Pentingnya Literasi Matematika untuk Anak Sekolah Dasar Luar Biasa bagian C (Tuna Grahita)

Main Article Content

Rina Febrinasti
Ane Armitha Permata Sari

Abstract

Kajian ini berisi mengenai literasi matematika untuk anak sekolah dasar luar biasa bagian C (Tuna Grahita). Literasi belakangan menjadi sangat popular di kalangan pendidikan dengan adanya gerakan literasi yang dikenal sebagai GLS (Gerakan Literasi Sekolah) yang diprakarsai oleh Kemendikbud Republik Indonesia.  Salah satu kegiatan yang dilakukan dalam GLS (Gerakan Literasi Sekolah) adalah dengan kegiatan 15 menit membaca buku non pelajaran sebelum waktu belajar di mulai. Kegiatan tersebut dilakukan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat di kuasai secara lebih baik. Budaya membaca akan sangat berpengaruh terhadap literasi-literasi yang lain begitu pula dengan literasi matematika. Literasi matematika bertujuan untuk melatih dan membantu siswa mengenal peran Matematika di dunia nyata. Literasi matematika tidak hanya penting untuk anak normal tetapi juga anak yang berkebutuhan khusus yaitu anak yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena hambatan intelektual atau memiliki keterlambatan perkembangan dalam segala aspek kemampuan seperti anak tuna grahita. Anak tuna grahita dalam kesehariannya tidak lepas dari konsep-konsep matematika untuk itu literasi matematika sangat diperlukan oleh anak tuna grahita.

Article Details

How to Cite
Febrinasti, R., & Sari, A. A. P. (2018). Pentingnya Literasi Matematika untuk Anak Sekolah Dasar Luar Biasa bagian C (Tuna Grahita). PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika, 1, 208-215. Retrieved from https://journal.unnes.ac.id/sju/prisma/article/view/19617
Section
Articles

References

Anderson, L. W., Krathwohl, D. R., Airasian, P., Cruikshank, K., Mayer, R., Pintrich, P., ... & Wittrock, M. 200). A taxonomy for learning, teaching and assessing: A revision of Bloom’s taxonomy. New York. Longman Publishing. Artz, AF, & Armour-Thomas, E.(1992). Development of a cognitive-metacognitive framework for protocol analysis of mathematical problem solving in small groups. Cognition and Instruction 9(2), 137-175.
Amin, Moh. 1995. Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung: Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Dunn, J. & Carol, A. L. 2006. Special Physical Education. Dubuque Lowa: Kendall Publishing Company.
Kemendikbud. 2013. Kurikukum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kemis dan Ati. 2013. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tuna Grahita. Jakarta: Luxima
Mudjito. 2014. Memahami Pendidikan Inklusi dan Pendidikan Layanan Khusus. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Mumpuniarti. 2003. Ortodidaktik Tunagrahita. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan UNY.
OECD. 2014. PISA 2012 Result in focus. What 15-years olds Know and What They Can Do with What They Know
Panduan Gerakan Literasi Sekolah Di Sekolah Luar Biasa. Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonseia Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti
Suharmini, T. (2009). Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Yogjakarta: Kanwa Publisher.
UNESCO. 2005 . Development of Information Literacy : Through School Libraries in Southeast Asia Countries. Bangkok
Wantah, M. J. 2007. Pengembangan kemandirian anak tunagrahita mampu latih. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.