BELENGGU KEMISKINAN BURUH PEREMPUAN PABRIK ROKOK
(1) STAINU Jepara, Jawa Tengah, Kode Pos 45552
Abstract
Perempuan buruh pada umumnya memiliki tingkat pendidikan rendah, bekerja disektor pekerjaan yang tidak memerlukan pendidikan tinggi, ketrampilan dan keahlian khusus, serta berupah yang rendah. Salah satu pekerjaan yang dilakukan perempuan adalah sebagai buruh pabrik rokok. Dalam penelitian ini, penulis menjelaskan profil dan latar belakang yang mendorong perempuan bekerja sebagai buruh pabrik rokok Janur Kuning Kudus di desa Piji Kecamatan Dawe. Penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif analitis. Metode pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan bekerja sebagai buruh di pabrik rokok didorong oleh kondisi ekonomi keluarga yang terbelenggu dalam kemiskinan dan latar belakang tingkat pendidikan serta ketrampilan dan keahlian yang rendah. Jenis pekerjaan di pabrik Janur Kuning yang tidak memerlukan pendidikan tinggi, ketrampilan dan keahlian khusus dengan upah yang rendah, yaitu sebagai buruh mbatil, nggiling, dan nyontong. Dengan demikian para perempuan buruh pabrik rokok masih menjadi tenaga kerja yang termarginal. Dengan bekerjanya perempuan atau istri di luar rumah berarti perempuan atau istri mempunyai peran ganda yaitu bekerja di sektor domestik sebagai pengurus rumah tangga dan di sektor publik sebagai buruh pabrik rokok. Peran ganda tersebut akhirnya juga menjadikan mereka harus menyandang beban ganda yang lebih berat dibanding suami mereka.
Working women from poor family generally have low education level, work sector jobs that do not require higher education, skills and expertise, as well as low wage. One of such women’s job is as cigarette factory workers. In this study, the author seeks to identify and explain the profiles and backgrounds that encourage women to work as a cigarette factory workers in Janur Kuning Kudus, Piji, Dawe, Kudus District. The research method used is qualitative descriptive method and data are collected with in-depth interviews and observation. Results show that women working as laborers in the tobacco plant is driven by poverty, low education levels and low skills and expertise. Types of work in factories that do not require higher education, skills and expertise include mbatil, nggiling, and nyontong. There are conditions that make the women’s cigarette factory workers marginalized workforce. This outside jobs also indicates that women have a double role: in the domestic sector as a housekeeper and in the public sector as a cigarette factory workers.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Abdullah, I . 2003. Sangkan Paran Gender. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Amiruddin, M dan Purnama, L . 2005. “Tragedi Kelaparan Nasional dan Feminisasi Kemiskinanâ€. Jurnal Perempuan No.42. Hal.19-31. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan
Cahyono, I . 2005. “Wajah Kemiskinan, Wajah Perempuanâ€. Jurnal Perempuan No.42. Hal.7-17. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan
Ihromi, TO. 1995. Kajian Wanita Dalam Pembangunan.Yogyakarta: Yayasan Obor
Laporan Penelitian Kebijakan Bank Dunia. 2005. Pembangunan Berperspektif Gender. Jakarta: Dian Rakyat
Setia, R. 2003. “Perjalanan Hidup Seorang Buruh Perempuan (Antara Rumah Tangga, Tempat Kerja dan Komunitas)â€. Jurnal Analisis Sosial Vol. 8. Hal. 51-63. Bandung: AKATIGA
Sumarsih, 2005. ‘Profil Tenaga Kerja Wanita Sebagai Kuli Gendong di Pasar Johar Semarang’. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Sosial UNNES
Uli, S .2005. “Pekerja Wanita di Perusahaan Dalam Perspektif Hukum dan Jenderâ€. Jurnal Equality, vol.10.No.2 Agustus 2005.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Tenaga Kerja. 2003. Jakarta: Diperbanyak Oleh Sinar Grafika Offset
Christina, W.T.2010. Etos Kerja dan Kehidupan Sosial Ekonomi Profesi. Jurnal Komunitas. 2(1) : 31-53.
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.