MALACAK, MANATAK, MAIMBUL: KEARIFAN LOKAL PETANI DAYAK BAKUMPAI DALAM PENGELOLAAN PADI DI LAHAN RAWA PASANG SURUT

Wahyu -(1), Nasrullah -(2),


(1) Jl. Brigjend. H. Hasan Basri Banjarmasin Indonesia, 70123
(2) Jl. Brigjend. H. Hasan Basri Banjarmasin Indonesia, 70123

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mngeksplorasi kearifan lokal petani Dayak dalam pengelolaan padi di lahan rawa pasang surut. Penulis ingin membuktikan persepsi bahwa Indonesia yang kaya pertaniannya dapat memberikan kemakmuran bagi para petani. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa iklim yang tidak menentu dan bencana alam merupakan tantangan bagi para petani yang perlu banyak mendapat perhatian. Untuk itu, dalam budaya kearifan lokal, para petani Bakumpai Dayak memiliki cara tertentu mengelola pertanian dan teknologi produksi terutama termanifestasikan dalam konsep lokal malacak, manatak dan maimbul. Kearifan lokal juga manifest dalam  cara mencangkul, bantangan dan siklus pertanian.


The objective of this study is to discuss the local wisdoms of Dayak rice farmers in managing rice fields in todal marsh area. This study is to prove the assumption that Indonesian rice agriculture can provide welfare for its farmers. Research methods used in this study is qualitative approach, data collection was done by observation, interviews, and documentation. Research found that the erratic climate or natural disaster are the challenges for farmers. In Kalimatan, however, to maintain agricultural and production technology Dayak farmers have developped local wismon in managing agriculture most apparently manifested in three forms: malacak, manatak, dan maimbul. Local knowledge  is also apparent in hoeing methods, bantangan management, and agricultural cycles.

Keywords

Farmer; Local wisdom; Technology.

Full Text:

PDF

References

Abdullah, I. 2008a. “Konstruksi dan Reproduksi Sosial atas Bencana Alamâ€. Working Papers in Interdisciplinary Studies No. 01. Sekolah Pascasarjana UGM Yogyakarta.

b. “Pendidikan Sosiologi dan Antropologi untuk Indonesia Baru yang Berdaulat dan Bermartabatâ€. Makalah pada seminar sehari tentang Sumbangan Ilmu-ilmu Sosial (Sosiologi dan Antropologi) dalam Penguatan Kearifan Lokal (Budaya Sungai. 1 Oktober 2005. Kampus Unlam Banjarmasin.

Ahimsa-Putra, H.S. 1997. “Sungai dan Air Ciliwung Sebuah Kajian Etnoekologiâ€. Jurnal Prisma. 1: 51-72.

“Ilmuwan Budaya dan Revitalisasi Kearifan Lokal Tantangan Teoritis dan Metodologisâ€. Makalah disampaikan pada Rapat Senat Terbuka Dies Natalis ke-62 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Alfitri. 2002. Ketahanan Pangan Rumahtangga Miskin di Daerah Pasang Surut di Kecamatan Kuripan Kabupaten Barito Kuala. Jurnal Penelitian Humaniora. 8 (2): 80-95.

Geertz, C. 2003. Pengetahuan Lokal Esai-Esai Lanjutan Antropologi Interpretatif. Yogyakarta: Merapi.

Harjadi, S.S. 1996. Pengantar Agronomi. Jakarta: Gramedia.

Levang, P. 2003. Ayo ke Tanah Sabrang Transmigrasi di Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Murid, Y. 2010. Ekonomi laki-laki, ekonomi perempuan. Jurnal Komunitas. 2 (2): 59-67.

Sairin, S. 2006. “Yang Diingat dan Dilupakan, Yang Teringat dan Terlupakan: Social Memory dalam Studi Antropologi†dalam Ahimsa-Putra, HS. (ed). Esei-esei Antropologi Teori, Metodologi dan Etnografi. Yogyakarta: Kepel Press.

Wahyu. 2001. Kemampuan Adaptasi Petani dalam Sistem Usahatani Sawah Pasang Surut dan Sawah Irigasi di Kalimantan Selatan. Etnovisi, Jurnal Antropologi Sosial Budaya. 1 (2)

Sumbangan Ilmu-ilmu Sosial (Sosiologi dan Antropologi) dalam Penguatan Kearifan Lokal (Budaya Sungai). Jurnal Kalimantan Agrikultura. 7(3): 105-111.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.