The Public Space of “Jogja Fashion Week Carnival” and Cosplay Clothing in Yogyakarta
(1) Programme of Performing and Fine Arts, Graduate School, Gadjah Mada University
(2) Programme of Performing and Fine Arts, Graduate School, Gadjah Mada University
(3) Programme of Performing and Fine Arts, Graduate School, Gadjah Mada University
Abstract
Abstrak
Konsep ruang publik yang ideal tidak saja berbicara kepentingan golongan atau komunitas tertentu, tetapi lebih fokus pada wadah aktivitas sosial yang mewakili setiap pendatang atau penonton. Termasuk didalamnya adalah aktivitas seni dan budaya, walaupun konsep ruang publik masih dapat dikatakan abstrak untuk mewakili setiap individu sosial. Akan tetapi dengan adanya ruang publik telah menciptakan ruang mediasi bagi segala macam bentuk komunikasi. Ruang mediasi ini dipandang penting, tidak saja dijadikan ranah promosi, lebih mendalam adalah untuk bertukar dan tempat komunikasi segala macam bentuk ideologi, kesenian, dan kebudayaan. Aktivitas seni semacam Jogja Fashion Week Carnival dan pagelaran pakaian cosplay pada ruang publik memberikan kesempatan bagi komunitas atau individu, untuk menjadikan aktivitas ini sebagai tontonan dan bagian seni publik. Seni publik ini tentu saja lebih cenderung lebih kreatif, bebas, dan terkadang tidak diiringi dengan perspektif teoretis, seperti yang dilakukan seni lainnya. Aktivitas seni pada ruang publik, merupakan bagian dari aktivitas sosial dan budaya, hakikatnya berdiri pada ideologi yang telah diatur untuk satu kepentingan, yang disebarluaskan menggunakan media massa dan iklan. Penonton atau masyarakat penikmat seni pada ruang publik, harus lebih cerdas dan kritis untuk menerima segala macam bentuk sajian aktivitas seni, sehingga sajian tersebut memiliki komunikasi yang seimbang.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Aditjondro, G.J. 2012. Ketika Yogyakarta Bukan Lagi Kota Sejuta Sepeda. Majalah Matajendela.7(1): 4-7.
Anita, J., et. al. 2012. Kajian Terhadap Ruang Publik Sebagai Sarana Interaksi Warga di Kampung Muararajeun Lama, Bandung. Jurnal Online Institut Teknologi Nasional.Teknik Arsitektur Itenas.1(1):1-12.
Barker, C. 2004. The SAGE Dictionary of Cultural Studies. London: Sage Publications.
Broto, W.S. 2012. Jurnal IPTEK. 16(1): 9-16.
Carmona, et al. 2003. Public Places-Urban Spaces, The Dimension of Urban Design. Architectural Press.
Carmona, et al. 2008. Public Space: The Management Dimension. Routledge.New York, USA: Taylor&Francis Group.
Cavallaro, D. 2001. Teori Kritis dan Teori Budaya. Yogyakarta: Penerbit Niagara.
Danesi, M. 2004. Messages, Signs, and Meanings: A Basic Textbook in Semiotics and Communication Theory. Toronto: Canadian Scholars’ Press Inc.
Gedeona, H.T. 2008. Peranan Ruang Publik dalam KehidupanMasyarakat Multikultural. Jurnal Ilmu Administrasi. 5(1): 33-43.
Kadarsih, R. 2008. Demokrasi dalam Ruang Publik: Sebuah Pemikiran Ulang untuk Media Massa di Indonesia. Jurnal Dakwah. 9(1):1-12.
Kurniawan, R.C. 2011. Ruang Publik PascaEraReformasi. Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan. 2(2): 366-371.
Lynch, K. 1960.The Image of City. Cambridge: MIT Press.
Mckee, A. 2005. The Public Sphere: An Introduction. Cambridge. New York: Cambridge University Press.
Nurudin. 2001. Komunikasi Propaganda. Bandung: Penerbit PT. Rosdakarya.
Pujiriyani, D.W. 2013. Re-Imajinasi Ke-Indonesia-an dalam Konteks ‘Network Society’. Jurnal Komunitas. 5(2): 151-161.
Wijayanto, P. 2012. Merencanakan Kota Yogyakarta: Yogyakarta adalah Sebuah Metropolitan. Majalah Matajendela. 7(1): 8-15.
Refbacks
- There are currently no refbacks.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.