SURVEY PARADIGMA MASYARAKAT YOGYAKARTA TERHADAP KEBERADAAN SERTA KONSERVASI AMFIBI DAN REPTIL

Herdhanu Jayanto, dkk

Abstract

The Special Region of Yogyakarta (DIY) covers an area of 318 590 km2, owns ± 8% of the total number of amphibian and reptile species in Indonesia (± 1.100). Compared to the other groups of animals, these species are relatively easy to find in rural area (remote area). In addition to their high biodiversity value, the existence of these two groups of animals is also an important component of the ecosystem. The analysis of social paradigm in D.I.Y. region aimed to measure the communities’ support towards and knowledge about the conservation of amphibians and reptiles. The survey was conducted in October-December 2013. The Location of the surveys included Gadjah Mada University (Kab. Sleman), Sermo Wildlife (Kab. Progo), Dlingo Village (Kab. Bantul),  Kukup Beach and Ngandong (Kab. Gunung Kidul). The data collection was carried out using a questionnaire about amphibians and reptiles. The result showed that most respondents supported the existence of the amphibian and reptile conservation, but the communities’ knowledge was still lacking in order to support the conservation. Law enforcement and legal awareness of some community groups and the publics were still deemed less. On a regional scale, threats to the amphibians and the reptiles were partly antrophogenik and some of them were natural. In addition, on the regional scale, a topic emphasized was the conflict between men and snakes. This study is expected to be basis principles on policy-making, community supporting action and authorities in nature conservation, particularly for amphibians and reptiles.

Keywords: amphibians, reptiles, conservation, social paradigms, rural communities

 

Daerah Istimewa Yogyakarta (D.I.Y.) meliputi luas area sebesar 318.590 km2, memiliki ±8% jumlah jenis dari total keseluruhan (±1.100) jenis amfibi dan reptil di Indonesia. Dibandingkan dengan kelompok hewan lainnya, mereka tergolong relatif mudah dijumpai oleh masyarakat pedesaan (remote area). Selain nilai kekayaan biodiversitas yang tinggi, keberadaan kedua kelompok hewan tersebut juga menjadi komponen penting dalam ekosistem. Analisis paradigma masyarakat di wilayah D.I.Y. dilakukan untuk menakar dukungan dan pengetahuan mereka dalam konservasi amfibi dan reptil. Survei dilakukan pada bulan Oktober - Desember 2013. Lokasi survei meliputi Universitas Gadjah Mada (Kab. Sleman), Suaka Margasatwa Sermo (Kab. Kulonprogo), Desa Dlingo (Kab. Bantul), serta Pantai Kukup dan Ngandong (Kab. Gunung Kidul). Pengumpulan data dilaksanakan menggunakan kuisioner tentang amfibi dan reptil. Sebagian besar responden mendukung adanya konservasi amfibi dan reptil, namun pengetahuan yang diperlukan dalam mendukung konservasi di masyarakat masih sangat kurang. Penegakan hukum dan kesadaran hukum dari beberapa kelompok masyarakat maupun masyarakat umum juga masih dirasa kurang. Untuk skala regional, ancaman terhadap amfibi dan reptil sebagian bersifat antrophogenik dan sebagian adalah alami. Dalam skala regional, topik yang ditekankan adalah konflik yang terjadi antara manusia dengan ular. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan pengambilan kebijakan dan aksi masyarakat pendukung dan otoritas dalam konservasi alam, khususnya untuk jenis amfibi dan reptil.

Kata kunci: amfibi, reptil, konservasi, paradigma sosial, masyarakat pedesaan

Keywords

amphibians, reptiles, conservation, social paradigms, rural communities

Full Text:

PDF

References

Bohm, M., et.al.. 2013. The Conservation Status of The World’s Reptiles. Biological Conservation, 157: 372-385.

Cahyandra, T.A., D.A. Satiti and K.L. Breckling. 2012. amfibi dan upaya pembinaan habitat di TN Gunung Merapi pasca erupsi 2010. Warta Herpetofauna, 5(3): 21-25.

Hidayat, O. 2013. Upaya konservasi penyu dan ancamananya di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Warta Herpetofauna, 6(1): 16-25.

Iskandar, D.T. and W.R. Erdelen. 2006. Conservation of Amphibians and Reptiles in Indonesia: Issues and Problems. Amphibians and Reptiles Conservation, 4(1): 60-87. DOI: 10.1514/journal.arc.0040016.

PHKA. 2011. Country Report Of Indonesia Snake Trade And Conservation. Directorate Of Biodiversity Conservation, Directorate General Of Forest Protection And Nature Conservation, Indonesia Ministry of Forestry.

Qurniawan, T.F., F.U. Addien dan R. Eprilurahman. 2010. Mengungkap Keanekaragaman serta Potensi Herpetofauna Girimulyo Ditengah Krisis Keanekaragaman Hayati dan Ancaman Kelestarian. Lomba Karya Tulis Ilmiah. Malang: Universitas Islam Negeri Malang.

Rhodin, A.G.J., A.D. Walde, B.D. Horne, P.P. van Dijk, T. Blanck, and R. Hudson (Eds.). 2011. Turtles in Trouble: The World’s 25+ Most Endangered Tortoises and Freshwater Turtles—2011. IUCN/SSC Tortoise and Freshwater Turtle Specialist Group, Turtle Conservation Fund, Turtle Survival Alliance, Turtle Conservancy, Chelonian Research Foundation, Conservation International, Wildlife Conservation Society, and San Diego Zoo Global. MA: Lunenburg.

Sembiring, S.N., F. Husbani, A.M. Arif, F. Ivalerina, dan F. Hanif. 2000. Kajian Hukum dan Kebijakan Pengelolaan Kawasan Konservasi di Indonesia. Technical report. Environmental Policy and Institutional Strengthening IQC OUT- PCE- I - 806-96-00002-00.

Stengel, C.J., C.R. Shepherd and O.S. Caillabet. 2011. The Trade in Tortoises and Freshwater Turtles in Jakarta Revisited. TRAFFIC Southeast Asia, Petaling Jaya, Selangor, Malaysia.

Yudha, D.S., R. Eprilurahman, K. Andryani, dan Trijoko. 2013. Keanekaragaman Jenis Katak dan Kodok di Sepanjang Sungai Code, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berkala Ilmiah Biologi. in press.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.