Penentuan fajar menggunakan pendekatan titik belok persamaan tingkat kecerahan langit di LAPAN BPAA Pasuruan
Main Article Content
Abstract
Berbagai usaha telah dilakukan oleh manusia untuk menentukan kapan awal waktu subuh secara tepat. Pada penelitian ini akan digunakan pendekatan titik belok persamaan tingkat kecerahan langit (SQM). Tingkat kecerahan langit akan semakin bertambah dengan perubahan kenaikan altitude matahari yang dimulai dari minus 18 derajat sampai 0 derajat (horizon). Data SQM yang digunakan untuk membangun persamaan polinom orde 3 dimulai dari pukul 03:00-05:30 WIB. Hasil turunan kedua dari persamaan polinom orde 3 sama dengan Nol, akan diperoleh titik belok. Titik belok akan berhimpit dengan posisi matahari pada interval minus 20 derajat sampai minus 18 derajat di bawah horizon. Dimana pada kedalaman matahari tersebut berimpit dengan penentuan waktu sholat subuh.
Article Details
References
Dhani Herdiwijaya. (2014). Implications of twilight sky brightness measurements on fajr prayer and young crescent observation. The International Conference on Physics and Its Aplications, ICOPIA 2014.
Dhani Herdiwijaya. 2016. Waktu subuh: Tinjauan Pengamat Astronomi. (Online) (https://www.researchgate.net/publication/307861438)
Siti Asma M.N., Mohd Zambri Z. (2012). Sky Brightness for Determination of Fajar and Isya Prayer by Using Sky Quality Meter. International Journal of Scientific and Engineering Research Volume 3. Issue 8 August 2012, ISBN 2229-5518.
(https://www.timeanddate.com/sun/indonesia/surabaya, diakses 12 Agustus 2019)
(http://falakiyah.nu.or.id/JadwalWaktuSholat.aspx, diakses 14 Agustus 2019)
(https://en.wikipedia.org/wiki/twillight, diakses 16 Juli 2019)