Women as Canang Sari Street Vendors in Bali

Anantawikarama Tungga Atmadja(1), Luh Putu Sri Ariyani(2), Nengah Bawa Atmadja(3),


(1) Faculty of Economy and Business, Ganesha University of Education, Bali
(2) Faculty of Economy and Business, Ganesha University of Education, Bali
(3) Faculty of Economy and Business, Ganesha University of Education, Bali

Abstract

Every Hindu family in Bali dedicates offerings of Canang Sari on a daily basis. The provision of the offering is not always created by them, but they buy canang sari. This has turned canang sari into a market commodity. Therefore, women have emerged as canang sari street vendors in the several towns in Bali. This study examines the reasons why women do this job, especially in Singaraja Regency. The approach of this research was qualitative study which focused on critical social theory. The results show that the reasons women do such business activities not solely because canang sari street vendors is an informal economic sector, but also it is related to the ownership of economic, social, cultural, and symbolic capitals. This reason is strengthened by the condition of Balinese who have affected by McDonaldization society so they prefer to buy canang sari rather than making it their own.

Keywords

commodity; street vendors; women; canang sari

Full Text:

Fulltext PDF

References

Adnyana, I.N.M. 2012. Arti dan Fungsi Banten sebagai Sarana Persembahyangan. Denpasar: Pustaka Bali Post.

Atmadja, N. B. 2010. Genealogi Keruntuhan Majapahit: Islamisasi, Toleransi dan Pemertahanan Agama Hindu di Bali. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

______. 2010a. Ajeg Bali: Gerakan, Identitas Kultural dan Globalisasi. Yogyakarta: LKIS.

______. 2014. Saraswati Dan Ganesha Sebagai Simbol Paradigma Interpretativisme Dan Positivisme: Visi Integral Mewujudkan Iptek dari Pembawa Musibah Menjadi Berkah bagi Umat Manusia. Denpasar: Pustaka Larasan bekerja sama dengan IBIKK BCCC Undiksha Singaraja dan Universitas Hindu Indonesia.

Atmadja, N.B., A. T. Atmadja, & T. Maytai. 2015. Industri Banten Jaringan Bisnis dan Implikasinya terhadap Masyarakat Bali. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Barker, C. 2004. Cultural Studies Teori dan Praktik. Terjamahan Nurhadi. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

______. 2014. Kamus Kajian Budaya. Terjemahan B. Hendar Putranto. Yogyakarta: Kanisius.

Barthes, R. 2007. Petualangan Semiologi. Terjemahan Stephanus Aswar Herwinarko. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bourdieu. 2011. Choses Dites Uraian dan Pemikiran. [penerjemah. Ninik Rochani Sjams]. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Damsar. 2002. Sosiologi Ekonomi. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

de Soto H. 1991. Masih Ada Jalan Lain. [penerjemah. Masri Maris]. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Lubis, A.Y. 2004. Filsafat Metodologi Posmodernis. Bogor AkaDemi.

______, 2014. Potsmodernisme Teori dan Metode. Jakarta: PT RajaGrapindo Persada.

Puja, G. 2007. Wedaparikrama Himpunan Naskah Mantra dan Stotra Teks Asli Bahasa Sansekerta dan Pejelasannya. Surabaya: Paramita.

Reid, A. 2014. Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680 Jilid I: Tanah di Bawah Angin. Terjemahan Mochtar Pobotinggi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Ritzer, G. 2002. Ketika Kapitalisme Berjingkrak: Telaah Kritis terhadap Gelombang Mcdonaldisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ritzer, G. & Douglas, J.G. 2004. Teori Sosiologi Modern. [penerjemah. Alimandan]. Jakarta: Kencana.

______, 2012. Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Posmodern. [penerjemah Saut Pasaribu, dkk]. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

______, 2013. Eksplorasi dalam Teori Sosial: Dari Metateori sampai Rasionalisasi. [penerjemah. Astri Fajria]. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sobur. A. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Suamba, IBP. 2006. OM Pranava Mantra. Denpasar: Dharmopadesa Pusat.

Surayin, I.A.P. 2002. Melangkah ke Arah Persiapan Upakara-Upakara Yajnya. Surabaya: Paramita.

______. 2002a. Seri III Upakara Yajnya Dewa Yajnya. Surabaya: Paramita.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Wiana,K. 2004. Mengapa Bali Disebut Bali? Surabaya: Paramata.

______. 2006. Sembahyang Menurut Hindu. Surabaya: Paramita.

______. 2009. Suksmaning Banten. Surabaya: Paramita.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.