KEUNIKAN ORNAMEN BERMOTIF FIGURATIF PADA KOMPLEKS BANGUNAN MASJID MENARA KUDUS

Supatmo Supatmo(1),


(1) Dosen Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang

Abstract

Peninggalan budaya fisik (artefak) masa awal perkembangan Islam di Jawa paling bermakna berupa seni bangunan sakral masjid. Salah satu masjid tersebut yang sangat fenomenal adalah masjid Al-Aqsha. Masyarakat setempat lebih mengenalnya dengan nama Masjid Menara Kudus karena fenomena keunikan gaya menaranya menyerupai wujud candi Hindu. Secara umum, perwujudan seni bangunan kompleks masjid tersebut merupakan kesinambungan tradisi gaya seni bangunan pra-Islam (Hindu-Budha) dipadu dengan gaya seni bangunan Islam. Gaya tersebut tampak pada struktur arsitekturalnya maupun pada seni hias (ornamen) pendukungnya. Beragam ornamen dengan berbagai latar belakang kepercayaan dan budaya menghiasi seni bangunan tersebut. Keberadaan ornamen bermotif figuratif (makhluk bernyawa) yang di luar kelaziman tradisi seni hias Islam menjadi salah satu keunikan yang sangat menarik untuk diteliti secara mendalam. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan secara ikonografis (mengidentifikasi-mendeskripsikan, menganalisis, dan menginterpretasi makna) keunikan seni hias (ornamen), khususnya ornamen bermotif figuratif pada kompleks bangunan Masjid Menara Kudus, berlokasi di Kota Kudus Jawa Tengah. Penjaringan data dilakukan melalui pengamatan langsung pada sasaran dan penelusuran dokumen. Mengacu pada karakteristik tujuan dan sasaran maka jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan estetis-ikonografi. Analisis dengan pendekatan ini mencakupi tiga ranah, yakni deskripsi preiconographical, analisis iconographical, dan interpretasi ikonologis untuk mengungkap makna sasaran penelitian. Hasil penelitian menunjukkan terdapat beragam ornamen yang menghiasi seni bangunan Masjid Menara Kudus. Salah satu keunikan yang ditemukan adalah keberadaan ornamen bermotif figuratif binatang mitologis menyerupai kelinci yang terpahat pada pintu gerbang paduraksa menuju bangunan makam Sunan Kudus. Motif figuratif ini diyakini terkait dengan mitologi Hindu sebagai binatang bulan (hare), karena motif serupa sering dijumpai pada batu sungkup kaki candi peninggalan kerajaan Hindu di Jawa Timur (Kerajaan Singasari maupun Kerajaan Majapahit). Motif figuratif lainnya berupa kedhok (menyerupai kala penghias candi Budha). Kedhok ini berjumlah 16 buah (dua deret, masing-masing 8 buah) difungsikan sebagai pancuran padasan. Masyarakat setempat mengaitkan ornamen tersebut dengan delapan jalan keutamaan (astasanghikamarga), ajaran yang pertama-tama disampaikan Sang Budha kepada murid-muridnya. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa secara ikonografis keberadaan ornamen bermotif figuratif yang menghiasi masjid Menara Kudus dimaknai sebagai pernyataan simbolis nilai dan sikap toleransi terhadap pluralitas kultural yang dihayati oleh masyarakat pendukung (communal support). Secara estetis, ornamen bermotif figuratif tersebut menegaskan terjadinya pola kesinambungan tradisi budaya pra-Islam  dan Islam.

Keywords

ornamen;motif figuratif;Masjid Menara Kudus;

Full Text:

PDF

References

Al-Faruqi, Ismai’l R. dan Lamya Lois-al-Faruqi. 1999. Seni Tauhid. Yogyakarta:Bentang

_____________. 1992. The Cultural Atlas of Islam, Alih Bahasa Malaysia.

Othman, Ridzuan, et al. Atlas Budaya Islam. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia.

Ambary, Hasan Mu’arif. 1998. Menemukan Peradaban Jejak Arkheologis & Historis Islam Indonesia. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Bakhtiar, Harsja W., 1982. Birokrasi dan Kebudayaan dalam Analisis Kebudayaan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Dillistone, F.W., 2002. The Power of Symbols. Yogyakarta: Kanisius.

Geertz, Clifford. 1973. The Interpretation Cultures. New York: Basic Books Inc Publisher.

Hariani-Santiko, 1995. “Seni Bangun Sakral Masa Hindu-Budha di Indonesia (Abad VIII-XV Masehi): Analisis Arsitektural dan Makna Simbolik”, Pidato Pengukuhan Guru Besar Madya Tetap, Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Jakarta: tidak diterbitkan.

_______________. 1989. Santri, Abangan, Priyayi dalam Masyarakat Jawa, terjemahan Mahasin, Aswab. Jakarta: Pustaka Jaya.

de Graaf, H. J. & Th. G. Th. Pigeaud. 2001. Kerajaan-kerajaan Islam Pertama di Jawa, terjemahan KITLV, cetakan ke-4 edisi revisi. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti

Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa-Seri Etnografi. Jakarta: BPPN-Balai Pustaka.

Ludin, Manja Mohd. dan Mohd. Nor, Ahmad Suhaimi. 1995. Aspek-Aspek Kesenian Islam. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia.

Miksic, John, 2002. “Arsitektur Periode Awal Islam” dalam Indonesian Heritage Volume Arsitektur. Jakarta: Grolier International.

Salam, Solichin. 1960. Seputar Wali Sanga. Kudus: Menara Kudus.

______________. 1977. Kudus Purbakala dalam Perjuangan Islam. Kudus: Menara Kudus.

______________. 1986. Ja’far Shadiq Sunan Kudus. Kudus: Menara Kudus.

Sofwan, Ridin., et al. 2000. Islamisasi di Jawa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suseno, Franz Magnis, 2001. Etika Jawa Sebuah Analisis Falsafah tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa. Jakarta: Gramedia.

Yudoseputro, Wiyoso, 1987. Karya Seni Rupa Indonesia Zaman Kerajaan Islam. Jakarta: Lembaga Pendidikan Kesenian.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.