Kualitas Hasil Fermentasi Pada Pembuatan Pakan Ternak Ruminansia Berbahan Baku Eceng Gondok (Eichornia crassipes)

Herlina Fitrihidajati(1), Evie Ratnasari(2), Isnawati -(3), Gatot Soeparno(4),


(1) Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, Indonesia
(2) Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, Indonesia
(3) Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, Indonesia
(4) Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, Indonesia

Abstract

Eceng gondok (Eichornia crassipes (Mart.) Solm) merupakan gulma perairan yang mengganggu ekosistem. Eceng gondok mengandung protein dan serat kasar yang tinggi. Kandungan serat kasar sulit dicerna, oleh karena itu, eceng gondok perlu diolah menjadi pakan ternak rendah serat kasar dengan cara fermentasi. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan kualitas hasil fermentasi eceng gondok pada berbagai lama waktu fermentasi dan konsentrasi bioaktivator. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan 2 perlakuan yaitu konsentrasi bioaktivator dan lama fermentasi. Variasi konsentrasi ragi tempe sebagai bioaktivator meliputi 0 g/kg (V0), 14 g/kg (V1), 17,5 g/kg (V23), 21 g/kg (V3) dan 24,5 g/kg (V4). Variasi lama fermentasi yaitu 5 hari (L5) dan 10 hari (L10). Selanjutnya, proses fermentasi untuk setiap perlakuan adalah 10 kg Eceng gondok dengan 5 kali ulangan keseluruhan sampela berjumlah 50. Parameter yang diukur meliputi kadar protein, serat kasar dan kandungan energi, serta struktur fisik. Hasil analisis menggunakan Anava dua arah menunjukkan bahwa perlakuan V1L5 (14 g/kg dengan waktu fermentasi 5 hari) menghasilkan kandungan protein kasar 11,09%, kadar serat kasar 21,16% serta kandungan energi 1064,27 Kcal/kg menunjukkan kualitas terbaik. Hasil fermentasi eceng gondok secara fisik berstruktur remahan, berwarna coklat kehitaman, dan berbau khas tempe. Berdasarkan hasil tersebut disarankan untuk mengolah eceng gondok menjadi pakan ternak dengan melakukan fermentasi menggunakan  ragi tempe  14g/kg berat basah eceng gondok  selama 5 hari

Water hyacinth (Eichornia crassipes (Mart.) Solm) is an aquatic weed that disrupts the ecosystems. Water hyacinth contains high protein and fiber. However, the content of crude fiber is difficult to be digested; therefore, water hyacinth needs to be transformed into low crude fiber animal feed by fermentation processes. The purpose of this study was to describe the quality of fermented hyacinth on various duration of fermentation and various concentration of bioactivator. The study was an experimental study with two treatments, i.e. variation of bioactivator concentration and fermentation duration. The concentration of bioactivator (yeast of tempe) were 0 g/kg (V0), 14 g/kg (V1), 17.5 g/kg (V23), 21 g/kg (V3) and 24.5 g/kg (V4), whereas the duration of fermentation were 5 days (L5) and 10 days (L10). The fermentation process for each treatment was 10 kg Hyacinth with 5 replications; hence the total number of samples was 50. Parameters measured in this study included the levels of protein, crude fiber, energy content and physical structure. The results of the analysis using two-way ANOVA showed that the best quality was resulted from the V1L5 treatment (14 g/kg and the duration of fermentation was 5 days), namely 11.09% crude protein, 21.16% crude fiber content and energy content of 1064.27 Kcal/kg. The physical structure of fermented hyacinth were crumbs, blackish brown, and it had the distinctive smell of tempe. Based on these results it is advised to process water hyacinth into animal feed by fermentation using yeast of tempe 14g/kg wet weight of water hyacinth for 5 days.

Keywords

the quality of fermentation result; animal feed; ruminant, water hyacinth.

Full Text:

PDF

References

Amit, K. R., Thiyam, G., Bhaskar, N., Suresh, P. V., Sakhare, P. Z., Halami, P. & Mahendrakar, N. S. (2010). Utilization of Tannery Fleshing: Optimization of Condition For Fermenting Delimed Tannery Fleshings Using Entercoccus Faecium Hab01 by Response Surface Methodology. Bioresour Technol, 101, 1885–89.

