi Sumatera Utara yang hampir keseluruhannya terletak di wilayah administratif Kabupaten Deli Serdang. Topografi wilayah Kabupaten Deli Serdang terdiri dari daerah pantai, dataran rendah, dan dataran tinggi pegunungan. Secara geografis, Pesisir Timur Sumatera Utara berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Kondisi geografis dan topografi ini berpengaruh terhadap dinamika atmosfer di wilayah Pesisir Timur Sumatera Utara yang memiliki curah hujan yang relatif tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik dinamika atmosfer saat kejadian hujan lebat di wilayah Pesisir Timur Sumatera Utara berdasarkan beberapa kejadian hujan lebat terpilih yang terjadi di wilayah Pesisir Timur Sumatera Utara selama tahun 2016, yaitu pada tanggal 10 Februari 2016, 23 Agustus 2016, 18 September 2016, dan 8 Oktober 2016. Penentuan kejadian hujan lebat ini dilakukan sesuai dengan kriteria intensitas curah hujan lebat di wilayah Indonesia yang ditetapkan oleh BMKG, yaitu 10-20 mm/jam atau 50-100 mm/hari. Analisis dinamika atmosfer dilakukan menggunakan model cuaca skala meso WRF-ARW <em>(Weather Research and Forecasting-Advanced Research WRF)</em> dan citra satelit Himawari-8. Penelitian ini menggunakan data FNL <em>(Final Analysis) </em>untuk model WRF-ARW, data kanal <em>infrared </em>(IR) untuk citra satelit Himawari-8, data GSMaP <em>(Global Satellite Mapping Precipitation)</em>, dan data observasi dari Stasiun Meteorologi Kualanamu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hujan lebat yang terjadi di wilayah Pesisir Timur Sumatera Utara merupakan akibat dari aktivitas konvektif yang terjadi di wilayah tersebut. Hal ini diperlihatkan oleh adanya awan Cumulonimbus (Cb) pada citra satelit Himawari-8 yang ditunjukkan oleh nilai suhu puncak awan yang sangat rendah.</p>2018-03-02T11:49:19+07:00##submission.copyrightStatement##http://journal.unnes.ac.id/sju/upj/article/view/21896Penggunaan Radiasi Gelombang Mikro untuk Sintesis Karbon Aktif dari Limbah Biomassa dan Aplikasinya dalam Pengurangan Kadar Congo Red 4BS2018-03-04T20:00:18+07:00Luluk Siti Zulaechah[email protected]Ahmad Za'iimul Chanief[email protected]Deni Tri Wahyudi[email protected]<p>Indonesia menjadi salah satu negara penghasil utama tekstil dan bahan sejenisnya setelah India dan Pakistan. Limbah tekstil dapat mengakibatkan pencemaran air jika dibuang ke badan air tanpa pengolahan terlebih dahulu. Hal tersebut karena limbah tekstil menggunakan pewarna sintetis seperti congo red 4BS. Bahan kimia ini dapat menyebabkan iritasi dan karsinogenik pada manusia serta dapat menyebabkan kematian organisme dalam air karena bersifat racun. Pencemaran air oleh limbah tekstil tersebut dapat diatasi menggunakan metode adsorpsi dengan karbon aktif yang dapat menjerap congo red 4BS masuk ke dalam pori-porinya. Limbah daun jati (Tectona grandis) merupakan bahan yang potensial untuk pembuatan karbon aktif karena memiliki kandungan lignin ±10%, selulosa ±28%, dan karbon organik ±42%. Pada beberapa penelitian sebelumnya, pembuatan karbon aktif dilakukan tanpa aktivator, namun menghasilkan adsorben dengan struktur mikropori. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan digunakan aktivator ZnCl<sub>2</sub> dan microwave. Tujuan dari proses aktivasi ini adalah untuk memperbesar pori karbon aktif sehingga mengoptimalkan kapasitas penyerapan congo red 4BS dari limbah tekstil. Efisiensi penyerapan congo red 4BS tergantung pada pH, konsentrasi aktivator ZnCl<sub>2</sub>, konsentrasi congo red 4BS dan waktu kontak. Karakterisasi karbon aktif yang dihasilkan menggunakan uji Fourier Transform Infrared Spectrophotometer (FT-IR), Scanning Electron Microscope (SEM) dan Brunauer, Emmett and Teller (BET). Selanjutnya, percobaan secara batch dilakukan untuk menyelidiki pengaruh pH, waktu kontak dan konsentrasi congo red 4BS pada efisiensi penyerapan yang kemudian diuji menggunakan spektrofotometer UV-VIS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pori, volume diameter pori, akan meningkat karena reaksi antara karbon dengan ZnCl<sub>2</sub> dan pemanasan menggunakan microwave. Tingkat adsorpsi maksimum terjadi pada pH 2, waktu kontak selama 160 menit, dan konsentrasi awal 40 mg/L.