PENGARUH EKSTRAK KAYU MANIS (KORTEKS SINAMUM) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS (RATTUS NORWEGITTUS) YANG DIINDUKSI PARASETAMOL

Ita Dwi Rafita(1), Tiwi Kusmiawati(2), Nur’ain Nur’ain(3),


(1) Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang
(2) Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang
(3) Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang

Abstract

Parasetamol merupakan salah satu senyawa kimia yang paling banyak digunakan sebagai obat demam. Parasetamol mempunyai daya kerja analgetik dan antipiretik sama dengan asetosal, meskipun secara kimia tidak berkaitan. Tidak seperti Asetosal, Parasetamol tidak mempunyai daya kerja antiradang, dan tidak menimbulkan iritasi dan pendarahan lambung. Sebagai obat antipiretika, dapat digunakan baik Asetosal, Salsilamid maupun Parasetamol. Toksisitas parasetamol terjadi pada penggunaan dosis tunggal 10 sampai 15 gr/BB. Akibat dosis toksik yang paling serius adalah nekrosis hati, selain itu juga dapat mengakibatkan nekrosis tubuli renalis pada ginjal. Kayu manis (Korteks sinamum) merupakan salah satu tanaman multi fungsi yang dapat digunakan dalam campuran bumbu dalam makanan, minuman, obat-obatan, kosmetika dan rokok keretek. Tanaman kayu manis adalah tanaman tahunan, termasuk famili Lauraceae, salah satu komoditas ekspor penting Indonesia. Kulit batang dan daun kayu manis mengandung minyak atsiri, saponin, tanin dan flavonoida. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak kayu manis (korteks sinamum) terhadap gambaran histopatologi ginjal tikus (Rattus norwegittus) yang diinduksi parasetamol. Dalam penelitian digunakan tikus jantan jalur wistar sebagai hewan uji, untuk mengetahui perubahan terhadap ginjal, tikus diberi parasetamol dengan dosis toksik yaitu 0,27 selama 14 hari. Tikus dibagi menjadi 4 kelompok, kelompok control di beri pakan dan minum standart, P1 dengan dosis toksik 0,27mg/200 gram BB, P2 dengan dosis toksik 0,27mg/200 gram BB dan di beri ekstrak kayu manis 0,5 ml selama 7 hari, P3 dengan dosis toksik 0,27mg/200 gram BB dan di beri ekstrak kayu manis 1 ml selama 7 hari. Setelah itu tikus dibedah untuk diambil ginjal, kemudian dibuat preparat histopatologinya. Pengambilan data diperoleh dari pengamatan histopatologi ginjal masing perlakuan yang dibandingkan dengan kontrol. Dari hasil pengamatan diketahui terdapat perubahan histologi ginjal berupa pendarahan, melemak dan penyusutan sel (piknosis) pada P1 dan P2. Pada kelompok P3 tidak mengalami piknosis maupun pendarahan.

Keywords

Kayu manis, parasetamol, ginjal

Full Text:

PDF

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License