Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengemukakan potret kehidupan sosial orang Flores dalam novel Ata Mai (Sang Pendatang). Pendekatan yang dipakai dalam rangka mencapai tujuan tersebut ialah sosiologi sastra. Sosiologi sastra yang dimaksudkan di sini identik dengan sosiokritik. Artinya, karya sastra memiliki pretensi melakukan kritik sosial atas peristiwa dan kenyataan sosial kemasyarakatan. Menurut pendekatan ini karya sastra terlahir atas latar belakang sosial budaya, pengetahuan, dan pengalaman langsung pengarang dengan kehidupan sosial masyarakat pada sebuah tempat tertentu. Metode yang digunakan di dalam penelitian ini ialah metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis. Dari hasil analisis diketahui bahwa melalui novel “Ata Mai†(Sang Pendatang) pengarang mengobservasi, mendokumentasikan, dan mendeskripsikan kenyataan faktual masyarakat Ende-Lio, Flores, Nusa Tenggara Timur sebagai ekspresi ungkapan jiwa kepengarangannya. Intensitas pengetahuan dan pengalaman pengarang tentang masyarakat suku Ende-Lio Flores tampak dalam temuannya mengenai persoalan-persoalan sosial seperti dkemiskinan, penindasan atas perempuan, belis, pendidikan dan kesehatan yang tidak memadai, dan aktualisasi diri masyarakat yang dibangun atas tingginya harga diri.

This study presents a portrait of the social life of a Florinese person in the novel “Ata Mai†(“The One Who Comesâ€). The approach used to achieve this is the sociology of literature. What is meant by the sociology of literature is identical with socio-criticism. This means that a literary work possesses the pretension to make a social criticism of an event and a happening in society. According to this approach, a literary work is born out of a cultural social background, which includes an understanding, and a direct experience of the writer in the social life of the community in a particular place. The method used in this study is qualitative, which produces descriptive data in written form. Analysis reveals that the author of “Ata Mai†has observed, documented and described a portrait of the life of a person from the Ende-Lio, Flores, community, in Nusa Tenggara Timur. This work reveals the author’s own soul, and the intensity of the knowledge and experience of the author, of the people of Ende-Lio, Flores. This is evidenced in the findings regarding person problems such as poverty, the harassment of women, dowry, education and health which are not evenly enjoyed, and the actualization of a society which is built upon a high regard for one’s dignity.