</p>2018-03-02T11:58:29+07:00##submission.copyrightStatement##http://journal.unnes.ac.id/sju/upj/article/view/21897Pengaruh Monsun Terhadap Kesuburan Perairan Utara Jawa dengan Menggunakan Satelit Aqua Modis2018-03-08T10:13:15+07:00Mahagnyana Mahagnyana[email protected]Ganis Dyah Limaran[email protected]Ahmad Fadlan[email protected]<p>Kandungan klorofil a di suatu perairan dibutuhkan untuk mengetahui kesuburan perairan tersebut. Dalam penelitian ini penulis menghubungkan pengaruh monsun terhadap distribusi klorofil-a di perairan utara Jawa oleh suhu permukaan laut, arah angin, serta arus laut yang berpengaruh terhadap proses <em>upwelling</em> dan <em>downwelling</em>. Data yang digunakan adalah data dari Satelit Aqua Modis berupa data rata-rata sebaran klorofil a serta suhu permukaan laut (SST) bulanan di perairan utara Jawa mulai 2006 hingga 2015 dengan resolusi 4 Km. Selain itu data pola angin bulanan di perairan utara Jawa yang diperoleh dari ECMWF (<em>European Centre for Medium-Range Weather Forecasts</em>) yang dikelompokkan berdasarkan pola musim di Indonesia dengan <em>grid</em> sebesar 0,125<sup>0</sup>. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi klorofil a di perairan utara Jawa mengalami peningkatan karena adanya <em>upwelling</em> saat angin monsun timuran, yaitu periode Juni, Juli, Agustus. Selain itu diamati bahwa pesisir laut jawa memiliki kandungan klorofil yang tinggi karena adanya <em>runoff</em>.</p>2018-03-02T12:01:01+07:00##submission.copyrightStatement##http://journal.unnes.ac.id/sju/upj/article/view/21898Karbon Tempurung Kelapa dengan Perekat PVAc sebagai Penjernih Limbah Cair Batik di Kota Pekalongan2018-03-02T12:07:47+07:00Nihla Nurul Laili[email protected]Ian Yulianti[email protected]Sujarwata Sujarwata[email protected]<p>Kota Pekalongan merupakan sentra produksi batik di Jawa Tengah. Pewarna sintesis batik menghasilkan limbah cair yang dapat merusak lingkungan. Salah satu penjernihan limbah cair batik dapat dilakukan dengan menggunakan karbon. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas bulatan serbuk karbon tempurung kelapa dengan perekat PVAc dalam mengabsorpsi limbah cair batik. Dengan massa karbon tempurung kelapa 10 gram dilakukan variasi massa PVAc 15, 20, 25, dan 30 gram. Perubahan warna limbah cair batik sebelum dan setelah perendaman bulatan karbon tempurung kelapa diukur menggunakan spektrometer UV-Vis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah perendaman bulatan karbon tempurung kelapa selama 24 jam limbah cair batik menjadi lebih jernih dan nilai absorbansi limbah mengalami penurunan. Nilai absorbansi paling rendah ditunjukkan pada massa PVAc 15 gram, sedangkan nilai absorbansi pada massa PVAc 20, 25, dan 30 gram tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Penggunaan karbon tempurung kelapa dapat menjadi solusi penanganan limbah cair batik.</p>2018-03-02T12:07:47+07:00##submission.copyrightStatement##http://journal.unnes.ac.id/sju/upj/article/view/21899Pengaruh Suhu Terhadap Perubahan Pola Interferensi Pada Fiber Optik2018-03-02T12:08:26+07:00Nur Hanifah Fitriyana[email protected]<p>Penulisan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh variasi suhu terhadap pola interferensi pada fiber optik dan menjelaskan aplikasi dari perubahan pola interferensi fiber optik akibat dari perubahan suhu. Metode yang digunakan pada makalah ini adalah kajian pustaka dari berbagai sumber atau referensi yang relevan. Dalam makalah