Abstract

Tari Ngeruai Kenemiak merupakan hasil proses kreatif seniman setempat yang menginginkan sebuah ritual upacara kelahiran Bayi suku Dayak Kantu’ dikemas menjadi tari tradisi. Tari ini ditarikan secara berkelompok dengan beberapa peran yaitu sebagai bapak, ibu, dan dayang-dayang. Sajiannya menggunakan properti gong dan boneka. Penelitian ini mendeskripsikan hasil analisis menggunakan teori “Estetika Paradoks” oleh Jacob Sumardjo. Metode penelitiannya dengan deskripsi analisis dengan menggunakan pendekatan etnokoreologi dan semiotik. Makna simbol pada properti gong berdasarkan bentuk yaitu organologinya teridiri atas bagian atas dan bawah, berkaitan dengan teori dualistik antagonistik bermakna bertentangan namun saling melengkapi. Berdasarkan cara penggunaan gong saat dipanggul di punggung bermakna bapak sebagai pemimpin akan menanggung segala beban di keluarga, gong saat dinaiki penari bermakna sebagai tumpuan hidup, gong dipukul dengan tangan kosong sebanyak 3x bermakna untuk mengumpulkan keluarga dan tetangga. Properti boneka hanya menyimbolkan bayi yang baru lahir digendong dan diayun-ayun oleh ibunya dengan penuh kasih sayang