KONDISI SOSIAL EKONOMI PENGEMIS DALAM PERSPEKTIF TEORI DRAMATURGI (STUDI KASUS DI DESA PAGERALANG, KECAMATAN KEMRANJEN, KABUPATEN BANYUMAS)

  • Febrina Damayanti Jurusan Sosiologi Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
  • Thriwaty Arsal Jurusan Sosiologi Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
  • Adang Syamsudin Sulaha Jurusan Sosiologi Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Abstract

Fenomena pengemis sebenarnya bukan sesuatu yang baru di tengah masyarakat. Masyarakat yang tidak memiliki akses untuk mendapatkan pekerjaan dan ingin tetap bertahan yaitu bekerja sebagai pengemis untuk memenuhi kebutuhannya. Akan tetapi, kehidupan para pengemis di Desa Pageralang merupakan sebuah fenomena berbeda. Secara ekonomi, bukan termasuk Rumah Tangga Miskin (RTM). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Lokasi penelitian di ruas Jalan Krumput dan rumah pengemis di Desa Pageralang. Penelitian ini menggunakan teori Dramaturgi Erving Goffman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang melatarbelakangi munculnya pengemis adalah adanya mitos buang koin di daerah tersebut agar memperoleh keselamatan, dari faktor sosial seperti tingkat pendidikan yang rendah, faktor ekonomi seperti kurangnya pekerjaan formal, dan faktor budaya meliputi keterbatasan fisik dan keturunan. Kondisi sosial ekonomi pengemis panggung depan yaitu para pengemis menunjukkan diri sebagai orang miskin sehingga terlihat layak untuk dikasihani dan diberi sumbangan. Panggung belakang menghasilkan temuan berupa tingkat pendapatan memperoleh pendapatan yang tinggi. Pengemis sudah memiliki tempat tinggal dengan kondisi bangunan fisik yang baik. Bidang pendidikan para pengemis menganggap pendidikan formal merupakan hal yang utama. Bidang kesehatan merupakan faktor penting untuk menunjang aktivitasnya

Published
2017-05-21
Section
Articles