Interaksi Simbolik dalam Budaya Ngarot Masyarakat Desa Jambak Kecamatan Ciedung Kabupetan Indramayu

##plugins.themes.academic_pro.article.main##

Moch. Fikri Yasin
AT. Sugeng Priyanto
Setiajid Setiajid

Abstract

Budaya ngarot adalah salah satu upacara adat di Desa Jambak yang masih sangat dipercayai dan selalu dilestarikan. Kebudayaan ngarot ini merupakan sarana pewarisan nilai-nilai luhur dan sistem pertanian melalui seni pertunjukkan tradisional. Dengan adanya budaya ngarot ini generasi muda selanjutnya dapat terus melestarikan dan memahami nilai yang terkandung dalam budaya ngarot. Mitos terkait budaya ngarot yaitu pada dasarnya adalah kegiatan hiburan di mana diawali dengan adanya kegiatan para pemuda yang menanami sawah desa secara bergotong royong pada siang hari dan kemudian pada malam hari diadakan sebuah hiburan untuk mengobati rasa lelah di siang hari kegiatan ini diadakan untuk menyambut musim tanam tiba. (2) Interaksi simbolik terjadi selama rangkaian kegiatan upacara adat ngarot meliputi iring-iringan pengantin cilik, persembahan tarian topeng, dan hiburan rakyat. Interaksi simbolik dalam budaya ngarot berupa pertukaran simbol. Benda simbolis tersebut meliputi riasan bunga kepala kasinoman perempuan, perhiasan emas, busana kasinoman perempuan, keris yang dibawa kasinoman laki-laki, bibit padi, bambu, kendi, daun pohon, saweran kepada penari topeng. Saran yang peneliti rekomendasikan adalah (1) Kepada Kepala Desa Jambak, Tokoh Agama/masyarakat, dan sesepuh desa untuk lebih memperhatikan ngarot sehingga ngarot yang dilaksanakan menjadi lebih bermakna dan tata kegiatan serta pelaksanaannya dapat lebih tradisional sesuai ngarot yang terdahulu. (2) Kepada Pemerintah Kabupaten Indramayu diharapkan adanya dukungan baik pendanaan maupun pembinaan serta perhatian lebih agar ngarot dapat terus dilestarikan.

##plugins.themes.academic_pro.article.details##

How to Cite
Yasin, M., Priyanto, A., & Setiajid, S. (2017). Interaksi Simbolik dalam Budaya Ngarot Masyarakat Desa Jambak Kecamatan Ciedung Kabupetan Indramayu. Unnes Political Science Journal, 1(1), 48-56. https://doi.org/10.15294/upsj.v1i1.19855