OUTBOUND MANAGEMENT TRAINING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI ANAK TUNAGRAHITA
Abstract
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri anak tunagrahita sedang, diantaranya dengan mengadakan kegiatan bermain dalam bentuk Outbound Management Training (OMT). Permainan model ini membuat anak-anak terlibat langsung secara kognitif, afektif, dan psikomotorik. Permainan-permainan yang digunakan pada penelitian ini yaitu Permainan-permainan Pengantar, Pena Ajaib, Jari Keseimbangan, Akulah Si, Cermin Saya, Memindah Bom, Jalur Bola, Memasukkan Pensil Kelompok, Gelas Bocor, Gambar Kreasi, Berpindah Pulau, Truk Gandeng, Awas Ranjau dan Film Akhlak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan OMT untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri anak tunagrahita sedang di SLBN Rembang. Subjek penelitian ini adalah 20 anak tunagrahita sedang. Penelitian dengan metode eksperimen non randomized pretest-posttest control group design. Subjek dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan jumlah masing-masing kelompok 10 subjek. Pengambilan data penelitian ini menggunakan rating scale dengan nilai sig 0,000 (Sig<0,05 ho diterima) dan Z score sebesar -3,791. Analisis data menggunakan teknik uji non parametrik Wilcoxon Signed Ranks Test dengan program SPSS versi 17 for windows. Dalam proses pemberian perlakuan subjek mengalami beberapa peningkatan pada tiap-tiap indikator pada kemampuan penyesuaian dirinya, diantaranya mampu mengarahkan diri, mengontrol diri, memiliki hubungan interpersonal yang baik, mampu menghargai orang lain. Namun, ada beberapa indikator yang belum tercapai secara maksimal diantaranya subjek belum mampu berperilaku sesuai norma, memiliki simpati pada orang lain, menerima diri dan kenyataan. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa OMT efektif untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri anak tunagrahita sedang di SLBN Rembang. Saran yang dapat diberikan untuk pihak sekolah khususnya guru, diharapkan lebih ditekankan perkembangan anak pada aspek non kognitif, sehingga anak mampu untuk melakukan penyesuaian diri sesuai dengan tingkat usianya, sedangkan untuk orangtua diharapkan senantiasa mengawasi perkembangan anak dan selalu mengarahkan.