Abstract

Perkembangan demokrasi di Indonesia mengalami beberapa tahap pasang surut. Proses demokrasi tersebut membawa suatu kebebasan berpendapat. Kebebasan berpendapat tersebut tertuang dalam berbagai media. Melalui kebebasan berpendapat itulah, pencitraan seorang sosok dapat terbangun, terlebih melalui media buku yang dapat dibaca banyak orang. Seperti halnya yang dilakukan oleh Maskur Arif Rahman melalui bukunya yang berjudul Andai Pak Harto Nyapres, Kupilih (Kebosanan Orang-orang Pinggiran Menanti Kemakmuran), ia  mencitrakan keberhasilan Pak Harto selama menjadi Presiden RI. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pencitraan Pak Harto dalam buku Andai Pak Harto Nyapres, Kupilih (Kebosanan Orang-orang Pinggiran Menanti Kemakmuran). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode simak dan studi pustaka. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis wacana kritis model van Dijk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa buku Andai Pak Harto Nyapres, Kupilih (Kebosanan Orang-orang Pinggiran Menanti Kemakmuran) mencitrakan Pak Harto sebagai pemimpin yang memiliki program politik yang jelas dan terarah, pemimpin yang selalu mengutamakan kepentingan rakyat dan dapat memberikan rasa aman bagi rakyatnya. Selain itu Pak Harto juga dicitrakan sebagai pemimpin yang dirindukan rakyat Indonesia. Pencitraan tersebut terbangun karena Maskur Arif Rahman sebagai penulis merupakan pengagum Pak Harto, sehingga ia hanya menggambarkan sisi baik Pak Harto tanpa mempertimbangkan kekurangan Pak Harto. Pencitraan tersebut terjadi karena kekecewaan rakyat terhadap pemerintah. Sehingga dapat disimpulkan pencitraan yang terbangun adalah pencitraan positif. Maskur Arif Rahman tidak netral karena telah terhegemoni dengan kebaikan Pak Harto.

The development of democracy in Indonesia has experienced several tidal phases. The democratic process carries a freedom of expression. Freedom of opinion is embodied in various media. Through the freedom of opinion, the image of a figure can be built, especially through a book that can be read by many people. As Maskur Arif Rahman did through his book entitled Andai Pak Harto Nyapres, Kupilih (Kebosanan Orang-orang Pinggiran Menanti Kemakmuran), he imaged the success of Soeharto during his presidency. This study aims to describe the image of Pak Harto in the book Andai Pak Harto Nyapres, Kupilih (Kebosanan Orang-orang Pinggiran Menanti Kemakmuran). The technique of collecting data in this research is method of refer and literature study. The method of data analysis used in this research is critical discourse analysis of van Dijk model. The result of the research shows that the book Andai Pak Harto Nyapres, Kupilih (Kebosanan Orang-orang Pinggiran Menanti Kemakmuran) imaged Mr. Suharto as a leader with a clear and directed political program, a leader who always prioritizes the interests of the people and can provide a sense of security for the people. In addition, Pak Harto was also imaged as a leader who is missed by the people of Indonesia. The imagery was awakened because Maskur Arif Rahman as a writer was an admirer of Pak Harto, so he only described the good side of Pak Harto without considering the shortage of Pak Harto. The imagery came about because of people's disappointment with the government. So, it can be concluded that the imaging built is a positive image. Maskur Arif Rahman is not neutral because he has been hegemonized with Pak Harto's kindness.