SYI’IR TANPA WATON (KAJIAN SEMIOTIK)

##plugins.themes.academic_pro.article.main##

Nikken Derek Saputri

Abstract

Syi’ir Tanpa Waton adalah salah satu karya sastra yang berkembang di masyarakat Jawa. Syair ini di tulis oleh Gus Nizam pada tahun 2007. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa dan Arab. Dari perpaduan kedua bahasa tersebut memuat ajaran-ajaran agama yang dapat dijadikan pedoman hidup. Untuk memaknai Syi’ir Tanpa Waton yang sarat dengan ajaran dan nilai, diperlukan pendekatan atau teori agar pembaca dapat memahami dan mempelajari ajaran. Dalam hal ini dilakukan penelitian terhadap Syi’ir Tanpa Waton agar diketahui simbol dan makna serta ajaran yang terkandung di dalamnya. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap simbol dan makna dalam Syi’ir Tanpa Waton berdasarkan kode bahasa, kode sastra, dan kode budaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan obyektif, yaitu pendekatan yang menitik beratkan pada karya sastra atau teks sastra dan lebih menekankan pada obyek sastra sebagai fokus penelitian. Metode yang digunakan adalah metode struktural semiotik karna pada syair tersebut terdapat simbol dan makna serta ajaran-ajaran di dalamnya. Hasil penelitian yang didapat yaitu kode bahasa ditemukan penggunaan bahasa Arab pada bait-bait tertentu Syi’ir Tanpa Waton. Ada beberapa istilah serapan yang berasal dari bahasa Arab, yaitu syi’ir, rohmat, nikmat, syare’at, Qur’an, hadist, kafir, tauhid, sholeh, tahriqot, haqiqot, qadim, mu’jizat, rasul, dan dzikir. Ditemukan pula beberapa istilah untuk menyebutkan Tuhan, yaitu Pangeran, Guru Waskitha, dan Allah. Analisis kode sastra pada Syi’ir Tanpa Waton yaitu berbentuk syair yang cara membacanya dilantunkan dengan irama tertentu. Irama yang digunakan yaitu irama yang cenderung lambat namun tegas untuk memberikan suasana khidmat dan khusuk.

##plugins.themes.academic_pro.article.details##

How to Cite
Saputri, N. (2013). SYI’IR TANPA WATON (KAJIAN SEMIOTIK). Sutasoma : Jurnal Sastra Jawa, 2(1). https://doi.org/10.15294/sutasoma.v2i1.2537