Abstract

Tujuan penelitian ini adalah: (1) mendapatkan gambaran bentuk-bentuk partisipasi politik anggota legislatif perempuan dalam mengambil keputusan politik pada DPRD Kota Semarang, dan (2) mendapatkan gambaran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik anggota legislatif perempuan dalam mengambil keputusan politik pada DPRD Kota Semarang. Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif dengan fokus penelitian adalah aktifitas anggota legislatif perempuan dalam mengambil keputusan-keputusan politik pada DPRD Kota Semarang. Pengumbulan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi, dan studi dokumen. Objektifitas data diuji dengan teknik triangulasi metode. Sedangkan analisis data dilakukan dengan interactive analysis model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi politik perempuan belum optimal karena bentuk partisipasi yang dilakukan masih sangat bergantung pada apa yang diusulkan pemerintah. Inisiatif anggota legislatif perempuan untuk memperjuangkan hak-hak perempuan belum banyak dilakukan karena masih sebatas semangat, tetapi belum mampu menghilangkan kendala-kendala yang menghambatnya.

 

This study aims to: (1) map the forms of political participation of women legislative members in decision making at the Regional House of Representatives in Semarang, and (2) map the factors which influence political participation of women legislative members in decision making at the Regional House of Representatives in Semarang. This study employs qualititative approach by focusing on the activities of women legislative members in decision making at the Regional House of Representatives in Semarang. Data was collected by interview, observation, and document study. Triangulation was used to crosscheck the data. Data was analysed by interactive analysis model. Results show that women political participation has not been maximum, because their participation is under the government control. Only a few initiative is made by the women legislative members to fight for women’s rights. It is still in the form of discourse, yet the real problems are there.