ini, sumber pustaka yang digunakan berupa: buku, jurnal nasional, jurnal internasional, <em>electronic book</em>, dll. Hasil dari kajian ini adalah pemanasan pada fiber optik menyebabkan cahaya melintasi panjang lintasan yang berbeda sehingga terjadi perubahan fluks magnetik yang menyebabkan perubahan pola interferensi. Variasi suhu mempengaruhi variasi indeks bias dan pemanjangan serat. Hal ini menyebabkan perubahan pada konstanta propagasi dan panjang serat. Bila dirangsang dengan cahaya yang koheren pada salah satu ujung, serat menghasilkan pola intermodal interferensi pada ujung serat yang lain. Berdasarkan pembahasan dapat ditarik kesimpulan: Perubahan panjang fiber optik berbanding lurus dengan perubahan suhu. Besar radiasi yang datang pada daerah fotodetektor membentuk pola gelap terang adalah sebagai berikut, dimana ∆d merupakan perbedaan panjang pada fiber optik. Semakin kecil perbedaan panjang pada fiber optik maka semakin besar nilai I. Aplikasi dari pengaruh suhu pada pola interferensi fiber optik dimanfaatksn untuk pembuatan sensor suhu.</p>2018-03-02T12:08:25+07:00##submission.copyrightStatement##http://journal.unnes.ac.id/sju/upj/article/view/21901Uji Efektifitas Pencahayaan Ruang Kuliah Menggunakan Software Calculux Indoor 4.122018-03-02T12:15:02+07:00Raden Rohadi[email protected]Sujarwata Sujarwata[email protected]Ian Yulianti[email protected]<p>Tingkat pencahayaan dan sebaran pencahayaan ruangan yang sesuai dengan fungsi ruangan sangat penting karena terkait dengan kenyamanan dan efektifitas ruang tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kenyamanan dan efektifitas pencahayaan di dua ruang kuliah gedung C 410 pascasarjana Universitas Negeri Semarang. Data pengukuran intensitas pencahayaan diambil dengan menggunakan lux meter. Pengambilan data dilakukan pada beberapa titik dalam setiap ruang. Jarak antara satu titik pengukuran dengan titik yang lain adalah 1 meter. Untuk mengetahui efektifitas intensitas pencahayaan, data hasil pengukuran dibandingkan dengan intensitas pencahayaan ruang yang direkomendasikan Standar Nasional Indonesia (SNI). Data-data yang diperoleh juga diolah dengan Software Calculux Indoor 4.12. Hasil pengolahan data akan tampil dalam bentuk gambar sebaran warna pada ruangan, semakin cerah warna suatu area ruangan dalam gambar, maka semakin banyak intensitas pencahayaan yang diterima area tersebut. Calculux Indoor 5.0b juga digunakan untuk mendesain posisi dan jumlah lampu yang ideal untuk kedua ruang tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran pencahayaan pada kedua ruangan tersebut kurang merata. Beberapa area di kedua ruang kuliah memiliki tingkat pencahayaan sesuai standar SNI. Jumlah titik area yang memiliki tingkat pencahayaan kurang, lebih banyak dibandingkan jumlah titik area yang memiliki pencahayaan sesuai standar SNI.</p>2018-03-02T12:15:02+07:00##submission.copyrightStatement##http://journal.unnes.ac.id/sju/upj/article/view/21902Percepatan Tanah Berdasarkan Data Mikroseismik Wisata Bantir Sumowono Semarang2018-03-02T12:15:55+07:00Rahmad Hafid H[email protected]Supriyadi Supriyadi[email protected]<p>Dearah bantir merupakan salah satu destinasi wisata yang ada di Semarang, tepatnya di desa Losari kecamatan Sumowono kabupaten Semarang. Sebagai salah satu destinasi wisata daerah ini mempunyai keadaan geologi dengan kemiringan yang cukup curam, yang dimungkinkan rawan akan terjadinya pergerkan tanah. Hal ini mendasari dilakukannya penelitian mikroseismik di daerah Bantir sebagai informasi kepada masyarakat tentang nilai percepatan maksimum tanah daerah tersebut. