WARAK NGENDOG: SIMBOL AKULTURASI BUDAYA PADA KARYA SENI RUPA

Triyanto -(1), Nur Rokhmat(2), Mujiyono -(3),


(1) Gedung B5 Lantai 2, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, Indonesia 50229
(2) Gedung B5 Lantai 2, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, Indonesia 50229
(3) Gedung B5 Lantai 2, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, Indonesia 50229

Abstract

Abstrak
Warak Ngendog merupakan kreativitas budaya lokal yang menjadi maskot dalam tradisi ritual Dugderan masyarakat Kota Semarang.  Penelitian ini bertujuan  mengkaji masalah maskot seni rupa  tersebut  sebagai simbol akulturasi budaya  melalui analisis intra estetik dan ekstra estetik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari aspek intra estetik, perwujudan Warak Ngendog sebagai maskot Dugderan merepresentasikan hewan rekaan berkaki empat yang bersifat enigmatik, unik, eksotik, dan ekspresif. Dari aspek  ekstra estetik, maskot tersebut  secara simbolik mencerminkan  akulturasi budaya Jawa, Arab, dan Cina yang merefleksikan pesan-pesan edukatif ajaran moral Islami serta nilai harmoni kehidupan masyarakat multikultur. Interaksi sistemik unsur-unsur ulama, pemerintah, masyarakat,  ritual Dugderan, dan maskot seni rupa Warak Ngendog sebagai simbol akulturasi budaya dapat berperan secara sinergis sebagai model dalam membangun integrasi budaya.

Abstract
Warak Ngendog, a mascot of Semarang City in Dugderan ritual tradition, is a symbolically laden cultural creativity. This research aims to study visual artwork of a mascot as a symbol of cultural accuturation through intra-aesthetic and extra-aesthetic analysis. The result of the research showed that, from intra-aesthetic aspect, the actualization of Warak Ngendog as Dugderan mascot presents fictional four-legged animal which were enigmatic, unique, exotic, and expressive. In addition, from extra-aesthetic aspects, the mascot symbolically mirrors Javanese, Arabic, and Chinese cultural acculturation reflecting educational messages of Islamic morals and invitation for harmony in a multicultural society. Creating systemic interaction between ulama, government, society, Dugderan ritual and its mascot plays important roles as a model for developing harmony and cultural integrity.
© 2013 Universitas Negeri Semarang

Keywords

Warak Ngendog; Dugderan; cultural acculturation; intra-aesthetic; extra-aesthetic

Full Text:

PDF

References

Berry, J. W. 2008. Globalisation and Acculturation. International Journal of Intercultural Relations” Jounal homepage: www. elsivier.com/locate/ijintril.

Berry, J. W. 2005. Acculturation: Living Successfully in Two Cultres. International Journal of Intercultural Relations

Blackman, M. B. 1976. Creativity in Acculturation: Art, Architecture, and Ceremony. Journal STOR Ethnography. 23(4)

Brunetti, R, & Belardinelli, M. A. 2003. Effects of Musical Acculturation: Learning, Reproducing, and Recalling Music From Different Cultural Traditions. Journal International ECONA –Inter University Centre for Research on Cognitive Process in Natural and Artificial Systems.

Budhisantoso, S. 1982. Kesenian dan Nilai-nilai Budaya. Analisis Kebudayaan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Cassirer, E. Manusia dan Kebudayaan: Sebuah Esei tentang Manusia. Jakarta: Gramedia.

Chamim, A. I. dkk. 2003. Purifikasi dan Reproduksi Budaya di Pantai Utara Jawa. Kartasura: Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Dahana, R. P. 2012. Bersama dalam Tempurung Kebudayaan. Kompas, Minggu, 30 September 2012, hal 13.

Dillistone, F. W. 2002. The Power of Symbols. Terjemahan: A. Widyamartaya. Yogyakarta: Kanisius.

Fatuyi, R. 2007. Cultural Interaction and Cultural Change: The Effects ofAcculturation on Traditional Societies. The International Journal of Art & Design Education. 5(2)

Geertz, C. 1973. The Interpretation of Culture. New York: Basic Books.

Gundono, S. 2012. Kesenian Rakyat Sungguh Dahsyat. Suara Merdeka, Minggu, 14 Oktober 2012, hal,7.

Kayam, U. 1981. Seni, Tradisi, Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan,

Keesing, P. M. and Keesing, R. M. 1971. New Perspectve in Cultural Anthropology. Chicago: Holt Rinehart and Winston

Koentjaraningrat, 1985. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia.

Koentjaraningrat. 1986. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.

Miles, M. B. dan Huberman, M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan: T.R.Rohidi. Jakarta: UI Press.

Nahwandi, A & Malekzadeh, A. R. 2012. Acculturation in Mergers and Acquitions. The Academy of Management Review, 13(1).

Noviena, D. 2005. Make-Up of the Pengantin Pegon: Cultural Acculturation in Surabaya City. Jurnal Unair.ac.id/filer/ pdf/ Pengantin Pegon English Version.

Oberg, K. 1990. “Gegar Budaya dan Masalah Penyesuaian Diri dalam Lingkungan Budaya Baru” dalam: D. Mulyana dan. J. Rakhmat.1990. Komunikasi Antarbudaya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Otten, C. M. 1971. Anthropology and Art: Reading in Cross-Cultural Aesthetics. New York: Garden City.

Rohidi, T. R. 2000. Kesenian dalam Pendekatan Kebudayaan. Bandung: STISI.

Sedyawati, E, 1991. “Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Tradisi Indonesia” Makalah dalam Konggres Kebudayaan 1991 di Jakarta.

Spradley, J. P. 1972. Culture and Cognition: Rules, Maps, and Plans. Chandlerr Publishing Company, USA.

Spradley, J. P. 1980. Participant Observation. New York: Holt Rinehart and Winston.

Sujatmoko. 1990. Dimensi Manusia dalam Pembangunan. Jakarta: LP3ES.

Sunaryo. A. 2002, “Nirmana ” Hand-out Perkuliahan Nirmana. Jurusan Seni Rupa FBS Unnes.

Suparlan, P. 1983. “Manusia, Kebudayaan, dan Lingkungannya: Perspektif Antropologi“ Dalam: M. Soerjani dan B. Somad (Eds.) 1983. Manusia dalam Keserasian Lingkungan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI Jakarta.

Sutopo, H. B. 1990. “Metode Penelitian Kualitatif” Makalah Disajikan di depan dosen Jurusan Teknologi Pendidikan dan Kejuruan FKIP UNS Surakarta, Tgl. 21-12-1990.

Wolff, J. 1989. The Social Production of Art. New York: New York University Press.

Wong, W. 1996. Beberapa Asas Merancang Trimatra. Terj. Adjat Sakri. Bandung: ITB

Xavier, M. S. 2012. Impact of Acculturation on Traditional Material Culure: A Study of Lambada Tribes in Andhra Pradesh, India. International Journal of Social Science Tomorrow. 1(6)

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.