FUNGSI RITUAL KAAGO – AGO (RITUAL PENCEGAH PENYAKIT) PADA MASYARAKAT MUNA DI SULAWESI TENGGARA

La Ode Aris(1),


(1) Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonou Kendari, 93132

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan ritual kaago-ago dan fungsinya bagi masyarakat Muna di Sulawesi Tenggara. Ritual kaago-ago adalah ritual yang diadakan sebelum pergantian musim, dari musim timur ke musim barat atau sebaliknya. Ritual ini dilakukan dalam wujud melakukan hubungan pertalian dengan agen-agen tertentu yang bukan manusia, tetapi jin dan setan, agar mereka tidak mengganggu manusia, atau memunculkan penyakit pada manusia. Ritual kaago-ago atau ritual pencegahan penyakit dilakukan karena pada saat pergantian musim, umat manusia merasa tidak nyaman, tertekan, panik, dan lain sebagainya. Untuk itu, mereka melakukan suatu strategi dengan cara menyiasati keadaan, sehingga dapat mengatasi suatu kondisi yang labil.  Penelitian ini dilakukan di Desa Lohia Kecamatan Lohia Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara. Secara spesifik, kajian ini akan  terfokus pada fungsi ritual kaago-ago dalam kehidupan orang Muna masa kini. Untuk mengungkap hal itu, dipakai pendekatan kualitatif, sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi partisipasi dan wawancara mendalam. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis etnografik.  Fungsi ritual kaago-ago adalah meliputi fungsi religius dan fungsi sosial. Fungsi religius dapat selamat atau terhindarnya manusia dari penyakit, tercapainya ketenangan jiwa, dan terjadinya hubungan baik antara manusia dengan makluk halus. Sedangkan, fungsi sosial yaitu terciptanya solidaritas sosial, kontrol sosial, edukasi dan intergrasi.

 


This objective of this research is to describe Kaago- ago ritual and its function for Muna people in South Sulawesi. Kaago-ago ritual is the ritual held before the change of seasons, from east season to west season or vice versa. The ritual was done by communicating with certain supernatural beings, so they do not interfere with or spread diseases in humans. Kaago-ago ritual or rituals performed for disease prevention was done at the turn of the seasons because at that time, human  feel uncomfortable, distressed, frantic, and so forth. The ritual wes held to deal with the situation, so it can cope with  unstable condition created by seasons changes. The research was conducted in the village of Muna Lohia village, Lohia District Southeast Sulawesi. Specifically, this study will be focused on the function of kaago-ago rituals in the lives of today’s Muna. To reveal it, a qualitative approach was used, whereas the techniques of data collection were participant observation and in-depth interviews. Meanwhile, data analysis was done by using ethnographic analysis. Kaago-ago ritual has a religious function and social function. The religious functions include wellbeing, peace of mind, and good relationship among human beings and between human beings and non-human beings. The social functions include the creation of social solidarity, social control, education and integration.

Keywords

Disease prevention; Function; Kaago-ago; Ritual.

Full Text:

PDF

References

Abdullah, I. 2002. Simbol, Makna dan Pandangan Hidup Jawa: Analisis Gunungan Pada Upacara Garebeg. Yogyakarta: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional.

Achmad, H. dkk. 1990. Pengobatan Tradisional Pada Masyarakat Pedesaan Daerah Kalimantan Timur. Depdikbud Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Sejarah Dan Nilai Tradisional

Ahimsa-Putra, H, S,. 2005. Masalah Kesehatan Dalam Kajian Ilmu Sosial Budaya. Yogyakarta: Keppel Press.

Benard, R, H. 1994. Reseacrh Methods in Anthropology. London-New Delhi: SAGE Publications.

Dhavamony, M. 2003. Fenomenologi Agama. Yogyakarta: Kanisius.

Geertz, H. 1983. Keluarga Jawa. Jakarta: Grafiti Prees.

Kaplan dan Manners. 1999. Teori Budaya. (Terjemahan Landung Simatupang). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kuper, A. 1996. Pokok dan Tokoh Antropologi. Jakarta: Bhratara.

Levi-Strauss, C. 2001. Mitos, Dukun dan Sihir. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Rochgiyanti. 2011. Fungsi sungai bagi masyarakat di tepian Sungai Kuin Kota Banjarmasin. Jurnal Komunitas. 3 (1): 51-61.

Suhardi. 2009. â€Ritual: Pencarian Jalan Keselamatan Tataran Agama dan Masyarakat Perspektif Antropologiâ€. Pidato Pengukuhan Guru Besar Antropologi pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, pada tanggan 18 Maret 2009

Spradley, J. P. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta: PT Tiara Wacana.

Tremmel, W. C. 1976. Relligion, What Is It?. New York: University of South Florida.

Torrey, E.F. 1972. The Mind Game: Witchdoctors and Psychiatrists. New York: Emerson Hall

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.