TRADISI REBO PUNGKASAN DI DESA LEBAKSIU LOR KECAMATAN LEBAKSIU KABUPATEN TEGAL
##plugins.themes.academic_pro.article.main##
Abstract
Tradisi Rabu Pungkasan di Desa Lebaksiu Lor Kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal dilaksanakan pada bulan Sapar (bulan Jawa). Bulan Sapar merupakan bulan yang kurang baik menurut masyarakat Lebaksiu Lor karena mereka percaya bahwa Allah SWT menurunkan musibah yang besar bagi umatnya. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana bentuk ritual tradisi Rabu Pungkasan bagi masyarakat pendukungnya?, dan (2) Nilai-nilai apa saja yang terdapat pada upacara tradisi Rabu Pungkasan bagi masyarakat pendukungnya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan folklor. Sumber data dalam penelitian ini yaitu sesepuh desa, perangkat desa, dan masyarakat desa. Data diperoleh dari hasil wawancara dengan sesepuh desa dan masyarakat pendukung tradisi tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, teknik observasi, dan dokumentasi. Penyajian hasil analisis data dengan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Tradisi Rabu Pungkasan ini memiliki bentuk ritual, fungsi, makna simbolis dan nilai-nilai (nilai religi, nilai sosial, nilai moral, nilai kesusilaan, dan nilai budaya) bagi masyarakat pendukungnya. Bentuk ritual Tradisi Rabu Pungkasan terdiri dari lima bentuk, yaitu Tradisi Lek-lekan, Tradisi Sholat Duha, Tradisi Rajahan, Tradisi Slametan, dan Tradisi Ziarah ke Gunung Tanjung. Fungsi sosial, religi, dan budaya, yang terdapat dalam Tradisi Rabu Pungkasan adalah sebagai upaya perbaikan sosial, sebagai pewarisan norma sosial, sebagai integrasi sosial, sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagai upaya mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan sebagai pelestarian budaya,. Nilai-nilai yang terdapat dalam tradisi Rabu Pungkasan meliputi: nilai religi: mendidik berdoa dan bersyukur, nilai sosial: mendidik berbagi rezeki kepada orang lain dan berbaur memanjatkan doa bersama; nilai moral: mendidik bertanggung jawab dan bersikap adil; nilai kesusilaan atau budi pekerti: mendidik untuk menghormati leluhur dan menghormati orang lain; nilai budaya: mendidik supaya yakin dan patuh terhadap pewarisan adat istiadat.
Saran yang dapat disampaikan yaitu: Tradisi Rabu Pungkasan di desa Lebaksiu Lor sebaiknya menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Tegal guna menindaklanjuti penelitian mengenai tradisi-tradisi di desa Lebaksiu Lor khususnya Kecamatan Lebaksiu demi perkembangan kesenian dan kebudayaan daerah Tegal. Sebaiknya penelitian ini juga dapat digunakan oleh guru sebagai bahan ajar dalam pembelajaran Bahasa Jawa di sekolah. Selain itu penelitian Tradisi Rabu Pungkasan di desa Lebaksiu Lor Kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal sebaiknya dapat dijadikan oleh penelitian lain sebagai bahan acuan dalam pengembangan penelitian folklor.
The Wednesday Pungkasan tradition in Lebaksiu Lor Village, Lebaksiu District, Tegal Regency, was held on the Sapar month (Javanese month). Bulan Sapar is an unfavorable month according to the Lebaksiu Lor community because they believe that Allah SWT decreases a great disaster for their people. The problems studied in this study are (1) What are the forms of the Pungkasan Wednesday traditional ritual for the supporting community ?, and (2) What values ​​are contained in the Pungkasan Wednesday traditional ceremony for the supporting community. The method used in this study is descriptive qualitative using the folklore approach. Data sources in this study were village elders, village officials, and village communities. Data obtained from interviews with village elders and the community supporting the tradition. Data collection is done by interview techniques, observation techniques, and documentation. Presentation of the results of data analysis with descriptive analysis. The results showed that the Wednesday Pungkasan Tradition had ritual forms, functions, symbolic meanings and values ​​(religious values, social values, moral values, moral values, and cultural values) for the supporting community. The form of the Wednesday Pungkasan Tradition ritual consists of five forms, namely Lek-lekan Tradition, Duha Prayer Tradition, Rajahan Tradition, Slametan Tradition, and Pilgrimage Traditions to Mount Tanjung. Social, religious and cultural functions, which are found in the Pungkasan Wednesday Tradition, are as an effort to improve social, as inheritance of social norms, as social integration, as a form of gratitude to the Almighty God, as an effort to draw closer to God Almighty, and as cultural preservation. The values ​​contained in the Pungkasan Wednesday tradition include: religious values: educating praying and giving thanks, social values: educating sharing sustenance to others and mingling praying together; moral value: educate responsibly and be fair; the value of morality or character: educating to respect ancestors and respect others; cultural values: educate so that they are sure and obedient to the inheritance of customs. Suggestions that can be conveyed are: Pungkasan Wednesday Tradition in Lebaksiu Lor village should be of concern to the Tegal Regency Government to follow up research on the traditions in Lebaksiu Lor village, especially Lebaksiu District, for the development of arts and culture in the Tegal region. We recommend that this study can also be used by teachers as teaching materials in learning Javanese Language in schools. In addition, the Wednesday Pungkasan Tradition study in Lebaksiu Lor village, Lebaksiu Subdistrict, Tegal Regency, should be used by other studies as reference material in the development of folklore research.
##plugins.themes.academic_pro.article.details##
Untuk dapat diterima dan diterbitkan oleh Sutasoma : Jurnal Sastra Jawa, penulis yang mengirimkan naskah artikel harus menyelesaikan semua tahapan review. Dengan mengirimkan naskah, penulis menyetujui persyaratan berikut:
- Hak cipta atas artikel yang diterima diserahkan kepada Sutasoma : Jurnal Sastra Jawa selaku penerbit jurnal. Hak cipta yang dimaksud meliputi hak untuk menerbitkan artikel dalam berbagai bentuk (termasuk cetak ulang). Sutasoma : Jurnal Sastra Jawa mempertahankan hak publish atas artikel yang diterbitkan.
- Penulis diperbolehkan menyebarluaskan artikel yang telah diterbitkan dengan membagikan link/DOI artikel di Sutasoma : Jurnal Sastra Jawa]. penulis diperbolehkan untuk menggunakan artikel mereka untuk tujuan hukum yang dianggap perlu tanpa izin tertulis dari Sutasoma : Jurnal Sastra Jawa dengan pengakuan publikasi awal jurnal ini.
- Pengguna/penggunaan publik dari situs web ini akan dilisensikan ke CC BY-NC-SA (Attribution & Non-Commercial-ShareAlike).