Peningkatan Daya Saing Kopi Kare di Dusun Seweru dengan Ekolabel Swadeklarasi

Franky Butar Butar(1), Iman Prihandono(2), Cenuk Widiyastrisna Sayekti(3),


(1) Universitas Airlangga
(2) Universitas Airlangga
(3) Universitas Airlangga

Abstract

Kopi merupaan produk andalan Kabupaten Madiun yang tumbuh di kawasan lereng Gunung Wilis, Kecamatan Kare. Saat ini ada sekitar 55 hektare lahan di kawasan Kare yang ditanami pohon kopi. Perkebunan kopi di Dusun Suweru Kare dikelola oleh Kelompok Tani. Adapun varian kopi yang menjadi mayoritas dibudidayakan di Kare adalah robusta yang berkualitas tinggi. Hal ini karena ketinggian wilayah Dusun Suweru terletak 700 meter di atas permukaan laut (MDPL) cocok untuk ditanami kopi robusta. Kopi Kare atau disebut juga dengan kopi Wilis diolah dan diambil dari perkebunan kopi yang hanya tumbuh di lereng Gunung Wilis memiliki keunikan atau specialty sehingga memiliki rasa yang berbeda dari jenis kopi lain yang ada di Indonesia. Semua kopi yang dijual tersebut ditanam dan diolah sendiri oleh anggota kelompok tani setempat, yaitu Mugi Lestari. persaingan pasar kopi nasional yang ketat mendorong Kelompok Tani Mugi Lestari untuk lebih dapat memperluas pemasaran kopinya sampai ke manca negara. Akan tetapi, permintaan pasar kopi luar negeri menuntut para petani kopi di Dusun Suweru untuk dapat mengembangkan pertanian kopi secara berkelanjutan yang salah satunya adalah dengan menekankan pada konsep kopi oragnik bebas pestisida sehingga dapat diekspor di mana kualitas dan produktivitas kopi yang dihasilkan tidak saja memberikan peningkatan kesejahteraan bagi para petani, tetapi juga melindungi lingkungan. Saat ini, harga jual Kopi  Kare dihargai setiap bungkusnya adalah hanya Rp 12.500 / 250gram. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk meningkatkan harga produk kopi adalah dengan menyertakan komoditas Kopi Kare dalam program sertifikasi Ekolabel. Adapun permasalahan yang dihadapi oleh mitra adalah sebagai berikut: Pertama, belum pahamnya mitra tentang pentingnya kopi yang bebas pestisida atau organik. Kedua, mitra tidak memiliki akses finansial maupun pendampingan untuk memperoleh sertifikasi sesuai standar Ekolabel, khususnya Tipe 2 yang menjadi syarat pasar internasional. Rendahnya upah dan pendapatan para petani kopi di Dusun Suweru tidak memungkinkan para petani ini untuk menyelesaikan masalah sendirian sehingga perlu dilakukan pendampingan terhadap kelompok tani seperti pendampingan pendaftaran sertifikasi ekolabel pada Kopi Kare ke Lembaga Sertifikasi Ekolabel. Berdasarkan dua permasalahan di atas, solusi yang ditawarkan oleh Tim Pengabdian Masyarakat ini adalah memberikan penyuluhan dan pendampingan tentang sertifikasi Ekolabel Tipe 2. Dengan program Pengabdian Masyarakat ini, Kelompok Tani Mugi Lestari dapat memiliki nilai tambah untuk dapat memperluas pangsa pasar kopi.

Keywords

Sustainable Development; Ekolabel; Kopi Kare; Petani Kecil

Full Text:

PDF

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License