THOMAS STAMFORD RAFFLES: SEORANG UNIVERSALIS ATAU IMPERIALIS?

Hariyono Hariyono(1), Daya Negri Wijaya(2),


(1) Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Malang
(2) Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Malang

Abstract

It is debatable that Raffles is seemed to be a Universalist or an imperialist. The first refers to a belief that he is an agent of the spread of Western values to the Eastern. Others claim that he is the Western imperialist to the Eastern. This is caused by the forced values to the Eastern. Raffles issued the reformation of policy because the colonialism of VOC and the government of French-Dutch did not have any humanistic policy. He issued many humanistic policies till the end of his government in Java. One of his policies was the slavery tax. The tax was used specifically to abolish the practice of slavery and to the welfare of people. In other side, Raffles forced people to work in his friend’s land, Alexander Hare who opened the plantation in Banjarmasin. The life of workers was really suffering however his thoughts and his efforts becoming an insight to oppose the heritage of feudalism (slavery). To short, there was a lesson learnt why Raffles’ ideas were failed and came back to the previous structure. 

 

Raffles dalam satu sisi terlihat sebagai seorang universalis dan disisi lain sebagai seorang imperialis. Ada yang memandang Raffles di Nusantara adalah penyebar nilai-nilai Barat ke dunia Timur. Sejarawan lain memandang Raffles sebagai bagian dari imperialisme Barat ke dunia Timur karena nilai-nilai yang ditawarkan tidak cocok dan dipaksakan secara politis. Raffles melakukan reformasi kebijakan karena kolonialisme VOC dan pemerintah kolonial Prancis-Belanda dirasa tidak humanis. Dia mengeluarkan banyak kebijakan yang bersifat humanis hingga akhir kepemimpinan. Salah satu kebijakannya adalah memberlakukan pajak bagi rakyat yang memiliki budak. Pajak digunakan sebagai penghapus praktek perbudakan secara khusus dan untuk kemaslahatan umat secara umum. Pada sisi lain Raffles mengirim pekerja pada sahabatnya Alexander Hare yang membuka perkebunan di dekat Banjarmasin. Kehidupan pekerja disana tentu sangat menderita tetapi pemikiran dan usahanya menjadi pelopor dalam menentang warisan feodalisme (perbudakan) yang patut dicela. Setidaknya dapat dijadikan pelajaran mengapa ide Raffles akhirnya terbentur dan kembali pada tatanan sebelumnya.

 

Keywords

sejarah Indonesia; pajak budak; kerja paksa; humanisme

Full Text:

PDF

References

Arschift van Het Contract Met Den Sulthan van Bandjarmasin 1 Oktober 1812

Azhar, Syafruddin. 2014. “Thomas Stamford Raffles: Hatinya Tertambat di Tanah Jawa”. Pengantar dalam karya Thomas Stamford Raffles. History of Java.Yogyakarta: Garasi,

Bastin, John. 1957. The Native Policies of Sir Thomas Stamford Raffles in Java and Sumatra: An Economic Interpretation. Oxford: The Clarendon Press.

Bastin, John. 2007. “English Sources for the Modern Period of Indonesian History”. Soedjatmoko. An Introduction to Indonesian Historiography. Jakarta-Kuala Lumpur: Equinox Publishing.

Boulger, Demetrius Charles. 1999. The Life of Sir Stamford Raffles. Amsterdam & Kuala Lumpur: The Pepin Press.

Brandes, JLA. 1913. Oud-Javaansche Oorkonden Nagelaten Transscripties. Batavia: Albrecht & Co.

Collis, Maurice. 2000. Raffles the Definitive Biography. Singapore: Graham Brash.

Daliman, A. 2012. Sejarah Indonesia Abad XIX-XX: Sistem Politik Kolonial dan Administrasi Pemerintahan Hindia-Belanda. Yogyakarta: Ombak.

Dickens, Charles. 1859. “A Tale of Two Cities.” A Weekly Journal. Saturday, 30 April 1859

Jefferson, Thomas. 2005. Raffles Sang Pejuang: Hidup, Cinta, dan Tragedi. Jakarta: MM Corp.

Hahn, Emily. 1946. Raffles of Singapore. New York: Doubleday & Company.

Hanggoro, Hendaru Tri. 2015. “Perang Kongsi Dagang.” Historia, 22. Hlm. 42-45

Hannigan, Tim. 2012. Raffles and The British Invansion of Java. Singapore: Monsoon.

Huntington, Samuel. 2012. Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia. Jakarta: Qalam.

Hariyono & DN. Wijaya. 2015. “Kebijakan Humanis Raffles Di Jawa, 1811-1816: Pelajaran Berharga Dari Sejarah Untuk Kemanusiaan.” Makalah disajikan dalam International Conference dengan tema Contribution of History to Social Sciences and Humanities di Hotel Savana, Malang pada tanggal 5 September 2015.

Kuntowijoyo. 2005. Peran Borjuasi dalam Transformasi Eropa. Yogyakarta: Ombak.

Lohanda, Mona. 2011. Membaca Sumber Menulis Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Mardsen, William. 2013. Sejarah Sumatra. Depok: Komunitas Bambu.

Quilty, Mary Catherine. 1998. Textual Empires: A Reading of Early British Histories of Southeast Asia. Victoria: Monash Asia Institute.

Raffles, Thomas Stamford. 1824. Statement of the Services. London: Cox & Baylis.

Raffles, Thomas. 1864. Memoirs of the Life and Ministry of the rev. London: Jackson, Walford, & Hodder.

Raffles, Thomas Stamford. 1817. The History of Java I. London: John Murray.

Raffles, Thomas Stamford. 1817. The History of Java II. London: John Murray.

Raffles, Thomas Stamford. 2014. The History of Java. Terjemahan. Yogyakarta: Narasi.

Raffles, Sophia. 1885. Memoirs of the Life and Public Services of Sir Thomas Stamford Raffles London: William Clowes and Sons.

Romein, Jan. 1956. Aera-Eropa: Peradaban Sebagai Penyimpangan dari Pola Umum. Bandung-Jakarta-Amsterdam: PT Ganaco.

Sweeney, Amin (Ed.). 2008. Karya Lengkap Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi Jilid 3. Jakarta: KPG.

Suhelmi, Ahmad. 2001. Pemikiran Politik Barat: Kajian Sejarah Perkembangan Pemikiran Negara, Masyarakat, dan Kekuasaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Tempo. “Kutukan Batu Minto.” Edisi 10 Mei 2015. Hlm. 53-56

Vlekke, Bernard H.M. 2008. Nusantara: Sejarah Indonesia. Jakarta: KPG.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.