Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan 1) implementasi pendekatan STEAM saat pembelajaran di sentra balok, 2) mengetahui kemampuan berpikir kritis anak usia 5-6 tahun, 3) mendeskripsikan faktor pendukung dan faktor penghambatnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Lokasi penelitian berada di TK Taman Belia Candi Kota Semarang. Subjek dalam penelitian ini adalah guru sentra balok dan Kepala Sekolah, untuk objek penelitian adalah guru sentra balok dan anak-anak usia 5-6 tahun. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan  teori dari Miles dan Huberman. Keabsahan data berdasarkan derajat kepercayaan berupa triangulasi sumber dan kecukupan referensial, keterlibatan, kebergantungan, kepastian. Hasil penelitian menunjukkan  implementasi STEAM di TK Taman Belia Candi di sentra balok yaitu sebagai cara berpikir anak menyelesaikan masalah di lingkungan sekitar dengan melakukan eksplorasi, bertanya dan menyelidiki. STEAM diterapkan selama pembelajaran di sentra balok dengan proses saintifik, inkuiri dan proyek yang didukung dengan  media pembelajaran loosepart. Aktivitas science berupa kegiatan mengamati, menyelidiki melalui video terkait dengan tema pasar dan binatang, anak memahami technology saat menggunakan berbagai alat seperti tangga, keranjang selain itu juga penggunaan laptop, LCD, proyektor,sedangkan engineering terlihat anak mampu memikirkan cara membuat bangunan yang kokoh,  hasil karya anak dalam menghias bangunan balok sesuai dengan imajinasina termasuk dalam art, terakhir mathematic dimana anak dapat mengenal bentuk geometri jumlah, posisi dari aktivitas menata balok. Kemampuan berpikir kritis yang berkembang ditunjukan dengan respon yang diberikan anak berupa pertanyaan atau jawaban atas materi yang disampaikan, mencoba menyelesaikan masalah, anak mampu menyampaikan dan menerima pendapat anak mampu berpikiran terbuka. Sedangkan faktor pendukung dalam penerapanya adalah keinginan guru yang mau terus menerus belajar, pengadaan sosialisai pembelajaran STEAM untuk orang tua murid, lingkungan belajar yang baik, penggunaan loosepart serta sarana prasarana sekolah yang mendukung. Faktor penghambat ini beberapa guru belum mampu melepas ekspektasi terhadap anak dan pemilihan kegiatan main yang disesuaikan dengan karakteristik anak berkebutuhan khusus.