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan seismimeter 3 komponen pada 16 titik dengan jarak antar titiknya 200 m. Prosesing data menggunakan metode HVSR yang menghasilkan nilai amplitudo dan frekuensi dominan. Nilai-nilai ini dapat digunakan untuk menentukan kerentanan gempa dan percepatan tanah maksmum. Dari hasil penelitian didapatkan nilai kerentanan gempa daerah Bantir berkisar antara 0-120, secara umum nilai ini menunjukan kerentanan gempa di daerah Bnatir adalah rendah. Sedangkan nilai percepatan tanah rata-rata berdasarkan gempa Yogyakarta, Jepara dan Tegal berkisar sekitar 0,2 gal. Percepatan tanah di daerah ini bernilai rendah, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa wilayah Bantir mempunyai potensi bahaya seismik yang rendah.</p>2018-03-02T12:15:55+07:00##submission.copyrightStatement##http://journal.unnes.ac.id/sju/upj/article/view/21903Pemanfaatan Citra Satelit Himawari-8 untuk Identifikasi Sebaran Abu Vulkanik Gunung Agung (Studi Kasus 25 – 29 November 2017)2018-03-02T12:48:56+07:00Rahpeni Fajarianti[email protected]Kuntinah Kuntinah[email protected]Ahmad Fadlan[email protected]<p>Pada tanggal 26 November 2017 terjadi fenomena erupsi freatik Gunung Agung. Sebaran abu vulkanik Gunung Agung tersebut menimbulkan kerugian salah satunya di dunia penerbangan yaitu adanya penutupan sementara bandara Ngurah Rai Bali dan bandara Internasional Lombok. Untuk itu, perlu adanya monitoring sebaran abu vulkanik Gunung Agung secara berkelanjutan. Monitoring arah sebaran abu vulkanik Gunung Agung dilakukan dengan penginderaan jauh dengan mengolah data satelit himawari-8 menggunakan program <em>GMSLPD.exe</em> yang divisualisasikan dengan citra komposit <em>RGB (Red-Green-Blue). </em>Warna yang di tunjukan dari orange hingga merah muda dimana arah persebaran abu di pengaruhi oleh pergerakan angin. Oleh karena itu, dilakukan analisis angin pada lapisan 925mb, 850mb dan 700mb. Pada awalnya, trajektori abu vulkanik Gunung Agung mengarah ke Timur-Tenggara. Namun, karena adanya pusat tekanan rendah di Laut Selatan Jawa menyebabkan sebaran menuju ke Selatan.</p>2018-03-02T00:00:00+07:00##submission.copyrightStatement##http://journal.unnes.ac.id/sju/upj/article/view/21904Analisis Hujan Lebat dan Angin Kencang di Wilayah Banjarnegara Study Kasus Rabu 8 November 20172018-03-08T10:12:30+07:00Shandy Al Mughozali[email protected]Prasetyo Umar Firdianto[email protected]Amir Mustofa Irawan[email protected]<p>Pada hari Rabu tanggal 8 November 2017 sekitar pukul 12.30 WIB telah terjadi fenomena cuaca ekstrem hujan lebat dan angin kencang di Wilayah Banjarnegara, Jawa tengah. Hal ini menimbulkan kerusakan yang cukup parah dan membuat kepanikan masyarakat. Untuk itu dilakukan analisis meteorologis terhadap kejadian tersebut. Metode penelitian ini memanfaatkan data Citra Satelit <em>Himawari 8-EH</em>, Citra Radar Cuaca, <em>Radiosonde</em>, dan <em>Streamline </em>dalam skala lokal. Pada skala regional dan global dilakukan analisis <em>Sea Surface Temperature (SST)</em>. Melalui analisis, didapatkan bahwa faktor utama terjadinya fenomena tersebut karena kondisi udara yang labil, dimana terpenuhinya indeks labilitas udara pada pengamatan Radiosonde. Terdapat kumpulan awan konvektif tebal dan meluas (Comulunimbus) yang dilihat dari citra satelit dan radar. Selain itu, analisis <em>Streamline </em>menujukkan adanya belokan angin yang cukup signifikan. Hal ini didukung dengan teramatinya kelembaban udara yang tinggi pada lapisan udara atas, disebabkan oleh adanya SST yang cukup hangat yang mendukung terbentuknya awan – awan konvektif.