Peranan Kemampuan Abstraksi Peserta Didik dalam Pembelajaran Matematika Melalui Soal Rich Context Persamaan Linear Dua Variabel

Main Article Content

Pika Merliza

Abstract

Kemampuan abstraksi dalam pembelajaran matematika merupakan serangkaian kemampuan untuk menggambarkan konsep matematis dari permasalahan konstekstual. Proses ini sesungguhnya harus dilalui oleh peserta didik dalam kondisi ideal pembelajaran matematika. Untuk mencapai tahapan abstrak tanpa terjadinya lompatan, pendidik harus memberikan scaffolding yang rich context dari  permasalahan konstektual. Rich context yang dimaksud bahwa pendidik dapat mengarahkan peserta didik untuk bisa menemukan beberapa solusi (kaya solusi) dari permasalahan konstektual yang disediakan. Soal konstektual yang disajikan dalam tulisan ini merupakan contoh soal persamaan linier dua variabel yang  nantinya kita dapat lihat tahapan abstraksi yang bisa dilalui oleh peserta didik. Sehingga, dari tulisan ini pembaca khususnya ditujukan kepada pendidik (guru) dapat memahami pentingnya meningkatkan kemampuan abstraksi oleh peserta didik dan dapat pula mendorong pendidik untuk meningkatkan kemampuan konkretisasi yang  dibutuhkan dalam proses abstraksi.

Article Details

How to Cite
Merliza, P. (2016). Peranan Kemampuan Abstraksi Peserta Didik dalam Pembelajaran Matematika Melalui Soal Rich Context Persamaan Linear Dua Variabel. PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika, 104-110. Retrieved from https://journal.unnes.ac.id/sju/prisma/article/view/21436
Section
Articles

References

Beswick, K. 2011. Teachers' beliefs about school mathematics and mathematicians' mathematics and their relationship to practice. Journal of Springer. 79:127–147.
Budiarto, M, T. 2005. Proses abstraksi siswa smp kelas 1 dalam mengkonstruksi kubus dari rangkaian 6 persegi. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan & Penerapan MIPA 2005. PM-3 Mega Unesa
Gravemeijer. 1994. Developing Realistic Mathematics Education. Utrecht : Kluwer Academic Publishers.
Julie, Hongki. (2008). Pembelajaran Struktur dalam Menghitung Banyak Benda di Kelas 1 SD dengan Menggunakan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Prosiding Konferensi Nasional Matematika XIV, Palembang, Kamis – Minggu, 24 s.d. 27 Juli 2008. Hal. 779 – 784.
Miller, S. P., & Kaffar, B. J. 2011. Developing addition with regrouping competence among second grade students with mathematics difficulties. Investigations in Mathematics Learning, 4, 24-49.
Miller, S. P., Mercer, C.D., & Dillon, A. S. 1992. CSA: Acquiring and Retraining Math Skills. Intervention in School and Clinic, 28, 105-110.
Miller, S.P., & Mercer, C.D. 1993. Using data to learn about concrete-representational-abstract instruction for students with math disabilities. Learning Disabilities Research and Practice, 8, 89-96.
Nurdin. 2011. Trajektori dalam Pembelajaran Matematika. Edumatica Volume 01 Nomor 01. April 2011. Makasar
Sealander, K. A., Johnson, G.R., Lockwood, A. B., & Medina, C. M. 2012. Concrete-semiconcrete-abstract (CSA) instruction: A decision rule for improving instructional efficacy. Assessment for Effective Intervention, 30, 53-65.
Soedjadi. 2007. Masalah Kontekstual Sebagai Batu Sendi Matematika Sekolah. Depdiknas : UNESA
Wijaya, A. 2012. Pendidikan Matematika Realistik. Yogyakarta: Graha Ilmu
Witzel, B. S. 2005. Using CRA to teach algebra to students with math learning disabilities in inclusive settings. Learning Disabilities: A Contemporary Journal, 3(2), 49-60.
Witzel, B. S., RIccomini, P. J., & Schneider, E. 2008. Implementing CRA with secondary students with learning disabilities in mathematics. Intervention in School and Clinic. 43,270- 276.
Yuliati, Ati. 2013. Penerapan Concrete-Representational-Abstract (CRA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Abstraksi Matematis Siswa Smp Dalam Pembelajaran Geometri. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.