SOLUSI PERMASALAHAN PROSES DEMOKRASI DI INDONESIA MODERN MELALUI PENINGKATAN KEMAMPUAN MUSYAWARAH SEJAK DINI
(1) Dosen Jurusan PKN FIS Universitas Negeri Semarang
(2) Program Studi Ilmu Politik Universitas Negeri Semarang
Abstract
Ketika reformasi bergulir di Indonesia, tampilah aktor politik yang memiliki karakter yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kepribadian bangsa Indonesia seperti egois, memikirkan dirinya dan golongannya, dominasi terhadap ide dan pengambilan keputusan. Kondisi ini menjadikan kehidupan politik sebagai  kehidupan yang penuh intrik untuk memenangkan kepentingannya yang muaranya adalah status ekonomi dan sosial. Berbeda dengan filosofi politik yang sebenarnya yakni berargumentasi guna mencapai suatu kebijakan yang mementingkan rakyat. Dalam penelitian tentang Peningkatan Kemampuan Musyawarah Sebagai Lokus Pengamalan Sila Ke 4 Pancasila Pada Jenjang SMP di Kota Semarang, kami menemukan bahwa Sekolah juga berfungsi  sebagai penyuplai tokoh-tokoh politik yang otoriter dan mementingkan golongannya. Sekolah membiarkan siswa yang dominan terus menerus mendominasi, serta siswa yang apatis terus menerus didiamkan. Model Peningkatan Musyawarah Sebagai Solusi Permasalahan Politik Indonesia Modern adalah sebagai berikut sebagai berikut: a) Guru memberi pengertian dulu, apa itu musyawarah; b) Guru menyiapkan materi yang akan dimusyawarahkan; c) Kelas dibagi menjadi lima kelompok besar, yang masing-masing terdiri dari 5 sampai dengan 10 siswa; d) Setiap siswa diberi tiga token (kupon), kupon tersebut ditulis nama siswa, kelompok serta no absen siswa. Setiap pemegang kupon memiliki hak bicara maksimal lima menit. Setiap siswa akan bertanya dan menyanggah pembicaraan maka siswa harus menyerahkan token (kupon) tersebut pada guru; e) Guru mempersilahkan siswa untuk membahas bahan musyawarah; f) Guru mempersilahkan salah satu siswa untuk memaparkan hasil musyawarah kelompok; g) Siswa diajak untuk mencari yang terbaik dari setiap pendapat; h) Siswa dilatih sensitifitasnya terhadap emosi dirinya serta emosi kelompoknya; i) Siswa diajak untuk menganalisis berbagai pendapat dari Sudut Pandang Diri Sendiri (SPDS) serta dari Sudut Pandang Orang Lain (SPOL); j) Siswa kemudian mengemukakan pendapatnya; k) Siswa mengambil kesimpulan.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Biesta, Gert J.J. 2010. Learning Democracy in School and Society.Sense Publishers,P.O. Box 21858,3001 AW Rotterdam.
Kalidjernih, Freddy K. 2011. Puspa Ragam Konsep Dan Isu Kewarganegaraan Edisi 3. Widya Aksara Press. Bandung.
Ramage, Douglas E.2005.Politics in Indonesia: Democracy, Islam and the Ideology of Tolerance. Routledge. 11 New Fetter Lane, London EC4P 4EE
R. J. G. Claassen.2009. New Directions for the Capability Approach: Deliberative Democracy and Republicanism. Res Publica :421–428
Saksono, Ign Gatut. Pancasila-Soekarno. CV Urna Cipta Media Jaya. Yogyakarta.
Suyahmo. 2014. Filsafat Pancasila. Magnum. Yogyakarta.
Wuryan, Sri. 2006. Ilmu Kewarganegaraan (civics). Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.
Zamroni. 2011. Pendidikan Demokrasi Pada Masyarakat Multikultural. Yogyakarta: Gavin Kalam Utama.
Refbacks
- There are currently no refbacks.
View Integralistik Stats