PENDIDIKAN MULTIKULTURAL MELALUI INTERAKSI SOSIAL PELAJAR PAPUA DENGAN PELAJAR SMA/SMK KATOLIK – KRISTEN DI KOTA SEMARANG
##plugins.themes.academic_pro.article.main##
Abstract
Dasar pemikiran dari penelitian ini bahwa interaksi sosial akan mendasari segala aktivitas manusia dan pemahaman kepada orang lain. Interaksi sosial antar etnis yang berbeda dan antar pemeluk agama yang berbeda membutuhkan pemahaman yang tinggi untuk memiliki sikap toleransi dan kesetaraan. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui proses interaksi sosial, kendala-kendala interaksi dan kegiatan-kegiatan yang mendukung terjadinya interaksi sosial antar pelajar Papua dengan pelajar Semarang di SMA/SMK Katolik-Kristen di Kota Semarang. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah Bagaimana pola interaksi sosial pelajar Papua dan pelajar Semarang dan kegiatan-kegiatan asrama yang dilakukan oleh Yayasan Binterbusih dalam membekali siswa agar pemahan multikultural dapat terwujud. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan studi kasus di Yayasan Binterbusih. Lokasi penelitian adalah di Yayasan Binterbusih Semarang. Teknik pengumpulan data dengan observasi partisipasi, Indepth interview dan dokumentasi serta questioner. Keabsahan data menggunakan trianggulasi data dengan sumber untuk membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi. Teknik analisa data menggunakan model interaktif. Asrama merupakan teknik yang efektif dalam mengusahakan kemajuan pendidikan dan usaha mencerdaskan anak Papua . Interaksi langsung dengan etnis yang berbeda menumbuhkan sikap toleransi dan mengembangkan sikap dialog. Akulturasi dan shock culture memerlukan pendampingan yang optimal dari Pembina asrama. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa interaksi sosial antar etnis terjadi dengan baik dan bersifat assosiatif, pendidikan multikltural sangat tepat dimulai dari pendidikan formal karena pelajar bebas dari pengaruh kepentingan politik. Saran bagi pengembangan Yayasan Binterbusih untuk membuat pemetaan dari latar belakang siswa secara ekonomi dalam memilih sekolah dan tempat live in yang tepat bagi anak Papua, meningkatkan pendampingan dalam pengenalan kultur di Semarang. Mengadakan berbagai kegiatan di asrama yang melibatkan antar etnis atau mengundang teman dari sekolah.
The rationale of this study that social interactions will underlie all human activity and understanding to others. Social interaction between different ethnic groups and between different faiths need to have a high understanding of tolerance and equality. The purpose of this paper is to investigate the process of social interaction, the constraints of interaction and activities that encourage social interaction between students with a student Papua Semarang in SMA / SMK-Catholic Christians in the city of Semarang. Issues discussed in this study is how patterns of social interaction and students Papua with students Semarang and dorm activities undertaken by the Foundation in order to equip students Binterbusih in multicultural can be realized. This type of research is qualitative by using case studies in Binterbusih Foundation. Study sites are in Semarang Binterbusih Foundation. Data collection techniques with participant observation, indepth interviews and documentation as well as the questioner. Validity of the data using triangulation of data with the source to compare and check the degree of trust an information return. Data analysis techniques using an interactive model. Boarding is an effective technique in obtaining the educational progress and efforts to educate children in Papua.Direct interaction with different ethnic foster tolerance and develop an attitude of dialogue. Acculturation and culture shock require optimal assistance from boarding the coach. The results of this study concluded that social interaction occurs with good inter-ethnic and is associative, highly precise multikltural education starts from formal education because students are free from political influence.Suggestions for the development of the Foundation Binterbusih to make the mapping of the economic background of students in choosing a school and live in the right place for the children of Papua, increased assistance in the introduction of culture in Semarang. Organizing various activities in the dorm that involve inter-ethnic or invite friends from school.