Abstract

Karya sastra memiliki standar ganda. Secara tekstual karya sastra merupakan wacana yang berdimensi estetika, sedangkan secara kontekstual karya sastra merupakan meniatur potret struktur sosial budaya manusia dan segala pernik-pernik. Dimensi estetika serta meniatur struktur sosial dapat dibongkar untuk dipahami elemen tekstualnya. Penelitian ini bertujuan membongkar elemen-elemen tekstual, kognisi sosial dan konteks pada 13 cerpen,yaitu Menunggu, Si Kupu-Kupu, Matinya Seorang Penari Telanjang, Senja di Kuburan Keroncong Pembunuhanan, Sepotong Senja untuk Pacarku, Sebuah Pertanyaan untuk Cinta, Bulan di Atas Kampung, Tujuan: Negeri Senja, Hujan Senja dan Cinta,Cintaku Jauh di Komodo, Cinta di Atas Perahu Cadik, dan Aku, Pembunuh Munir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kumpulan cerpen Senja dan Cinta yang Berdarah karya Seno Gumira Ajidarma memiliki karakter dalam penulisan cerpennya seperti latar, detail, maksud, praanggapan, dan nominalisasi yang bervariasi. Pemilihan kata yang menggunakan majas mampu membuat para pembaca menikmati setiap karya sastranya. Cerpen ini diangkat oleh pengarang sebagai sebuah peristiwa yang pernah terjadi di masyarakat. Simpulan elemen tekstual pada teks kumpulan cerpen Senja dan Cinta yang Berdarah karya Seno Gumira Ajidarma, antara lain: teks pada cerpen memaparkan peristiwa yang ada dimasyarakat dengan kajian semantik yang ditekankan seperti latar, detail, maksud, praanggapan, dan nominalisasi.Pengarang menggunakan majas yang mampu menarik minat pembaca untuk menggali isi dan tujuan yang diinginkan pengarang. Konteks berupa kognisi sosial dan analisis sosial memiliki ciri khas pada setiap cerpen yang mengangkat perkembangan zaman yang makin praktis. Penelitian dengan analisis wacana kritis mampu membongkar struktur teks sehingga elemen tekstualdapat dilacak secara maksimal.

The literary work has a double standard that is textually literary work is a discourse whose aesthetic and contextual dimensions of literary works is a portrait meniatur social structure of human culture and all the trinkets . Meniatur aesthetic dimension as well as social structures can be disassembled to be understood textual elements, social cognition and context . This study aims to dismantle textual elements in 13 short stories thatMenunggu, Si Kupu-Kupu, Matinya Seorang Penari Telanjang, Senja di Kuburan Keroncong Pembunuhanan, Sepotong Senja untuk Pacarku, Sebuah Pertanyaan untuk Cinta, Bulan di Atas Kampung, Tujuan: Negeri Senja, Hujan Senja dan Cinta,Cintaku Jauh di Komodo, Cinta di Atas Perahu Cadik, dan Aku, Pembunuh Munir. The results of the study that the short story collection Senja dan Cinta yang Berdarah by Seno Gumira Ajidarmahas character in the writing of short stories such as background, detail, intentions, presuppositions, and nominalizations varied. Wording used figure of speech can make the reader enjoy every literary work. The story raised the events that have occurred in society. Conclusions textual elements in the text of the short story collection Senja dan Cinta yang Berdarah by Seno Gumira Ajidarma, among others: the text on the short story describing events that exist in the community, with the study of semantics is emphasized as background, detail, intentions, presuppositions, and nominalization. In the selection of words, the authors use a figure of speech that is able to attract readers to explore the contents and desired goals authors. Context in the form of social cognition and social analysis has a characteristic on each short story that raised the times are more practical. Suggestions in this study that Critical Discourse Analysis on the short story Senja dan Cinta yang Berdarahby SenoGumira Ajidarma able to dismantle the structure of the text with merenik so textual elements can be traced to the fullest .