</p>2018-03-02T12:23:18+07:00##submission.copyrightStatement##http://journal.unnes.ac.id/sju/upj/article/view/21905Pelapis Pemantul Panas menggunakan Senyawa TiO22018-03-02T12:32:04+07:00Sigid Hardiyanto[email protected]Mahardika Prasetya Aji[email protected]Agus Yulianto[email protected]<p>Penambahan senyawa pada cat diketahui dapat memberikan warna putih pada cat dan filter sinar UV. Pada penelitian ini, serbuk sebesar 0.2 g, 0.4 g, 0.6 g, 0.8 g , 1.0 g dan 1.2 g masing-masing dilarutkan pada 10 ml cat untuk dijadikan pelapis. Hasil penelitian menunjukan bahwa variasi campuran bahan tersebut mempengaruhi kalor jenis pelapis. Semakin banyak serbuk yang dicampurkan maka kalor jenis akan semakin kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa pelapis tersebut tidak menyerap panas melainkan memantulkan panas. Pelapis ini dapat diaplikasikan pada bagian bangunan yang sering terpapar sinar matahari sehingga tercapai Kenyamanan Thermal dalam ruangan.</p>2018-03-02T12:32:04+07:00##submission.copyrightStatement##http://journal.unnes.ac.id/sju/upj/article/view/21906Kisi Difraksi dengan Menggunakan Batang Talas (Colocasia esculenta)2018-03-02T12:37:44+07:00Sri Wahyuni[email protected]Arum Prabawani[email protected]<p>Eksperimen kisi difraksi sederhana dapat dibuat menggunakan batang talas (<em>Colocasia esculenta</em>) sebagai bahan alami kisi difraksi. Kisi difraksi ini dapat digunakan sebagai alternatif pengganti kisi difraksi standar dalam eksperimen fisika. Kisi difraksi terdiri atas sebaris celah sempit yang saling berdekatan dalam jumlah banyak. Penggunaan kisi difraksi standar dalam eksperimen umumnya hanya terbatas pada penentuan panjang gelombang cahaya tampak. Jika seberkas cahaya koheren dilewatkan kisi difraksi maka akan menghasilkan pola difraksi pada layar. Eksperimen kisi difraksi ini digunakan untuk menentukan besarnya konstanta kisi difraksi ( ) pada batang talas. Kisi difraksi batang talas yang digunakan dalam kondisi <em>fresh</em> yang diambil langsung dari pohonnya. Cahaya koheren dari laser hijau dengan panjang gelombang 532 nm disinarkan tegak lurus melalui batang talas. Dengan variasi jarak kisi ke layar ( ) dihasilkan pola gelap terang pada layar. Pola gelap terang tersebut merupakan fenomena difraksi. Hasil eksperimen didapatkan nilai . Oleh karena itu batang talas dapat digunakan secara mudah dengan harga murah untuk eksperimen kisi difraksi.</p>2018-03-02T12:37:44+07:00##submission.copyrightStatement##http://journal.unnes.ac.id/sju/upj/article/view/21907Analisis Pengaruh Temperatur pada Sambungan Cladding Serat Optik Plastik dengan Variasi Warna Gel Rambut terhadap Intensitas Cahaya2018-03-02T12:43:53+07:00Zunita Aryani Fahma Latif[email protected]Agus Yulianto[email protected]Mahardika Prasetya Aji[email protected]<p>Dalam perkembangannya, selain untuk mentransmisikan informasi, serat optik dapat berkembang menjadi perangkat optik dengan fungsi yang sangat luas. Serat optik plastik dapat digunakan sebagai sensor dengan memberi perlakuan berupa mengganti <em>cladding</em>, memberi bahan sambungan maupun memanaskan serat optik plastik tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur pada sambungan serat optik plastik dengan variasi warna gel sambungan terhadap intensitas cahaya keluaran serta mengetahui sambungan warna gel rambut yang memiliki intensitas cahaya keluaran paling tinggi karena pengaruh perubahan temperatur. Untuk proses penelitiannya, serat optik plastik dilepas pelindungnya dan dihilangkan <em>cladding</em>nya menggunakan larutan aseton. Kemudian memotong serat optik plastik menjadi dua bagian dan disambung kembali dengan tiga variasi warna gel rambut yaitu warna merah, biru dan kuning. Setelah itu meletakkan serat optik plastik yang telah disambung di atas pemanas air. Karakterisasi dilakukan dengan menghubungkan ujung serat optik pada <em>Light Emiting Diode</em> (LED) dan ujung lainnya dihubungkan dengan luxmeter. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa semakin besar temperatur pada sambungan gel rambut maka semakin berkurang intensitas cahaya keluaran serat optik plastik. Selain itu, sambungan gel warna kuning memiliki intensitas cahaya keluaran paling besar dibandingkan sambungan gel warna merah dan biru.</p>2018-03-02T12:43:53+07:00##submission.copyrightStatement##