A DISPUTE OVER LAND OWNERSHIP IN DAMPELAS: HEGEMONY OF DUTCH EAST INDIES AND BANAWA

Lukman Nadjamuddin(1),


(1) History Education Program, Faculty of Teacher Training and Education, Tadulako University

Abstract

This study affirms that the core issues of the land ownership disputes case in Dampelas region can be acknowledged, where land ownership is envisaged in the context of social, cultural and economic value. This research employs a historical method in which the source, including books, journals, archives, newspapers contemporaries, and research results. This study aims to explain the existence Dampelas which in the past was part of the Celebes Afdeling Midden located between two reigns, namely the Kingdom of Banawa in Donggala and Dutch East Indies in Batavia through their representatives in Makassar and Manado. In the late nineteenth and early twentieth century, this area became an important part of the Dutch East Indies in Banawa. The Dutch tried to take over the management of the potential of forest products Dampelas, without giving concessions to indigenous groups. In the reign of King Lamarauna, Kingdom of Banawa successfully suppress Dampelas without the cost and burden of war.

 

Penelitian ini menegaskan bahwa isu-isu inti dari kasus sengketa kepemilikan tanah di wilayah Dampelas dapat diakui, di mana kepemilikan tanah ini dipertimbangkan dalam konteks nilai sosial, budaya dan ekonomi. Penelitian ini menggunakan metode sejarah di mana sumber, termasuk buku, jurnal, arsip, koran sezaman, dan hasil penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan Dampelas keberadaan yang di masa lalu adalah bagian dari Afdeling Midden Celebes terletak di antara dua pemerintahan, yaitu Kerajaan Banawa di Donggala dan Hindia Belanda di Batavia melalui perwakilan mereka di Makassar dan Manado. Pada akhir abad kesembilan belas dan awal abad kedua puluh, daerah ini menjadi bagian penting dari Hindia Belanda di Banawa. Belanda mencoba untuk mengambil alih pengelolaan potensi hasil hutan Dampelas, tanpa memberikan konsesi kepada kelompok masyarakat adat. Pada masa pemerintahan Raja Lamarauna, Kerajaan Banawa berhasil menekan Dampelas tanpa biaya dan beban perang.

 

Keywords

Land ownership, hegemony, war

Full Text:

PDF

References

Asnan, Gusti. 2011. “Peta Dalam Sejarah dan Sejarah Dalam Peta.” Jurnal IKAHIMSI, 1(2), July-December.

Bataviaasch Nieuwsblad. 1906. “Hoe op Zuid Celebes gedied werd.” February 6.

Bijdragen tot de Koninklijk Instituut voor Indische Taal, Land en Volkenkunde. 1905. “Het Landschap Donggala of Banawa”. Vol. 58, 1905.

De Tijd. 1896. “Dampelas.” October, 19, 1895, sheet 3.

Fatma. 2012. “Sengketa Tanah: Nasionalisasi Dan Modernisasi”. Midden Celebes, 1(1) January-March.

Garraghan, Gilbert J. 1957. A Guide to Historical Method. New York: Fordham University Press.

Haliadi-Sadi. 2011. “Sejarah Perkembangan Nama Teluk Tomini di Pulau Sulawesi.” Jurnal IKAHIMSI, 1(2), July-December.

Henley, D. 2005. Fertility, Food and Fever: Population, Economy and Environment in North and Central Sulawesi 1600-1930. Leiden: KITLV Press.

Het nieuws van den dag voor Nederlandsch Indie. 1906. “Midden Celebes.” August 23, sheet 3.

Himmelmann, Nicolaus P. 1996. “Language endangerment scenarios in northern Central Sulawesi”, Artikel for the International Workshop on South-East Asian Studies No. 11: The study of endangered languages and literature of South-East Asiain Leiden. December.

Junarti. 2004. Raja Banawa: Elite dan Konflik Politik Kerajaan Banawa 1888-1942. Semarang: Intra Pustaka Utama.

Kambay, Sofyan B. 1992. Sojol Melawan Belanda. Palu: Depdikbud.

Koloniaal Verslag over het jaar 1907

Koloniaal Verslag over het jaar 1909

Kruyt, A.C and Adriani, N. 1950. De Bare’e Sprekende Toradja’s van Midden Celebes, deel 1. Amsterdam: Noord Hollandsce Uitgevers Maatschappij.

Li. 2012. The Will to Improve: Perencanaan, Kekuasaan dan Pembangunan di Indonesia. Yogyakarta: Marjin Kiri.

Luthfi, Ahmad Nashih. 2012. “Pengantar Penyunting, Kebijakan, Konflik, dan Perjuangan Agraria Indonesia Awal Abad 21,” in Ahmad Nashih Luthfi (Ed.), Kebijakan, Konflik, dan Perjuangan Agraria Indonesia Awal Abad 21. Yogyakarta: PPPM STPN.

Marineblad. 1889. “Resume uit het Koloniaal Verslag van 1897”. Vol. 12, 1889.

Mematok Batas di Danau Dampelas. 2012. Retrieved July 12, 2012 from http://ymp.or.id/old/www.ymp.or.id/content/view/294/72/index.html.

Notosusanto, Nugroho. 1978. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Suatu Pengalaman). Jakarta: Yayasan Idayu.

Fadliah, Riska Nur. 2010. “Dinamika Kenakalan Remaja di Desa Sabang.” Skripsi. Palu: FKIP Universitas Tadulako.

Patunru, Abdul Razak. 1983. Sejarah Gowa. Ujung Pandang: Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan.

Purwanto, Bambang. 2014. “Kata Pengantar, Masalah Agraria Indonesia: Esensi Sebuah Keberadaan Sejarah Orang Kebanyakan”, in G. Wiradi (Ed.). 2014. Seluk Beluk Masalah Agraria: Reforma Agraria Dan Penelitian Agraria. Yogyakarta: STPN Press. Sahaan-

Wasino. 2016. “Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Asing Menuju Ekonomi Bedikari.” Paramita, 26(1): 62-71.

Whitten, A. J, et.al. 1987. Ekologi Sulawesi. Yogyakarta: UGM Press.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.