Antonius. (2009). Potensi Jerami Padi Hasil Fermentasi Probion sebagai Bahan Pakan dalam Ransum Sapi Simmental. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, 240-245.

Dada, S. A. (2002). The Utilization of Water Hyacinth (Eichornia crassipes) by West African Dwarf (WAD) Growing Goats. Afr. J. Biomed. Res, 4, 147-149.

Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: Gramedia PustakaUtama.

Fitrihidajati, H. & Ratnasari, E. (2005). Pemanfaatan limbah blotong sebagai pupuk organik dengan penambahan Effektive Microorganism (EM4). Laporan Penelitian. Surabaya: Lemlit Unesa.

Guntoro, S. (2002). Membudidayakan Domba Bali. Bogor: Kanisius

Isnawati. (2008). Pembuatan probiotik dan pemanfaatannya pada dekomposisi berbahan tumbuhan. Laporan Penelitian. Surabaya: Lemlit Unesa.

_______. (2010). Pengaruh pemberian berbagai bioaktivator dan lama fermentasi Amoniasi terhadap peningkatan kandungan Protein kasar (PK) dan penurunan serat kasar (SK) Limbah pertanian untuk pakan ternak domba. Laporan Penelitian. Surabaya: Lemlit Unesa.

Lehninger, A. L. (1982). Principle of Biochemistry. New York: Worth Publisher Inc.

Lestari, C. M. S., Wahyuni, H. I., & Susandari, L. (2005). Budidaya Kelinci Menggunakan Pakan Limbah Industri Pertanian dan Bahan Pakan Konvensional. Lokakarya Nasional dan Peluang Pengembangan Usaha Agribisnis Kelinci, 55-60.

Marlina, N., & Askar, S. (2001). Nilai Gizi Eceng Gondok dan Pemanfaatan sebagai Pakan Ternak Non Ruminansia. Temu Teknis Non Peneliti 2001.

Mc. Donald, P. R. A., Edwards, Greenhalgh, J. D. F., & Morgan, C. A. (2002). Animal Nutrition. Sixth Edition. London: Pretice Hall. Gosport .

Muchtaromah. B., Susilowati, R., & Kusumastuti. A. (2009). Pemanfaatan Tepung Hasil Fermentasi Eceng Gondok (Eichornia crassipes) sebagai Campuran Pakan Ikan untuk Meningkatkan Berat Badan dan Daya Cerna Protein Ikan Nila Merah (Oreochormis sp.). Artikel. Saintek. UIN Malang.

Pamungkas, W., & Khasani, I. (2010). Uji Pendahuluan: Efektivitas Bacillus sp. Untuk Peningkatan Nilai Nutrisi Bungkil Kelapa Sawit Melalui Fermentasi. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur, 769-744.

Pelczar, J. & Chan, E. C. S. (1986). Dasar-dasar Mikrobiologi. Jilid 1. Jakarta: Universitas Indonesia Press

Rai, A. K., Hathwar, Swapna, C., Bijinu, B., & Bhaskar, N. (2010). Application of Fermentation Technique For Effective Recovery of (After) Valuable Biomolecules From Animal and Fish Processing Waste. Journal Central Food Technological Research Institute (CFTRI), 1-14.

Tirajoh, S. (2003). Fermentasi Jerami Padi Sebagai Pakan Alternatif Ternak Sapi. Prosiding Rekomendasi Paket Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Papua. Jayapura: Balitbang Daerah Papua, pp. 54-55.

Wahyono, F., Nasoetion, M. H., Mangisah, I., & Sumarsih, S. (2005). Kandungan Asam Amino dan Kecernaan Nutrien Eceng Gondok Terfermentasi Aspergillus niger Serta Penggunaannya dalam Ransum Itik Tegal. Laporan Akhir Penelitian Dosen Muda. Semarang: Universitas Diponegoro.

Zaman, Q. (2013). Pengaruh Kiambang (Salivia molesta) yang Difermentasi dengan Ragi Tempe sebagai Suplemen Pakan terhadap Peningkatan Biomassa Ayam Pedaging. Skripsi. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya

Zakaria, Y., Novita, C. I., & Samadi. (2013). Efektivitas Fermentasi dengan Sumber Substrat yang Berbeda terhadap Kualitas Jerami Padi. Jurnal Agripet, 13(1), 22-25.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.