Efek Bullying, Kekerasan Fisik, dan Kekerasan Seksual terhadap Gejala Depresi pada Pelajar SMP dan SMA di Indonesia: Analisis Data Global School-Based Student Health Survey Indonesia 2015
##plugins.themes.academic_pro.article.main##
Abstract
Salah satu penyakit yang menjadi beban terbesar di kalangan remaja adalah depresi. Riskesdas 2018 melaporkan prevalensi depresi kelompok umur 15-24 tahun 6,2%, kelompok umur 25-34 tahun 5,4%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek bullying, kekerasan fisik, dan kekerasan seksual terhadap gejala depresi pada pelajar SMP dan SMA di Indonesia. Analisis data sekunder dari Global School-Based Student Health Survey Indonesia 2015 dengan desain cross sectional dan sampel sebanyak 8.517 pelajar SMP dan SMA di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 20,7% pelajar SMP dan SMA tahun 2015 di Indonesia mengalami gejala depresi. Sebesar 18.5% pelajar pernah mengalami bullying, 29.4% pernah mengalami kekerasan fisik, dan 3.1% pernah mengalami kekerasan seksual. Remaja yang pernah mengalami bullying, kekerasan fisik, dan kekerasan seksual berisiko lebih tinggi untuk mengalami gejala depresi. ORa bullying sebesar 2.5 (95%CI 2.1—3.0), ORa kekerasan fisik sebesar 2.1 (95%CI 1.8—2.4), dan ORa kekerasan seksual sebesar 1.8 (95%CI 1.4—2.3). Faktor lain pada pelajar yang berisiko tinggi untuk mengalami gejala depresi adalah jenis kelamin perempuan (ORa 1.9, 95%CI 1.7—2.2), pendidikan SMA (ORa 2.1, 95%CI 1.6—2.6), minum alkohol (ORa 1.7, 95%CI 1.3—2.1), dan merokok (ORa 1.6, 95%CI 1.2—2.0). Disarankan kepada Kementerian Pendidikan agar menerapkan sekolah ramah anak untuk mengurangi peristiwa bullying dan kekerasan fisik atau seksual, yang dapat berisiko menimbulkan gejala depresi pada pelajar SMP dan SMA, terutama perempuan.