Abstract

Berdasarkan data yang diperoleh dari Penelitian Kemasyarakatan (Litmas), diketahui sebanyak 80% remaja dengan kasus kriminal mengalami gejala-gejala stres saat akan sidang dan wajib lapor. Remaja yang sedang menjalani pembinaan dalam proses hukum pidana membutuhkan resiliensi yang tinggi untuk mampu menjalani tekanan peradilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan resiliensi pada remaja binaan Bapas ditinjau dari coping stress. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif komparatif. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja dengan karakteristik usia 12 hingga 21 tahun yang terdaftar sebagai klien binaan Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kota Pekalongan UPT Kanwil Jawa Tengah periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2012. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampel jenuh. Data penelitian diambil menggunakan angket coping stress dan skala resiliensi. Angket coping stress terdiri dari 36 item. Skala resiliensi terdiri dari 37 item dengan  kisaran nilai koefisien r ix sebesar 0,284 sampai dengan 0,548. Koefisien reliabilitas skala resiliensi sangat tinggi, yaitu 0,864. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode statistik non-parametrik Mann Whitney Utest. Berdasarkan penghitungan skor angket coping stress, didapatkan 26 subjek mempunyai karakteristik EFC dan 32 subjek mempunyai karakteristik PFC. Hasil teknik analisis data diperoleh Z skor sebesar -1,112 dengan taraf signifikansi sebesar p = 0,266, dimana p > 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang berbunyi “ada perbedaan resiliensi pada remaja binaan Bapas ditinjau dari coping stress†ditolak. Resiliensi pada remaja binaan Bapas tidak dapat dibedakan berdasarkan jenis coping. Resiliensi pada sebagian besar remaja binaan Bapas berada pada kategori sedang, yaitu sebesar 82,76%. Sisanya 17,24% pada kategori tinggi dan tidak ada yang berada pada kategori rendah.

 


___________________________________________________________________

Based on data obtained from the Research Society (Litmas), known as much as 80% of adolescents with criminal cases experiencing symptoms of stress when going to court and required to report. Adolescents who are undergoing training in the process of criminal law requires a high resilience to be able to undergo judicial pressure. This research aimed to determine differences in resilience of Bapas’ adolescents target in terms of coping stress. This research is a comparative quantitative study. The population in this study is characteristic of adolescents with ages 12 to 21 years were enrolled as clients of Balai Pemasyarakatan (Bapas) UPT Pekalongan Central Java Regional Office, period of 2012 until 2012. The sampling technique used was a saturated sample technique. The data were taken using a questionnaire coping stress and resilience scale. Coping stress questionnaire consists of 36 items. Resilience scale consists of 37 items with a coefficient r ix range of 0.284 to 0.548. Resilience scale reliability coefficient is 0.864 which means very high. The data analysis technique used is non-parametric statistical methods Mann Whitney Utest. Based on the coping stress questionnaire scores, 26 subjects have obtained EFC characteristics and 32 subjects have obtained PFC characteristics. Results of data analysis techniques derived Z score of -1.112 with a significance level of p = 0.266, where p> 0.05. This means that the hypothesis "there is a difference of resilience of Bapas’ adolescents in terms of coping stress" was rejected. Resilience of Bapas’ adolescents can not be distinguished by the type of coping. Most of  Bapas’ adolescents have resilience in middle category, amounting to 82.76%. The remaining 17.24% in high category and no one is in the low category.