Keragaman Seni Hias Bangunan Bersejarah Masjid Agung Demak

Supatmo Supatmo(1),


(1) Dosen Jurusan Senirupa Unnes, Semarang

Abstract

Berbagai situs bersejarah bangunan masjid peninggalan perkembangan awal budaya Islam di Jawa yang tersebar di sepanjang pantai utara mengindikasikan adanya keberlanjutan tradisi seni pra-Islam pada arsitektural dan seni hiasnya. Salah satu peninggalan tersebut adalah Masjid Agung Demak. Penelitian ini membahas perwujudan estetis keragaman seni hias (ornamen) masjid bersejarah tersebut melalui pendekatan ikonografi (deskripsi pra-ikonografi, analisis ikonografi, dan interpretasi ikonologi). Hasil analisis menunjukkan terdapat keragaman latar tradisi seni hias Islam dan pra-Islam (Hindu-Budha Majapahit) dan Tiongkok. Hal tersebut terutama terhihat pada perwujudan ornamen ukir pada Saka Majapahit, ornamen ukir Pintu Bledheg, ornamen Surya Majapahit, dan ornamen Prasasti Bulus. Tradisi pra-Islam juga ditunjukkan dari keberadaan sengkalan (chronogram) sebagai penanda (tetenger) angka tahun, seperti sengkalan memet Prasasti Bulus yang dibaca Sarira Sunyi Kiblating Gusti (1401 S) dan sengkalan memet Pintu Bledheg yang dibaca Naga Mulat Salira Wani (1388 S). Pengaruh tradisi seni hias Tiongkok terlihat dari motif-motif dan gaya ungkap ornamen piring keramik (porselen) yang menghiasi dinding bagian depan dan motif kepala naga pada ornamen Pintu Bledheg, sedangkan pengaruh tradisi Budha terlihat dari motif mahkota yang berbentuk stupa pada ornamen pada Pintu Bledheg. Ornamen yang berkarakteristik seni hias Islam terlihat pada beberapa kaligrafi Arab serta beberapa motif bernuansa arabesque pada ukiran kayu daun pintu. Penggunaan seni hias, baik seni hias arsitektural maupun seni hias ornamental, pada bangunan Masjid Agung Demak merupakan kesinambungan tradisi dan nilai-nilai di dalamnya dari pra-Islam ke Islam yang dihayati oleh masyarakat pendukungnya. Secara kultural, hal demikian tidak berbeda dengan gejala umum yang terjadi pada masa awal perkembangan seni-budaya Islam di Jawa (nusantara) dengan pola mengambil wadah (wujud visual) seni tradisi pra-Islam dan mengabaikan atau mengganti isi (makna simbolis) dengan nilai-nilai dasar Islam. Gejala ini dapat dimaknai sebagai pengejawantahan sikap toleransi sekaligus sebagai pendekatan syi’ar yang digunakan oleh para wali.

Keywords

ikonografi;seni hias;ornamen;Masjid Agung Demak;

Full Text:

PDF

References

Al-Faruqi, Ismai’l R. dan Lamya Lois-al-Faruqi. 1992. The Cultural Atlas of Islam, alih Bahasa Malaysia: Othman, Ridzuan, et al. 1992. Atlas Budaya Islam. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia.

Ambary, Hasan Mu’arif. 1998. Menemukan Peradaban Jejak Arkheologis & Historis Islam Indonesia. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Geertz, Clifford. 1973. The Interpretation Cultures. New York: Basic Books Inc. Publisher.

Gustami, SP., 1997. “Industri Seni Kerajinan Ukir Jepara, Kelangsungan dan Perubahannya”, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta. Yogyakarta: tidak diterbitkan.

Kartodirdjo, Sartono et al. 1975. Sejarah Nasional Indonesia, jilid III. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Koentjaraningrat. 1977. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat.

Lauer, Robert H. 2001. Perspektif tentang Perubahan Sosial, terjemahan Alimandan. Jakarta: Rineka Cipta.

Lombard, Dennys. 2000. Nusa Jawa: Silang Budaya Jilid 1: Batas-batas Pembaratan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Magetsari, Nurhadi. 1982. Masalah Agama dan Kebudayaan dalam Arkheologi Klasik Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Situmorang, Oloan. 1993. Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan Perkembangannya. Bandung: Angkasa.

Soekiman, Djoko. 2000. Kebudayaan Indis dan Gaya Hidup Masyarakat Pendukungnya di Jawa.Yogyakarta: Bentang.

Sunaryo, Aryo. 2009. Ornamen Nusantara. Semarang: Dahara Press.

Yudoseputro, Wiyoso. 1987. Karya Seni Rupa Indonesia Zaman Kerajaan Islam. Jakarta: Lembaga Pendidikan Kesenian.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.