Aktor Intermediari dan Perlindungan Hak Pekerja Rumah Tangga: Peran SPRT Tunas Mulia Yogyakarta dalam Advokasi RUU PPRT
Keywords:
SPRT, RUU PPRT, Aktor Intermediari, New Social MovementAbstract
Studi ini menelaah peran Serikat Pekerja Rumah Tangga (SPRT) Tunas Mulia dari Yogyakarta sebagai aktor intermediari dalam mengadvokasi pengesahan Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (RUU PPRT) di Indonesia. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui tinjauan pustaka dan wawancara, penelitian ini menganalisis bagaimana SPRT Tunas Mulia terlibat dalam memperjuangkan hak-hak pekerja rumah tangga baik di tingkat lokal maupun nasional. Dengan menerapkan teori New Social Movement dari Jürgen Habermas, studi ini mengeksplorasi fungsi SPRT Tunas Mulia dalam mengorganisir dan mengadvokasi 5.668 anggotanya. Sebagai serikat pekerja rumah tangga pertama di Indonesia, SPRT Tunas Mulia telah aktif terlibat dalam berbagai aksi seperti “Serbet Raksasa” dan “Demo Mogok Makan,” kampanye publik, sesi pelatihan, serta menjalin kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mendorong pengesahan RUU PPRT. Urgensi penelitian ini terletak pada kondisi pekerja rumah tangga di Indonesia yang masih bekerja di sektor informal tanpa perlindungan hukum yang memadai, dengan mayoritas pekerja adalah perempuan yang rentan terhadap eksploitasi, kekerasan, dan diskriminasi.