Comparison of Rechterlijk Pardon Concept on 2019 Criminal Code Draft and Article 70 Law Number 11 of 2012 concerning Juvenile Criminal Justice System
Main Article Content
Abstract
The formulation of the idea of forgiving judges (rechterlijk pardon) in the Draft Criminal Code is motivated by the rigidity and inhumanity of the current Criminal Code. Which resulted in small cases that were decided criminal, because the current Criminal Code does not accommodate the authority of judges to forgive cases that are considered unfit to be sentenced. This modification of the rechterlijk pardon concept is expected to reflect a sense of justice, benefit within the framework of Pancasila as a source of law for the Indonesian nation. In contrast to the concept of rechterlijk pardon in Article 70 of Law no. 11 of 2012 concerning the Juvenile Criminal Justice System, which has previously applied the concept, to minimize the imposition of crimes against children which should not be based on appropriate retaliation for the crimes committed, because it will be fatal to the physical and physical development of children. To answer the existing problems the author uses a qualitative approach with normative juridical research on the statute approach, conceptual approach and comparative approach. The use of this normative qualitative analysis method is closely related to the problems discussed in comparative approach and conceptual approach, so that it takes the form of descriptive-analytical. The results of this research comparison show that the forgiveness of judges in the Criminal Code Bill needs to categorize the types of minor/moderate/serious crimes and what crimes are forgiven categorized based on the material law itself must also adjust to the implementing rules.
Article Details
All writings published in this journal are personal views of the authors and do not represent the views of this journal and the author's affiliated institutions. Author(s) retain copyrights under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0).
References
Angger, S. P., & Fuady, P. (2014). Sistem Peradilan Pidana Anak. Yogyakarta: Medpress Digital.
Arief, B. N. (1998). Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Arief, B. N. (2014). Pembaharuan Hukum Pidana dalam Konsep RUU KUHP, Bahan Pelatihan/Penataran Asas-asas Hukum Pidana dan Kriminologi, diselenggarakan oleh FH UGM Yogyakarta dan MAHUPIKI, di University Club UGM Yogyakarta, 23-27 February.
Arief, B. N. (2014a). Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan.Jakarta: Kencana.
Arief, B. N. (2014b). Pembaharuan Sistem Penegakan Hukum dengan Pendekatan Religius dalam Konteks Siskumnas dan Bangkumnas. Semarang: Undip.
Arief, H., & Ambarsari, N. (2018). Penerapan Prinsip Restorative Justice dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia. Al-Adl: Jurnal Hukum, 10(2), 173-190.
Barlian, A. E. A., & Arief, B. N. (2017). Formulasi Ide Permaafan Hakim (Rechterlijk Pardon) dalam Pembaharuan Sistem Pemidanaan di Indonesia. Law Reform, 13(1), 28-44.
Gunarto, M. P. (2012). Asas Keseimbangan Dalam Konsep Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Mimbar Hukum-Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 24(1), 83-97.
Hakim, L. (2019). Penerapan Konsep ‘Pemaafan Hakim’sebagai Alternatif dalam Menurunkan Tingkat Kriminalitas di Indonesia. Jurnal Keamanan Nasional, 5(2), 185-202.
Hamzah, A. (1994). Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta.
Ibrahim, J. (2005). Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normative. Surabaya: Bayumedia Publishing.
Kholiq, A., Arief, B. N., & Soponyono, E. (2015). Pidana Penjara Terbatas: Sebuah Gagasan dan Reorientasi Terhadap Kebijakan Formulasi Jenis Sanksi Hukum Pidana di Indonesia. Law Reform, 11(1), 100-112.
Kholiq, A., Arief, B. N., & Soponyono, E. (2015). Pidana Penjara Terbatas: Sebuah Gagasan dan Reorientasi Terhadap Kebijakan Formulasi Jenis Sanksi Hukum Pidana di Indonesia. Law Reform, 11(1), 100-112.
Luthvi, F. N. (2014). Keadilan Restoratif Tindak Pidana Anak. Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI), Volume VI No.17/I/P3DI/September/2014.
Maulidah, K., & Jaya, N. S. P. (2019). Kebijakan Formulasi Asas Permaafan Hakim dalam Upaya Pembaharuan Hukum Pidana Nasional. Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia, 1(3), 281-293.
Mukhtarzain, A. A. (2018). Permaafan dalam Pemidanaan Menuruthukum Islam dan Hukum Nasional. Jurnal Idea Hukum, 4(1), 936-953.
Pratiwi, M. N. (2015). Putusan Pemberian Maaf dalam Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasus Putusan Hakim Pengadilan Negeri Solok). Thesis. Yogyakarta: Hukum Universitas Islam Indonesia.
Saputro, A. A. (2016). Konsepsi Rechterlijk pardon atau Pemaafan Hakim Dalam Rancangan KUHP. Mimbar Hukum-Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 28(1), 61-76.
Setiawan, A. (2021). Konsep Permaafan Hakim (Rechterlijk Pardon) dalam Pembaharuan RUU KUHP dan RUU KUHAP. Thesis. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Sugiyono, S. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Susanti, D. E. (2019). Pemidanaan terhadap Anak sebagai Pelaku Tindak Pidana Studi Kasus Perkara Pidana No. 07/pid-sus-anak/2017/pn.pdg. JCH (Jurnal Cendekia Hukum), 4(2), 187-206.
Tarigan, F. A. (2015). Upaya Diversi Bagi Anak Dalam Proses Peradilan. Lex Crimen, 4(5).
Wantu, F. M. (2013). Kendala Hakim Dalam Menciptakan Kepastian Hukum, Keadilan, dan Kemanfaatan di Peradilan Perdata. Mimbar Hukum-Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 25(2), 205-218.
Widodo, G. (2016). Sistem Pemidanaan Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Perspektif Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Jurnal Surya Kencana Satu: Dinamika Masalah Hukum dan Keadilan, 6(1), 58-82.
Yosuki, A., & Tawang, D. A. D. (2018). Kebijakan Formulasi Terkait Konsepsi Rechterlijke Pardon (Permaafan Hakim) dalam Pembaharuan Hukum Pidana di Indonesia. Jurnal Hukum Adigama, 1(1), 49-73.