Analisis Guncangan (Shock) ASEAN dalam Wacana Pembentukan Asean Currency Unit (ACU)
Abstract
Kawasan yang akan membentuk mata uang tunggal harus memiliki kriteria pola perdagangan yang sama, guncangan makroekonomi yang simetris dan kesamaan pembangunan ekonomi. Namun, masih terdapat ketimpangan dan instabilitas berbagai indikator ekonomi seperti GDP Riil, Indeks Harga Konsumen dan neraca perdagangan. Tujuan penelitian ini adalah melihat respon guncangan indikator ekonomi di ASEAN-10. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks Harga Konsumen (IHK), GDP Riil dan Neraca Perdagangan dari sepuluh negara ASEAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuartalan dari tahun 2002 hingga tahun 2015. Metode yang digunakan adalah Vector Error Correction Model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa korelasi perekonomian dari indikator Indeks Harga Konsumen (IHK), GDP Riil dan Neraca Perdagangan di ASEAN masih rendah. Respon goncangan dari negara-negara ASEAN terhadap goncangan yang terjadi di Singapura menunjukkan hasil yang bervariasi dan belum simetris. Hal ini menunjukkan bahwa syarat pembentukan mata uang tunggal belum terpenuhi. Hasil varian decomposition juga menunjukkan bahwa gejolak perekonomian Singapura masih dominan dipengaruhi oleh kondisi internal dalam negeri. Namun, varian decomposit GDP Rill menunjukkan bahwa Laos memiliki peranan lebih tinggi dibandingkan dengan Singapura yang disebabkan oleh hubungan kerjasama yang terjalin antara kedua negara tersebut.
The region that will form a single currency must have the same trade pattern criteria, symmetrical macroeconomic shocks and similar economic development. However, ASEAN region are still imbalances and instability of various economic indicators such as real GDP, consumer price index and trade balance.The aims of study is see the shocks response of economic indicators in ASEAN-10. The variables used in this research are Consumer Price Index (CPI), Real GDP and Trade Balance from ten ASEAN countries. The data used in this study is quarterly data from 2002 to 2015. The method used is the Vector Error Correction Model. The results of study indicate that the economic correlation of indicator Consumer Price Index (CPI), Real GDP and Trade Balance in ASEAN is still low. The shock response from ASEAN countries to shocks that occurred in Singapore showed varying results and not symmetrical. This is shows that the requirement of formation of single currency has not been fulfilled. The result of the decomposition variant also shows that Singapore's economic turmoil is still dominantly influenced by internal conditions. However, the decomposition variant of GDP Rill shows that Laos has a higher role compared to Singapore due to the cooperative relationship between the two countries.