ASTHA BRATA DAN PRANATA MANGSA: ALAM DAN RELASI KUASA DALAM KONTEKS AGRARIA DI JAWA

Nina Witasari(1),


(1) Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang

Abstract

The presence of the ruler and its authority in people’s daily life is an interesting talk especially when it is related to welfare case. The understanding of the meaning of authority relation is manifested into government leadership practice, which at the same time, is connected to concern on maintaining the balance of nature. Based on the phenomena existence, this writing discusses about the problem of people’s authority relation position as exploitation object by the King in pactice. Does people accept their position and authority relation as necessity since they were born as servant. Or, instead, through people’s resignation accepting their destiny, they become more creative emerging local wisdom and knowledge based on environment. At this same time, people apply work management system called season regulation ‘pranatamangsa’. Pranatamangsa is manifestation of harmonious relation among human being – nature – God. Javanese farmer has faith that, like any other traditional ethnic people, the way God does arrange the nature is through the nature’s sign, as part of cosmological balance.

 

Kehadiran penguasa dan kekuasaannya dalam keseharian kehidupan rakyatnya adalah hal yang menarik untuk dibicarakan terutama bila dihubungkan dengan kesejahteraan. Pemahaman tentang relasi kuasa di sini adalah yang termanifestasi dalam praktek kepemimpinan pemerintahan, yang pada saat yang sama, tersambung dengan kepedulian untuk menjaga keseimbangan alam. Berdasarkan fenomena yang ada, problematika yang ingin dibahas dalam tulisan berikut ini adalah bagaimana relasi kuasa rakyat yang dalam prakteknya diposisikan sebagai obyek eksploitasi oleh Raja. Adakah rakyat menerimanya sebagai sebuah keniscayaan atas kelahiran mereka sebagai kawula. Ataukah justru dalam kepasrahan menerima garis nasib mereka justru menjadi lebih kreatif dengan memunculkan kearifan dan pengetahuan lokal berbasis lingkungan.  Pada saat sama, dalam masyarakat berlaku sistem pengaturan kerja yang disebut pranata mangsa. Pranata mangsa merupakan wujud harmonisasi hubungan antara manusia-lingkungan alam-dan Tuhan Yang Maha Esa. Keyakinan petani Jawa, dan masyarakat tradisional pada etnis lain, adalah bentuk keyakinan atas cara Tuhan bekerja mengatur alam melalui tanda-tanda alam, sebagai bagian dari keseimbangan kosmologis.

 

Keywords

relasi kuasa; pranata mangsa; keseimbangan kosmologis

Full Text:

PDF

References

Anderson, Benedict. 1977. “The Idea of Power in Javanese Culture.” dalam Claire Holt (Ed.). Culture and Politic in Indonesia. Ithaca: Cornell Univercity.

Anderson, Benedict. 2000. Kuasa Kata: Jelajah Budaya Politik di Indonesia. Yogyakarta: Mata Bangsa.

Antlov, Hans, Sven Cederroth (Ed.). 2001. Kepemimpinan Jawa: Perintah Alus dan Pemerintah Otoriter. Yogyakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Arya Kresna, Aryaning. 2013. “The Concept of Power and Democracy in Javanese Worldview.” Ultima Humaniora, 1(2).

Berry, Thomas. 1990. “The Sprituality of the Earth” dalam Charles Birch, William Eakin & Jay B. McDaniel (Ed.). Liberating Life, Contemporary Approaches To Ecological Theology. Maryknoll.

Fidiyani, Rini, Ubaidillah Kamal. 2012. “Penjabaran Hukum Alam Menurut Pikiran Orang Jawa Berdasar Pranata Mangsa.” Jurnal Dinamika Hukum, 12 (3).

Husken, Frans, Benjamin White. 1989. “Ekonomi Politik Pembangunan Pedesaan dan Struktur Agraria di Jawa” Majalah Prisma, 4.

Kuntowijoyo. 2006. Raja, Priyayi dan Kawula. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Moedjanto, G. 1987. Konsep Kekuasaan Jawa, Penerapannya oleh Raja-Raja Mataram. Yogyakarta: Kanisius

Moedjanto, G. 1994. Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman. Yogyakarta: Kanisius.

Moedjanto, G. 2002. Suksesi dalam Sejarah Jawa. Yogyakarta: Penerbitan Universitas Sanata Dharma.

Munawir Aziz. 2013. Tanah dalam Kosmologi Jawa,http://omahkendeng.org/2013-01/979/tanah-dalam-kosmologi-jawa/

Nawiyanto, S., Wasino. 2013. Kepemimpinan di Indonesia dalam Perspektif Sejarah dan Budaya. Yogyakarta: Laksbang Pressindo.

Ridwan, N.A. 2007. “Landasan Keilmuan Kearifan Lokal”. Ibda’ Jurnal Studi Islam dan Budaya, 5 (4).

Sindhunata. 2008. Ana Dina Ana Upa. Yogyakarta: Bentara Budaya.

Sindhunata. 2011. Pranata Mangsa, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia bekerja sama dengan Bentara Budaya.

Suhartono. 2011. Serpihan Budaya Feodal. Yogyakarta: Agastya Media

Sulistyowati. 2012. “Hasta Brata Ajaran Kepemimpinan Jawa Masih Relevan di Era Global” Majalah Forum, 40 (2).

Wahyudi, M.Z., Al Budi Kurniawan. 2012. Pranatamangsa Menjaga Titen Leluhur. Dalamhttp://omahkendeng.org/2012-12/772/ Pranatamangsa-menjaga-titen-leluhur/

Wiriadiwangsa, Dedik. 2005.”Pranata Mangsa Masih Penting untuk Pertanian”. Tabloid Sinar Tani, Edisi 9-15 Maret.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.