LANSKAP KOLONIAL KOTA BAUBAU SEBUAH PUSAKA PENINGGALAN MASA KOLONIAL DI SULAWESI TENGGARA

Ray March Syahadat(1), Nurhayati H.S. Arifin(2), Hadi Susilo Arifin(3),


(1) Program Studi Arsitektur Lanskap, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
(2) Departemen Arsitektur Lanskap, Institut Pertanian Bogor
(3) Departemen Arsitektur Lanskap, Institut Pertanian Bogor

Abstract

Baubau is appointed as one of heritage cities in Indonesia because it has many historical inheritances. Although Baubau becomes an autonomous region in 2001, some historical records show that  the city has been existed long time ago and passed some phases. One of those phases is the development era by the Dutch Indies Government.  There are many inheritances from colonial period in the city even it is called as the largest in the Province of Southeast Sulawesi. Unfortunately, there are not many research and inventory by related stakeholders toward the colonial heritages in the city. This research aims to record or to list of current assets and to analyze the landscape characteristics of colonial heritages  located in Baubau. The result shows that there are four historical landscapes which save the colonial heritage objects namely the colonial ladscape and early independence day (51 objects), Palabusa (4 objects), Wakonti (1 object), and Chinatown (5 objects). The character  which constructs of the three landscapes generally consist of buildings, structures, and monuments with art deco style.

 

Baubau ditetapkan menjadi salah satu kota pusaka Indonesia karena menyimpan banyak peninggalan sejarah. Meskipun Baubau menjadi daerah otonom pada tahun 2001 tetapi berbagai catatan sejarah menunjukkan bahwa kota ini telah ada sejak zaman dulu dan telah melalui beberapa fase. Salah satunya ialah masa pembangunan oleh pemerintah Hindia Belanda. Banyak peninggalan zaman kolonial di kota ini bahkan bisa dikatakan yang terbanyak se-Provinsi Sulawesi Tenggara. Sayangnya belum banyak penelitian maupun inventarisasi dari stakeholders terkait terhadap peninggalan kolonial di kota ini. Penelitian ini bertujuan menginventarisasi serta menganalisis karakter lanskap  peninggalan masa kolonial yang berada di Kota Baubau. Hasil yang diperoleh, terdapat empat lanskap sejarah yang menyimpan objek-objek peninggalan zaman kolonial yaitu lanskap kolonial dan awal kemerdekaan (51 objek), Palabusa (4 objek), Wakonti (1 objek), dan pecinan (5 objek). Karakter yang menyusun ketiga lanskap tersebut umumnya berupa bangunan, struktur, dan monumen bergaya art deco.

 

Keywords

inventarisasi; karakteristik lanskap, kolonial; kota pusaka, lanskap sejarah

Full Text:

PDF

References

Alimudin. 2010. Kembalikan Boetonkoe. Baubau Pos. Dalam. http://baubaupos.com/page.php?kat=10&id_berita=185. Diakses pada 6 Juni 2014.

Azizu NN, Antariksa, Wardhani DK. 2011. Pelestarian kawasan Benteng Keraton Buton. Jurnal Tata Kota dan Daerah, 3(1). Hlm. 83-90.

Baja S. 2012. Tinjauan spasial dan tata ruang wilayah Kota Baubau, p.301. Dalam Darmawan Y (Ed). Menyibak Kabut di Keraton Buton (Baubau:Past, Present, and Future). Baubau: RESPECT.

Badan Pusat Statistik Kota Baubau. 2013. Kota Baubau dalam Angka 2013. Baubau: BPS Kota Baubau.

Dewi A, Antariksa, Soesanto S. 2005. Pengaruh Kegiatan Berdagang terhadap Pola Ruang-Dalam Bangunan Rumah-Toko di Kawasan Pecinan Kota Malang. Dimensi Teknik Arsitektur, 33 (1). Hlm. 17-26.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Baubau. 2013. Buku Pengawasan, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Pelaksanaan Program Pengelolaan Kekayaan Budaya. Baubau: Disbudpar Kota Baubau.

Direktorat Jenderal Penataan Ruang. 2013. Pelaksanaan Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka Kota Baubau. Jakarta: Dirjen Penataan Ruang.

Fahimuddin MM. 2011. “Tafsir ulang sejarah Buton”. Dalam Fahimuddin MM (Ed.). Menafsir Ulang Sejarah dan Budaya Buton. Baubau: RESPECT.

Hendro E.P. 2014. “Perkembangan Morfologi Kota Cirebon dari masa kerajaan hingga akhir masa kolonial.” Paramita, 24(1). Hlm. 17-30.

Makmun LMS. 2011. “Sejarah ekonomi dan perdagangan kesultanan.” Dalam Fahimuddin MM (Ed.). Menafsir Ulang Sejarah dan Budaya Buton. Baubau: RESPECT.

Rabani L.O. 2010. Kota-Kota Pantai di Sulawesi Tenggara. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Rabani L.O. 2012. “Ironi identitas dan sejarah Kota Baubau.” Dalam Fahimuddin MM (Ed.). Menafsir Ulang Sejarah dan Budaya Buton. Baubau: RESPECT.

Rukayah RS, Bharoto, Malik A. 2012. “Between colonial, moslem, and post-independence era, which layer of urban patterns should be conserved?” Procedia - Social and Behavioral Sciences. 68(2012). Hlm. 775-789.

Said D. 2011. “Sejarah Kabupaten Sulawesi Tenggara di Baubau” Dalam Fahimuddin MM (Ed.). Menafsir Ulang Sejarah dan Budaya Buton. Baubau: RESPECT.

Sari AA. 2013. “Transformasi spasial – teritorial kawasan alun-alun Malang: sebuah produk budaya akibat perkembangan jaman.” eJETU, 1. Hlm. 13-21.

Schoorl JW. 2003. Masyarakat, Sejarah, dan Budaya Buton. Huizen: Djambatan, KITLV.

Suprihatin A, Antariksa, Meidiana, C. 2009. “Pelestarian Lingkungan dan Bangunan Kuno di Kawasan Pekojan Jakarta.” Jurnal Tata Kota dan Daerah, 1(1). Hlm. 1-12.

Suryaningrum, S., Antariksa, Usman, F. 2009. “Pelestarian Kawasan Pecinan Kota Bogor.” Arsitektur e-Journal, 2(1). Hlm. 65-78.

Zahari AM. 1977a. Sejarah dan Adat Fiy Darul Butuni (Buton) I. Jakarta: Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Zahari AM. 1977b. Sejarah dan Adat Fiy Darul Butuni (Buton) III. Jakarta: Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Zahari AM. 1977c. Sejarah dan adat Fiy Darul Butuni (Buton) II. Jakarta: Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.