KEARIFAN LOKAL DALAM TRADISI TUTUR DAN SERAT: SUMBER REKONSTRUKSI KARAKTER RELIGIUS BANGSA

Abdul Munir Mulkhan

Abstract

This paper analyzes local knowledge as a source for the reconstruction of the religious character of the younger generation. These are due every culture and traditions have a mechanism to deliver the messages of its local knowledge. One medium that is able to convey the message of local wisdom oral tradition and serat. Local culture and tradition are medium to reconstruct awareness about what people believed in god. Much more local knowledge can be developed for educational materials in the form of the value of local wisdom that can be searched. Some idioms describe local wisdom are ojo dumeh, malati, ora ilok, besok ono jaman naliko pasar ilang kumandange, sepur biso mabur. However at this time there are problems, the values ​​of ethics (manners) and predictive technologies that regardless of educational practice and moral education or technology education. Therefore, the integration of local knowledge needs to be done through education, formal, non-formal, and informal. Thus, local knowledge transmission medium capable of developing into a culture that is able to meet the challenges of the times in accordance with human nature as religious beings.

Keywords: local wisdom, oral culture, serat, character.

 

Tulisan ini bertujuan menganalisis kearifan lokal sebagai sumber rekontruksi karakter religius bagi generasi muda. Ini disebabakn tiap kebudayaan dan tradisi memiliki mekanisme untuk menyampaikan pesan-pesan kearifan lokal yang dimilikinya. Salah satu media yang mampu menyampaikan pesan kearifan lokal adalah dalam tradisi tutur dan serat.  Budaya dan tradisi lokal amat kaya merekonstruksi kesadaran tentang apa yang diyakini masyarakat sebagai Tuhan atau disebut Tuhan. Banyak lagi kearifan lokal yang bisa dikembangkan bagi materi pendidikan nilai berupa hikmah lokal yang bisa dicari. Beberapa kata hikmah lokal seperti; ojo dumeh, malati, ora ilok, besok ono jaman naliko pasar ilang kumandange, sepur biso mabur. Namun saat ini terjadi masalah, nilai-nilai etik (sopan-santun) dan prediksi teknologi itu terlepas dari praktik pendidikan dan pendidikan moral atau pendidikan teknologi. Oleh karena itu, integrasi kearifan lokal perlu dilakukan melalui pendidikan, baik formal, nonformal, maupun informal. Dengan demikian, kearifan lokal mampu berkembang menjadi media transmisi budaya yang mampu menjawab tantangan zaman sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk religius.

 

Kata kunci: kearifan lokal, tutur, serat, karakter

 

Keywords

local wisdom, oral culture, serat, character

Full Text:

PDF

References

Alam, Nu’man Iskandar Muda. 2009. Islam Di Mojokuto. Yogyakarta: Prodi Politik Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosialk dan Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Burhani, Ahmad Najib. 2010. Muhammadiyah Jawa. Jakarta: Al-Wasat.

Francis Fukuyama. 1996. Trust The Social Virtues and The Creation of Prosperity. London: Penguin Books.

Geertz, Clifford. 1983. Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya.

Kuntowijoyo. 2001. Muslim Tanpa Masjid: Esai-Esai Agama, Budaya, dan Politik dalam Bingkai Strukturalisme Transendetal. Bandung: Mizan.

Mulkhan, Abdul Munir. 2002. Burung Surga dan Ilmu Kasampurnan Syekh Siti Jenar. Yogyakarta: Kreasi Wacana

--------. 2011. “Jejak-Jejak Sufi dalam Tembang Jawa Kitab Bayan Budimanâ€. Jurnal Tasawuf Volume 1, Nomor 1, Januari 2011, hlm 15-25.

--------. 2012. Guru Sejati Syekh Siti Jenar Guru Sejati. Yogyakarta: Epistema.

Mulder, Niels. 2001. Mistisisme Jawa, Ideologi di Indonesia. Yogyakarta: LKiS.

Peursen, C. A. Van. 1976. Strategi Kebudayaan. Jakarta: Gramedia.

Woodward, Mark R. 1999. Islam Jawa; Kesalehan Normatif Versus Kebatinan. Yogyakarta: LKiS.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.